A Simple Art of Giving in Buddhism

Home » Artikel » A Simple Art of Giving in Buddhism

Dilihat

Dilihat : 28 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 32
  • 62
  • 38,741
Pic 2 Simple Art Of Giving

Oleh: Vijjavati Anindita

 

Berdana adalah salah satu bentuk kebajikan yang sewajarnya dilakukan untuk menambah karma baik seseorang di kehidupan ini. Dana tidak hanya diberikan dalam bentuk materi seperti uang dan benda, tetapi juga nonmateri seperti perlindungan dan sharing pengetahuan. Dana, seperti pindapatta, adalah salah satu bentuk pelestarian dharma karena tanpa pindapatta dari umat, bhikkhu tentu saja tidak memiliki persediaan makanan yang cukup, yang dapat memberikan mereka tenaga untuk melaksanakan tugas dan melanjutkan perkembangan Budha dharma.

Berdana tidak boleh sembarang berdana. Ada rambu-rambu yang mesti diperhatikan ketika memberikan dana. Ketika berdana, yang umumnya umat perhatikan adalah jumlah dana yang diberikan. Karena takut dananya terlalu sedikit, ada umat yang memaksakan untuk berdana lebih banyak – mungkin sampai melewati kapasitas dirinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada lagi umat yang selektif, hanya berkenan untuk berdana secara nonmateri. Meskipun setiap orang memiliki preferensi dan kemampuan yang berbeda dalam berdana, ada rambu-rambu umum yang patutnya diikuti saat memberikan dana.

Ada satu pernyataan kunci yang hendaknya saya camkan saat berdana, yaitu pemberian mencerminkan kualitas pikiran. Buddhisme sendiri adalah ajaran yang sangat menekankan pada kualitas batin pengikutnya. Pikiran tidak hanya disadari, tetapi juga dijaga sehingga arah geraknya pikiran senantiasa diperhatikan. Bukan dijaga dari pikiran-pikiran jelek saja, pikiran seyogyanya diarahkan menuju hal-hal yang baik dan bermanfaat. Jangan sampai niat yang awalnya baik malah berubah menjadi tidak baik pada akhirnya. Jika pikiran dapat berubah haluan seperti demikian, bagaimana dengan berdana?

Ada satu pengalaman yang saya alami ketika pulang kampung ke Bandung. Ketika sedang duduk santai menikmati pemandangan lalu lintas di perempatan, saya melihat seorang laki-laki berbaju sederhana, tanpa alas kaki, yang badannya masih sehat. Ketika lampu merah, laki-laki yang tadinya berbadan sehat berpura-pura menjadi lumpuh. Ia bertingkah seakan-akan tangan dan kakinya gemetaran dan sulit untuk digerakkan. Beberapa pengemudi memberikan uang kepada laki-laki itu, tetapi saya yang mengetahui kondisi aslinya hanya membatu. Tidak terpikirkan oleh saya apa yang mesti dilakukan setelah menangkap basah aksi penipuan tersebut.

Seperti yang telah disebutkan, dana ada yang berupa materi dan nonmateri. Ketika ada seseorang yang memerlukan bantuan, seseorang akan berpikir, ‘lebih baik berdana yang mana? Materi atau bukan materi?’ Sebenarnya, kedua jenis dana tersebut sama-sama baik dan bermanfaat. Namun, masalah yang kerap saya temui adalah ada orang yang saat dihadapkan dengan kesempatan berdana, ia mengalami pergumulan di dalam pikirannya. Kalau saya berdana uang, ada kemungkinan disalahgunakan. Kalau saya berdana ke vihara, sudah banyak yang berdana ke sana sehingga mungkin dana saya menjadi kurang bermanfaat. Kalau dana saya kurang banyak atau bukan berupa uang, tidak ada yang menghargai dana saya… dan masih banyak lagi pergumulan yang dilalui hanya untuk berdana.

Setelah melalui pergumulan tersebut, belum tentu juga orang tersebut jadi berdana. Seringnya, umat malah benar-benar tidak jadi memberikan dana. Kalau sudah begitu, bergumul dengan diri sendiri menggunakan dalih pengetahuan dharma hingga analisis untung-rugi malah menyia-nyiakan kesempatan baik untuk memberikan dana. Dalam konteks berdana, ada pihak pemberi maupun pihak penerima. Ketika memberi, pemberi dilatarbelakangi motivasi dan niatnya. Bagaimana dananya diterima dengan baik atau tidak bukanlah urusan pemberi. Setelah dana diberikan, objek yang didanakan bukan lagi milik pemberi, melainkan milik penerima.

Bagaimana jika saat itu tidak bisa berdana uang? Jika semua dana hanya bisa diberikan dalam bentuk materi, saya pikir bhikkhu hanya selalu menjadi reseptor dana tanpa melakukan pemberian sebagai timbal baliknya. Dari sini, dapat diketahui bahwa berdana perlu memerhatikan kapasitas dari pemberi maupun penerima. Kalau tidak mampu memberi tanpa pamrih, ya tidak usah. Apapun bentuk dananya, pastikanlah bahwa dana tersebut diberikan dengan niat terbaik yang dimiliki saat itu.

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Sabda Budha. (2024). Sejauh Mana Kita Memberi. https://youtu.be/cqcXniaxCnM?si=ArdE-RGqGukmckaN, diakses 29 April 2024

Gambar https://gen4.focolare.org/en/how-we-live/the-culture-of-giving-and-sharing/. Diakses 30 April 2024.

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?