Apa Kata Konfusius Tentang Moralitas dan Orang Terpelajar

Home » Artikel » Apa Kata Konfusius Tentang Moralitas dan Orang Terpelajar

Dilihat

Dilihat : 20 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 10
  • 73
  • 46,487
15 moralitas konfusius

Oleh: Jo Priastana

“Dua hal yang membangkitkan ketakjuban saya: langit bertaburkan bintang di atas dan hukum moral di dalam diri saya” (Immanuel Kant, Filsuf)

 

Kalau mau sukses hidup dalam masyarakat, maka perlulah moralitas ditumbuhkan. Konfusius telah mengatakan dan mengajarkan hal itu pada ribuan tahun yang lampau. Apakah kesuksesan di masyarakat itu memang perlu? Ya, tentu saja, karena dengan begitu orang dapat menumbuhkan segenap potensi kemuliaan dirinya, dan merasakan sungguh-sungguh menjadi manusia yang sejati.

Cobalah lihat, apakah dalam kehidupannya di masyarakat orang mau dihina? Tentu setiap orang tidak akan mau mendapat penghinaan, bahkan sebaliknya mereka malahan ingin mendapat simpati dari umum, menjadi orang yang dapat dipercaya, berhasil dalam setiap tugasnya, sehingga kata-kata dan perintahnya dapat didengar dan dituruti.

Guru Konfusius memberi tahu kita, bahwa untuk kesuksesan yang diperoleh dalam masyarakat awalnya bermula dari diri sendiri dulu. Kesuksesan itu merupakan berkas sinar yang tumbuh dari dalam diri sendiri ketika seseorang menumbuhkan rasa hormat, dapat bersikap lapang dada, dapat dipercaya, cekatan dan giat, dan suka menaruh belas kasihan (Lun Yu XVI/6).

 

Moralitas Manusia   

Sepanjang hidupnya, Konfusius dikenal sebagai guru moralitas. Guru ini mengajarkan mengenai moralitas, tata susila, etika dan sifat-sifat mulia manusia yang sangat penting bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Baginya, masyarakat yang sejahtera adalah pancaran dari ketertiban moralitas yang berkembang dalam diri setiap manusia. Ketika masyarakat tidak lagi sejahtera dan mengalami kekacauan, maka itu berarti moralitas perlu ditegakkan di dalam diri setiap manusia.

Dalam ajaran Konfusius mengenai Lima sifat mulia manusia (Wu Chang), Moralitas (Jen) merupakan salah satu dari keempat sifat mulia lainnya, seperti: Solidaritas (I), Tata Susila (Li), Kebijaksanaan (Ce) dan dapat dipercaya (Sin). Namun begitu, Jen sebagai moralitas ini merupakan dasar sifat mulia yang mencerminkan kemanusiaan seseorang untuk menjadi manusia sejati. Karena didalam sifat mulia moralitas (Jen) ini terkandung sifat-sifat mulia lainnya seperti: cinta kasih, kebenaran, kebajikan, tahu diri, halus budi pekerti, dan tenggang rasa, serta dapat memahami perasaan orang lain.

 Jen merupakan sifat mulia yang menjadi tolok ukur di dalam tingkah laku dan etika moral seseorang. Jen merupakan sifat luhur yang humanis dan manusiawi, yang mencerminkan kemuliaan seseorang sebagai manusia.  Jen tidak berpangkal pada kesucian yang semu, tetapi kepada kebaikan yang luhur dari pribadi  manusia. Konfusius berkata: “Hanya orang yang memiliki moralitas (Jen) yang dapat mengasihi seseorang atau membenci seseorang.” (Lun Yu IV/3).

  Dengan begitu, perwujudan Jen (moralitas) ini merupakan ukuran kemanusiaan seseorang. Dan untuk mendapatkan dan menumbuhkan kualitas kemanusiaan sejati ini, tidak bisa tidak akan tercermin dalam kehidupannya di masyarakat.

Bahwa moralitas itu harus terbuktikan dalam pergaulan masyarakat, dikatakan oleh Konfusius: “Dengan apa kita membalas kebaikan hati? Suatu hinaan dibalas dengan sikap jujur, dan kebaikan hati dibalas dengan kebaikan hati.” (Lun Yu XIV/36). Orang yang memiliki Jen adalah orang yang ideal. Dia tidak saja memberikan contoh yang baik kepada orang lain, tetapi juga bertugas untuk membimbing orang lain.

   Bila sewaktu kelahirannya sebagai manusia orang itu tidak bisa menolak dan sudah kodratnya, maka untuk menjadi manusia sejati, manusia budiman, menumbuhkan sifat moralitas (Jen) itu, manusia dapat memilih, mau atau tidak?

Dengan begitu, manusia dapat menumbuhkan Jen, moralitasnya, dapat belajar dan selalu memperbaiki dirinya. Bagaimana cara menumbuhkan Jen? Zi Hsia, murid Konfusius mengatakan: “Hanya dengan belajar secara giat serta mempunyai tekad dan tujuan yang baik, bertanya dengan sejujurnya dan menunjukkan perenungan diri, maka moralitas akan diperoleh.” (Lun Yu XIX/6).

 

Orang Terpelajar

  Moralitas itu bisa dipelajari, dan tekad juga bisa ditumbuhkan. Moralitas itulah yang menjadikan manusia pantas disebut terpelajar. Orang terpelajar sangat didambakan Konfusius, dan karenanya Konfusius sangat dikenal sekali sebagai seorang Guru, seorang pendidik, seorang yang sangat menghargai pendidikan, orang terpelajar yang bermoralitas. Konfusius: “Orang-orang terpelajar dan orang-orang yang memiliki moralitas tidak akan hidup dengan merusak moralitasnya. Mereka akan mengorbankan dirinya untuk menjaga keutuhan moralitasnya.” (Lun Yu XV/8).

Moralitas pula yang akan menjadi daya tahan setiap orang didalam menghadapi segala keadaan.  “Mereka yang tidak memiliki moralitas, tidaklah akan hidup lama, baik dalam kondisi kemiskinan dan kesukaran, maupun dalam kondisi kesenangan. Orang yang bermoral, hidup dengan tenang dalam moralitas; orang yang bijaksana menekankan moralitas.” (Lun Yu IV/12). ” Itu sebabnya, bila orang-orang terpelajar yang seharusnya mencerminkan moralitas tapi ternyata tidak, maka masyarakat itu pun akan akan kacau dan jauh dari sejahtera.

Moralitas (Jen) itulah yang menjaga kesejahteraan dan ketertiban masyarakat. “Orang yang memiliki moralitas, pada waktu ingin menegakkan dirinya juga berusaha untuk menegakkan orang lain. “Pada waktu ingin memajukan dirinya juga berusaha untuk memajukan orang lain, maka dapat dipanggil moralitas yang sempurna.” (Lun Yu/VI/28).

Menjadi manusia yang sempurna, adalah dapat hidup di masyarakat dengan mewujudkan sifat-sifat mulia kemanusiaannya, seperti memiliki moralitas dan dapat bersikap bijaksana ditengah segala arus dan corak kehidupan masyarakat. “Orang bijaksana tidak pernah bingung; orang yang memiliki moralitas tidak pernah ragu-ragu, dan orang yang berani tidak pernah takut.” (Lun Yu IX/28).

Sepanjang hidupnya, Konfusius dikenal sebagai guru yang ingin menyaksikan masyarakat itu sejahtera dan tertib. Karena itulah, dalam keadaan masyarakat yang tidak sejahtera, damai atau kacau, nilai-nilai Konfusius yang menumbuhkan budi pekerti itu sangat relevan dan pantas ditumbuhkan. (JP).

***

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?