Oleh: Jo Priastana
“Ciri orang bahagia; Tidak menyesali masa lalu,
Tidak mengkhawatirkan masa depan, Bisa menikmati hari ini.”
(Fahruddin Faiz,Filsafat Kebahagiaan)
Menurut ahli psikologi Erik Erikson (1902-1994) ada dua pertanda kondisi psikologi yang akan terjadi pada mereka yang hidup di masa tua, atau usia lanjut pada umur 65 tahun ke atas, yaitu mengalami pemenuhan diri integritas ego atau sebaliknya mengalami keputus-asaan (despair). Masa tua adalah masa penurunan secara fisik yang bisa berakibat pada munculnya masalah psikologis, seperti tidak bahagia, putus asa. Sebaliknya, masa tua bisa penuh kebahagiaan, menikmati hidup menyenangkan dengan terpenuhinya integritas diri.
Adalah satu tokoh fenomenal dalam khasanah perfilman silat Mandarin yang menggambarkan tentang kondisi psikologis dari sang jagoan tua yang tampaknya mencerminkan integritas diri. Wuxia Library sebagaimana diceritakan melalui artikel Haris Delan menyebut seorang tokoh bernama Zhou Bou Tong dalam serial film “Kisah Pendekar Pemanah Rajawali,” tokoh tua berilmu tinggi yang menjadikan film serial menarik, hidup, segar sebagaimana sifat dan karakter dari sang tokoh tua itu sendiri.
Zhou Bou Tong yang dijuluki “Bocah Tua Nakal” adalah tokoh unik yang menjalani dan menganggap hidup sebagai permainan. Memiliki sifat dan karakter menyenangkan layaknya anak-anak yang suka bermain. Tokoh tua Zhou Bou Tong, Sang Bocah Tua Nakal menghiasi trilogi “Kisah Pendekar Rajawali,” sebuah kisah epik tentang dunia persilatan yang penuh dengan intrik, cinta dan pengorbanan. Zhou Bou Tong digambarkan memiliki karakter dan watak dengan rasa humor dan memberikan pelajaran tentang hidup.
Bocah Tua Nakal
Memetik pelajaran hidup dari jagoan tuan Zhou Bou Tong yang dijuluki kisah “bocah tua nakal” mengingatkan akan kehidupan di masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak yang menyenangkan, indah, masa dimana hari-hari penuh dengan bermain meski kadang nakal. Masa Bocah adalah masa-hidup menyenangkan dan bahagia, tiada beban menimpa, belum ada ambisi dan keinginan duniawi yang dikejar, sikap hidup riang, lepas, bebas, terkadang nakal namun juga disenangi kawan dan lawan jenis.
Dalam seri pertama film “Pendekar Rajawali Sakti,” Zhou Bou Tong muncul sebagai bocah tua dan tidak ada diceritakan masa awal kehidupannya. Dia adalah teman dan juga adik angkat dari Wang Zhong Yang, pendiri dan pemimpin tertinggi sekte Chuan Chen. Zhou Bou Tong menjadi bagiannya, dan juga termasuk dalam tujuh pendekar utama, dihargai senioritasnya sebagai paman guru. Namun begitu, dia tidak pernah mencampuri urusan sekte, juga menolak menjadi pendeta karena masih sangat tertarik pada seni bela diri dan menikmati hidup seenaknya.
Zhou Bou Tong, orang tua yang jahil, tak ada ambisi tetapi kaya ilmunya. Sang bocah tua nakal, pembuat onar dengan tindak tanduknya dan aktivitasnya yang kerap di luar nalar kependekaran, namun menuai kekaguman dan disegani. Zhou Bou Tong diakui sebagai “the New Great” menggantikan tiga orang “original great”, dan dia dianugerahi gelar bocah nakal pusat serta menggantikan posisi kakaknya Wang Chong Yang.
Zhou Bou Tong dengan sifat dan karakter kekanakan, penuh kebahagiaan, kesukaan dan hobi bermain, mudah penasaran, unik dan memiliki kesaktian di luar perkiraan banyak orang. Ia membuat tercengang banyak orang yang dikira akan mati ketika tercebur ke laut, namun ia muncul ke permukaan dengan mengendarai ikan hiu, sebuah keahlian yang sukar dimiliki banyak orang.
Zhuo Bou Tong alias Ciu Pek Tong dengan karakter Bocah Tua Nakal adalah karakter orang tua dengan kepribadian anak-anak. Ia suka seenaknya sendiri, walau demikian, ilmunya tidak bisa diremehkan. Ilmu yang menjadi jati diri Bocah Tua Nakal adalah ilmu “Tangan Kanan Melawan Tangan Kiri”. Dengan ilmu ini, tangan kanan dan kiri bisa bergerak secara bebas seolah-olah tangan kanan dan kiri adalah dua orang yang berbeda. Ilmu ini tidak bisa dikuasai sekalipun oleh orang yang cerdas. Menurut Kaisar Selatan, ilmu ini hanya bisa dikuasai oleh orang yang tidak punya beban pikiran dan tidak punya akal sehat. (Dr Philip Joeng, FB Kata Kita 4/12/2018).
Wuxia Pendekar Rajawali Sakti
Film “Pendekar Rajawali Sakti,” menjadi menarik karena adanya Zhou Bou Tong, diantara para pendekar yang belajar bela diri untuk mengejar titel terkuat nomor satu. Lain halnya dengan Zhou Bou Tong yang belajar silat hanya karena kecintaan dan kesenangan belaka. Namun begitu, ada ilmu silat tinggi yang dihasilkannya, seperti ilmu tinju yang terdiri dari 72 jurus, mengandung tenaga paling lembut sekaligus memiliki kekerasan. Ada juga ilmu teknik tangan kiri-kanan yang tercipta secara iseng-iseng ketika mengusir kebosanan, ilmu yang bisa membuat tangan kirinya melawan tangan kanannya sendiri, dan diciptakan ketika dia berada di Pulau Persik selama 15 tahun.
Datang ke Pulau Persik dalam rangka mencari seseorang yang telah menipunya, mencuri salah satu dari dua kitab ilmu silat tinggi yang diwariskan Wang Chong Yang kepadanya. Meski berilmu tinggi, Zhou Bou Tong tidak pernah menerima murid secara terang-terangan. Dia bahkan memberikan hormat balik kepada Quo Cing yang berterima kasih kepadanya karena telah diajarkan ilmu tangan kiri-kanan, dan sempat menerima Ye Lugui sebagai murid rahasianya.
Zhou Bou Tong, sang petualangan kehidupan. Saat berpergian ke negeri Ta Li, dia jatuh hati dan berhubungan cinta dengan Lou Ying, wanita selir dari kaisar Selatan. Dia menjadi malu dan merasa sangat bersalah, namun alih-alih bertanggung jawab memperistri Liu Ying, dia malah melarikan diri berpetualang dan bermain-main di sepanjang hidupnya, meski dalam lubuk hatinya terdalam, Lou Ying adalah cinta dalam hidupnya. Hubungan cinta terlarang ini nyatanya menghasilkan seorang anak yang baru diketahui setelah 50 tahun kemudian dimana anaknya telah mati dibunuh seorang pendekar yang memperoleh maaf darinya.
Keliaran Zhou Bou Tong dalam bermain terlihat tampak ketika mengalami kalah taruhan. Meski begitu dia tidak akan pernah berhenti mencari sesuatu yang menarik untuk dia mainkan. Dia pernah beradu diam dengan para pesilat bayaran, dan menganggap beradu permainan diam itu begitu menarik dan dia sangat serius memainkannya. Namun di balik kehidupannya yang sangat bebas dan riang itu ada juga yang dia takuti. Rasa takut dari rasa salah dan cintanya, diantaranya Lou Ying, selir kaisar Selatan yang dicintainya.
Selama hidupnya Zhou Bou Tong tidak menetap. Namun ini berubah saat ia berkenalan dengan Sio Liong Ni, gadis muda yang mengundang rasa penasaran, karena gadis naga kecil ini tidur di atas seutas tali dan mampu mengendalikan lebah. Dia pun mendekati dan berteman baik dengan Sio Liong Ni yang sifatnya polos dan innocent seperti karakter Guo Cing. Dua anak muda yang diangkatnya sebagai saudara. Karakter polos dan jujur bertemu dengan sifat kekanak-kanakannya, memungkinkan mereka cepat mengakrabkan diri. Zhou Bou Tong mengajarkan teknik tangan kiri kanannya kepada Sio Liong Ni, lalu untuk pertama kalinya, bocah tua nakal ini pun hidup menetap. Dia membangun peternakan lebah di lembah 100 bunga dan menjalani hidupnya dengan penuh kebahagiaan, mencapai integritas diri pada usia 100 tahun.
Serial film Pendekar Rajawali diangkat dari novel wuxia (fiksi silat) karya penulis Jin Yong Louis Cha (1924-2018), masing-masing terbit tahun 1957, 1959, dan 1961. Trilogi Film “Legend of The Condor Heroes” (serial tv 1983) atau “Legenda Pendekar Pemanah Rajawali alias Sia Tiauw Enghiong.” Seri kedua, “Return of Condor Heroes” (1983) atau Sin Tiauw Hiaplu, alias “Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali”, dan seri Ketiga “Kisah Pedang Langit dan Golok Pembunuh Naga,” atau To Liong To, “Heavenly Sword and Dragon Sabre.” Novel silat Wuxia dari Trilogi Jin Yong/Chin Yung ini sangat terkenal di negara Asia, kerap diadaptasi menjadi film seri dan layar lebar.
Hidup Sebagai Permainan dan Perjalanan
Di Cina, tokoh Zhou Bou Tong dalam film “Legenda pendekar Rajawali” dikabarkan juga bukan sekedar tokoh fiksi tetapi memang ada dalam kehidupan nyata sebagai seorang pengikut ajaran Tao. Kisah Zhou Bou Tong Bocah Tua Nakal mengajarkan bagaimana menjalani hidup ala Taoisme, dan menjadikan kita merenung tentang makna hidup. Tampaknya makna hidup adalah sekedar untuk hidup. Begitu jelas sederhana, dan kontras dengan gambaran umumnya dari kebanyakan orang menjalani hidup.
Gambaran umum, dimana semua orang sepertinya berlari-lari dengan panik karena seolah-olah perlu mencapai sesuatu di luar diri mereka. Kisah hidup Zhuo Bu Tong menawarkan perspektif lain, perspektif filsafat Taoisme. Sebagai “way of life”, mengajak untuk berhenti sejenak dari sibuknya dunia, dari pengejaran status nomor satu dalam hidup duniawi yang kompetitif. Dapat merenungkan esensi sejati dari keberadaan hidup sebagai manusia dan membayangkan hidup sebagai panggung besar dimana setiap orang memainkan peran uniknya.
Dibalik dinamika kehidupan yang penuh warna, selayaknya mampu melihat kehidupan bukan sebagai perlombaan mencapai tujuan, melainkan sebagai permainan yang dipenuhi pengalaman kejutan dan kebahagiaan. Seperti anak-anak yang bermain tanpa beban, begitu yang tergambar dalam sosok Zhou Bou Tong. Bocah Tua Nakal ini mengajak untuk melepaskan diri dari belenggu ekspektasi dan tekanan, namun menikmati setiap momen dalam perjalanan hidup.
Kiranya sosok Zhou Bou Tong ini juga mengambarkan filosofi yang dikemukakan Alan Watts di dalam sejumlah buku filsafatnya yang mencerminkan Taoisme dan Zen Buddhisme. Hidup sebagai permainan, begitulah yang dilakoni Zhou Bou Tong. Menurut Alan Watts dalam “The Wisdom of Insecurity” (1951) dan “The Way of Zen” (1957), memahami pendekatan hidup sebagai permainan dapat membawa kedamaian, kebahagiaan dan kebebasan dalam hidup. Hidup tidak harus dipenuhi dengan ketegangan dan tekanan hanya untuk mencapai sesuatu, sebaliknya dapat dinikmati sebagai sebuah perjalanan yang menyenangkan dan penuh makna.
Secara luas dan dalam, Alan Watts menjelaskan filosofi hidup ini dalam bukunya yang berjudul “The Book on The Taboo Againts Knowing Who You Are” (1966). Dalam buku tersebut ia menyatakan “Makna Hidup adalah sekedar untuk hidup.” Hidup itu sudah memiliki makna tanpa perlu kita selalu mengejar sesuatu yang lebih. Dengan melihat hidup sebagai permainan, kita diajak untuk merasakan setiap momen tanpa beban berat ekspektasi atau tekanan sama sekali, sebagaimana masa anak-anak yang bermain riang.
Di tengah kehidupan masyarakat modern yang terlalu terfokus pada hasil dan pencapaian dimana orang seringkali melupakan pentingnya menikmati proses perjalanan itu sendiri. Hidup adalah perjalanan, dan nikmati prosesnya hingga mengenali detailnya dan merasakan momen-momen sesaat yang selalu baru, kreatif dan mengejutkan. Sama halnya dengan permainan adalah tentang menikmati prosesnya bukan hasil akhirnya, begitu pula dengan sebuah perjalanan, nikmati detailnya dan momen-momennya dan bukan semata terpaku pada tujuannya.
Dalam dunia kangouw, dunia persilatan tergambar pelaku-pelaku protagonis dan antagonis, sosok baik dan buruk, hitam dan putih, sebagai cermin kehidupan duniawi dengan hasrat, ambisi, status, jabatan, popularitas, keahlian untuk menjadi nomor Satu. Namun dibalik kehidupan duniawi para pendekar itu tersembunyi jalan kosong Taoisme dari seorang Zhou Bou Tong Sang Bocah Tua Nakal.
Jalan Taoisme yang juga menjadi rujukan atas hadirnya Chan/Zen Buddhism di Cina. Mari menjalani masa tua penuh kegembiraan dan kebahagiaan, menikmati hidup yang menyenangkan untuk terpenuhinya integritas diri, dengan tidak terpuruk dalam kesia-siaan, despair, keputusasaan! (JP) ***
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).
Sumber gambar: https://wapbaike.baidu.com/tashuo/browse/content?id=660f43d912744de232fef121