Menatap “Indonesia Emas 2045”

Home » Artikel » Menatap “Indonesia Emas 2045”

Dilihat

Dilihat : 123 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 2
  • 118
  • 58,874
GENERASI EMAS 2045

Oleh: Jo Priastana

 

“Indonesia tak tersusun dari batas peta,

tapi gerak dan peran besar kaum muda”

(Najwa Shihab)

 

“Indonesia Emas 2045” akan diisi oleh generasi yang tidak mengalami revolusi kemerdekaan Indonesia. Generasi pasca kemerdekaan yang akan mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan akan banyak mewarnai dan menentukan keberhasilan pencapaian Indonesia di usianya yang ke seratus tahun itu. Kualitas SDM generasi muda amat sangat menentukan keberhasilan visi Indonesia Emas 2045.

Gerak dan peran besar kaum muda yang terdiri dari generasi milenial serta generasi X, Y, Z yang akan menjadikan Indonesia kompetitif di antara negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia. Untuk itu, sangat penting untuk melihat gambaran, proyeksi, visi Indonesia Emas di tahun 2045 dan sekaligus melihat kerangka acuan untuk mewujudkannya.

Menurut Kepala Negara, Indonesia Emas 2045 diproyeksikan antara lain dengan pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita Indonesia mencapai 30.300 Dollar AS dan angka kemiskinan menjadi 0,5 – 0,8 persen. “Untuk mencapainya, jelas bukan pekerjaan yang mudah. Angka kemiskinan Indonesia saat ini sudah single digit sekitar 9,57 persen, tetapi ini masih tinggi dan harus ditekan lagi,” tutur Jokowi. Inilah tantangan mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

 

Tiga Acuan Mencapai Visi Indonesia Emas 2045

Kepala Negara menyebutkan, bahwa untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 itu, Indonesia harus berpedoman pada tiga acuan. Pertama, stabilitas negara. Kedua, keberlanjutan dan kesinambungan kepemimpinan. Ketiga, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Acuan tersebut diungkapkan Presiden Joko Widodo pada agenda bertajuk “Indonesia Emas 2045” yang menandai peluncuran Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang diselenggarakan Kementerian PPN/Bappenas di Djakarta Theater, Kamis, 15/6/20023. (Kompas 16/06/2023).

Acuan pertama, kata Jokowi, sangat penting untuk memastikan jalannya pembangunan. “Tidak ada satu negara pun yang berhasil mencapai kemakmuran saat kondisi negara itu tidak stabil. Tidak ada. Saat negara terpecah, tidak akan bisa membangun. Kisruh terus, tidak akan bisa mencapai sebuah kemakmuran.”

Acuan kedua, Jokowi menjelaskan, kepemimpinan bak tongkat estafet dari pemimpin yang sudah ada, dilanjutkan pemimpin berikutnya. Ia juga mengibaratkan seperti tahapan sekolah. “Anak sekolah dari SD, lanjut SMP, kemudian SMA, terus naik ke perguruan tinggi, dan seterusnya. Jangan ketika sudah sampai SMA, kemudian balik lagi ke SD. Kalau seperti ini, jadi seperti meteran pom bensin, mulai dari nol. Oleh sebab itu, kepemimpinan itu sebagai tongkat estafet yang harus berkelanjutan,” kata Jokowi.

Acuan ketiga, lanjut Jokowi, ketersediaan SDM sebagai kekuatan besar Indonesia. “Namun, jangan hanya menang dari sisi jumlah. Kualitas SDM kita juga harus bagus, baik secara fisik, skill, karakter, produktivitas, maupun kedisiplinan. Ini yang harus dibenahi total, termasuk penguasaan iptek,” tegasnya.

 

Kajian Buku Putih AIPI

Membangun SDM yang unggul dan kompetitif melalui pendidikan yang berkualitas merupakan syarat utama untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Peran orang-orang terdidik dan para ahli yang merupakan kualitas manusia unggul sangat dibutuhkan dalam pencapaian visi Indonesia Emas 2045, seratus tahun Kemerdekaan Indonesia.

Keberhasilannya sangat ditentukan SDM, dimana dunia pendidikan perguruan tinggi berperan sangat penting. Hampir sepuluh tahun lalu, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, tempat berkumpulnya orang-orang terdidik, manusia unggul Indonesia telah memberikan sumbang saran pemikirannya dalam menyikapi Indonesia Emas 2045 dengan menyertakan pentingnya peran pendidikan khususnya Perguruan Tinggi.

Pada tahun 2017, AIPI menerbitkan buku putih yang berisikan kajian jangka panjang (2015-2045) tentang sains, teknologi, dan pendidikan tinggi di Indonesia. (Terry Mart, “Buku Putih AIPI”, Kompas, 27 April 2018). Buku kajian jangka panjang, skenario Indonesia Masa Depan (2015-2045) atas permintaan Kementerian Ristek dan Dikti itu merupakan hasil pemikiran visioner dari banyak cendekia. Secara garis besar buku putih itu berisikan tiga bagian.

Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) merupakan lembaga pemerintah yang cukup aktif mengajukan pandangan sains dan akademisnya terhadap permasalahan bangsa. Seperti pandangan tentang teknologi klon untuk kesejahteraan umat manusia, tentang enterobacter dan juga tentang skenario Indonesia di masa depan. Buku Putih AIPI mencakup tiga bagian, dimana pada bagian ketiga menampilkan empat skenario Indonesia 2045.

Bagian Pertama membahas tentang model-model pengembangan sains dan teknologi yang sudah dikenal masyarakat, seperti model Triple Helix, Quintuple Helix, dan sebagainya.

Bagian Kedua, menampilkan perbandingan data terkait dari beberapa negara termasuk Indonesia, baik negara yang dianggap berhasil mengangkat ekonominya melalui sains dan teknologi maupun negara yang dianggap gagal. Pada bagian kedua ini dijelaskan juga faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dan keberhasilan negara-negara tersebut. Secara ringkas, faktor penentu keberhasilan yang disorot di sini adalah Total Factor Productivity (TFP).

Bagian Ketiga menampilkan empat skenario Indonesia pada 2045 setelah kemerdekaan Indonesia berusia 100 tahun (2045). Empat skenario yang mungkin terjadi disampaikan dalam bentuk metafora unggas agar lebih mudah dipahami, yaitu: garuda, alap-alap, burung hantu, dan bebek lumpuh. 

 

Empat Skenario Indonesia 2045 dan Peran Perguruan Tinggi

Dimulai dari skenario terbaik, empat skenario tersebut adalah” “Garuda Terbang Tinggi”; “Alap-alap Terkurung; “Burung Hantu di Siang Hari”; serta “Bebek Lumpuh”. Fenomena yang terjadi di dalam masing-masing empat skenario Indonesia di masa Depan ini juga tidak lepas dari peranan perguruan tinggi (PT) didalamnya.

Garuda Terbang Tinggi. “Garuda Terbang Tinggi” adalah yang didambakan terjadi setelah 100 tahun kemerdekaan. Selain melambangkan kekuatan dan akurasi, kemampuan burung garuda untuk terbang tinggi menunjukkan kebebasan Indonesia dalam membuat keputusan strategis secara mandiri.

Dalam skenario ini, perguruan tinggi (PT) kita mampu memenuhi permintaan pasar, baik dari segi lulusan maupun sisi output penelitian. Dengan dana riset nasional sebesar 2,0-3,0 persen dari product domestic bruto (PDB), perguruan tinggi mampu untuk merekrut anggota staf yang sangat kompeten dibidangnya. Di sisi lain, perekonomian tumbuh pesat dan bersifat inklusif.

Burung Alap-Alap. Dalam keadaan, “Burung Alap-alap” memiliki kekuatan, kecepatan, dan kecermatan luar biasa dalam berburu. Namun, prestasi itu tidak berguna jika ia terkurung. Skenario ini terjadi jika pertumbuhan ekonomi kuat dan inklusif, tetapi PT tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Ekonomi menjadi kuat karena Indonesia berhasil menciptakan lingkungan bisnis/industri yang sehat, bebas dari monopoli, kartel ataupun korupsi. Namun, di sisi lain, karena PT kurang mampu meyakinkan masyarakat dan pemerintah, anggaran riset hanya berkisar 0,5-1,0 persen dari PDB.

Burung Hantu. “Burung Hantu” memiliki ketajaman luar biasa untuk melihat mangsanya dalam kegelapan. Namun, kemampuan luar biasa ini tidak ada gunanya di siang hari. Skenario ini akan terjadi jika PT mampu memenuhi permintaan pasar, tetapi ekonomi lemah dan eksklusif. Yang terakhir ini diakibatkan kegagalan Indonesia dalam menciptakan ekonomi yang bersih dari praktik monopoli, kartel serta korupsi. Dalam keadaan seperti ini, kontribusi PDB pada riset hanya berkisar 0,5 persen.

Bebek Lumpuh. Skenario terakhir adalah “Bebek Lumpuh”. Dalam keadaan sehat sekalipun sulit mengharapkan bebek untuk terbang tinggi, apalagi dalam keadaan lumpuh. Skenario ini adalah skenario terburuk yang akan kita hadapi jika PT tidak dapat memenuhi kebutuhan industri, sementara ekonomi lemah dan tidak bersifat inklusif. Kontribusi TFP (Total Factor Productivity) yang nihil pada perekonomian, rendahnya pendapatan per kapita, serta tingkat kemiskinan tinggi merupakan penciri dari skenario ini. (JP) ***

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

sumber gambar: https://psbhfhunila.org/2022/07/13/pemuda-sebagai-agen-perkembangan-kemajuan-iptek-dalam-sdgs-untuk-indonesia-emas-2045/

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?