Bhikkhu Tejadhammo: Membina Masyarakat Barengkok Tanpa Membawa Angin Surga

Home » Artikel » Bhikkhu Tejadhammo: Membina Masyarakat Barengkok Tanpa Membawa Angin Surga

Dilihat

Dilihat : 146 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 29
  • 271
  • 82,532
Pic 4 Bhikkhu Tejadhammo jpg

Reporter: Majaputera Karniawan, M.Pd.

 

Siang itu, pada Minggu 13 Juli 2025, saya kembali melakukan tugas Dhammaduta untuk membina umat Tridharma yang ada di kawasan Kampung Barengkok, Tenjo, Kab. Bogor. Topografi kawasan ini berada di tengah permukiman penduduk dengan hutan bambu,  persawahan, dan kawasan perhutanan kayu. Kampung barengkok memiliki sebuah wihara Tridharma bernama Sam Kauw Bio Maitri Karuna. Di kampung ini terdapat Buddhasasana yang cukup baik dengan hadirnya 3 orang Bhikkhu Sangha di tengah-tengah masyarakatnya, ada Bhikkhu Atthakovido, Bhikkhu Janaka, dan Bhikkhu Tejadhammo.

Siang ini saya berkesempatan ikut dana makan kepada Bhante Tejadhammo, saung tempat beliau tinggal (Saung Mahasavaka terletak di tepi taman makam Tionghoa Kampung Barengkok dan sebuah aliran kali kecil, tempat ideal bagi seorang Bhikkhu untuk berlatih di mana menurut sebagian orang kawasan dekat perkuburan cukup menyeramkan, sementara bagi Bhikkhu (Seorang yang meninggalkan kehidupan rumah tangga/Chu Jia ren 出家人) ini adalah tempat yang tepat untuk berlatih. Setelah dana makan, beliau menceritakan aktivitas dan tantangannya dalam kehidupan pertapaan sekaligus pembinaan masyarakat Buddhis sekitar.

 

A. Bahasa Iklan

Beberapa waktu lalu, dari 28 April sampai 28 Mei 2025 ada 5 mahasiswa Nalanda yang turut melakukan pembinaan dalam program KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Wihara Sam Kauw Bio Maitri Karuna, saat itu saya berperan sebagai dosen pendamping lapangan yang mengawasi mereka. Setiap hari (terkecuali ada yang berpavarana untuk menyediakan dana makan), Bhante Teja melakukan Pindapatta (Berkeliling untuk mencari derma makanan). Lewat pindapatta inilah Bhante dan para mahasiswa dipertemukan dalam kebajikan. Mahasiswa secara proaktif membantu Bhikkhu Sangha dalam berpindapatta dan beragam aktivitas Dhamma lainnya, selain daripada mengurus dan membina masyarakat di wihara posko mereka.

Dalam satu kesempatan Bhante membantu para mahasiswa membuat plang penunjuk arah untuk mengganti plang sebelumnya yang sudah roboh dan rusak. Bhante menyarankan agar para mahasiswa memakai barang-barang yang tersedia di Saung Bhante. Kala itu tim KKN yang terdiri dari Sdr. Tri Laksono, Sdr. Ogin Adi Pala, dan Sdr. Hardiansyah bersama Bhante membuat plang tersebut, sebuah plang sederhana berwarna biru selesai dalam waktu singkat dari barang-barang daur ulang. Di sinilah bhante mengajarkan soal bahasa iklan berdasarkan pengalamannya sewaktu masih umat awam bekerja di toko listrik. ‘Orang ke sini cari wihara kan, maka tulisan Sam Kauw Bio nya gedein, orang sudah tau kalo Sam Kauw Bio itu ya pasti wihara’ jelas Bhante.

Bhante secara tak langsung mengajarkan soal anchor hook (kalimat penarik guna “menjangkarkan” sebuah informasi agar dapat melekat dan mempengaruhi keputusan individu setelah mendapatkan inforrmasi tersebut, Widyarini: 2022) dalam komunikasi bahasa Iklan yang singkat namun langsung masuk ke persepsi pembacanya, meskipun beliau tidak memahami ilmu semiotika Charles Sander Pierce tentang logika pertandaan, tetapi itu sudah cukup. Meski pada akhirnya saran dari Bhante tidak digunakan karena setelah diskusi bersama para pemuda wihara memiliki pemikiran yang berbeda, tetapi di sini Bhante telah memberikan pemahaman baru tentang hook anchor dalam Bahasa komunikasi iklan. Hal yang lucu mendapatkan ilmu marketing dari seorang Samana (Petapa), tetapi inilah yang membuat pendekatan Dhamma Bhante ke masyarakat menjadi punya ciri khas dan ber-nash.

 

B. Bahasa Orang Tua: ‘Mau Sakit Hati Atau Enggak Sebodo Amat, Yang Penting Bener’

Perbincangan soal bahasa belum berhenti, kali ini Bhante memberikan cerita pengalamannya sebagai ‘Orang tua’ yang membina para pemuda Buddhis di Barengkok. Bhante sadar bahwa sebagai tokoh, ia juga menjadi figur yang kerap diminta saran dan nasihat oleh masyarakat, ada tanggung jawab sosial juga untuk mengarahkan orang-orang tak terkecuali para pemuda sekitar untuk berperilaku baik dan benar. Bhante menceritakan bahwa dalam proses membina dan memberi nasihat, terkadang beliau sampai harus bersikap sedikit tegas.

‘… Pernah Bhante sampai terpaksa harus menegur, bukan karena kita benci tapi kan karena kita sayang, … namanya orang tua mah kan gitu kalo ngasih nasihat, mau nantinya sakit hati atau enggak sebodo amat, yang penting bener’. Sebuah nasihat baik memang tidak selalu disampaikan dalam bahasa yang lemah lembut, terkadang nasihat baik disampaikan justru dalam rangka mengkritisi kekeliruan kita, dan dalam mengkritisi kekeliruan tersebut, tentu akan ada penolakan dan konfrontasi dalam batin. Seperti Sang Buddha mengajarkan sebuah alegori kepada pangeran Abhayarajakumara (MN58 Abhayarajakumara Sutta), bila seorang anak balita ketika bermain tidak sengaja menelan batu kerikil, apa kita lebih tega membiarkannya tersedak karena takut merobek bibirnya, atau mengambil paksa kerikil tersebut meski beresiko membuat bibir dan tenggorokannya terluka?

Jelas pangeran Abhaya memilih mengambil batu tersebut sekalipun harus merobek mulut anak tersebut. Bila kita menganalisis sutta tersebut secara kontekstual, dalam proses memberikan nasihat kritis, memang akan terjadi konfrontasi dialektika, tetapi dalam dialektika inilah daya nalar kritis kita diuji, apakah kita lebih peduli pada nasihat yang disampaikan meski menyayat hati, atau memilih mengikuti perasaan kita sendiri dan menolak nasihat tersebut. Secara teori tentu kita akan memilih untuk mendengarkan nasihat baik yang disampaikan untuk mengkritisi kedunguan kita, tetapi dalam praktiknya tidak semudah itu bukan? Meski begitu, bhante menegaskan bahwa adanya teguran dan kritik justru salah satu bentuk feedback kepedulian, untuk membentuk pola pikir dan pembangunan pribadi yang lebih baik ke depannya.

 

C. Kepedulian Merawat Tradisi: Bukan Menjanjikan Angin Surga

Beberapa langkah dari saung Bhante tinggal, ada sebuah altar dewa bumi / Pakung (Tu Ti Pakung 土地伯公) yang dikelola wihara setempat sebagai penghormatan pada dewa bumi yang menjaga lingkungan dan taman makam Tionghoa Barengkok. Beberapa waktu lalu saya berkesempatan merestorasi altar tersebut dan melakukan perbaikan supaya altar terlihat lebih layak, termasuk di antaranya penggantian lukisan sederhana menjadi Paiwei 牌位 dan rupang dewa bumi supaya lebih layak. Dalam proses perbaikan tersebut bahkan bhante terjun langsung membantu instalasi kelistrikan. Sebelumnya bhante sudah sempat memasangkan lampu penerangan untuk altar tersebut, hanya saja tiang lampunya sempat roboh kena hujan besar. Saat ini altar sudah kembali bagus dan lebih layak dari sebelumnya.

Selain tradisi Tionghoa, Bhante juga melestarikan tradisi baik Buddhis berupa Pindapatta, beliau sangat rajin berpindapatta sebagai langkah membumi dengan masyarakat. Bhante tidak anti pada tradisi, justru menurutnya tradisi-tradisi baik perlu terus dibudayakan supaya bisa menjadi ladang jasa bersama. “Bhante kan di sini bukan menjanjikan angin surga, kita mah enggak menjanjikan apa-apa, tetapi kita tau kalau orang hidup kan harus memupuk jasa”.

Bagi Bhante, orang berbuat jasa adalah kebutuhan dalam hidup ini, sebagaimana ajaran Buddha yang percaya akan hukum Kammavipaka (karma dan akibat perbuatan) menyatakan bahwa Jasa (Punna) adalah tabungan penyokong makhluk-makhluk hidup ketika mereka muncul di alam lain (SN3.4 Piyasutta) dan menjadi ladang berbuat jasa bagi orang-orang adalah menjadi sarana bagi orang-orang supaya bisa berDharma dalam hidupnya. Bila kita lihat dalam kacamata Buddhisme, berDharma bukan sebatas supaya mencapai alam surga (Saggaloka/Svargaloka), namun agar surga itu terwujud di dalam hidup ini, saat ini juga, yakni memiliki moral baik, bebas dari iri, dan kekikiran (AN3.10 Malasutta) inilah jalan membawa surga kedalam realitas.

******

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Daftar Pustaka

Widyarini. 2022. Anchoring Untuk Meningkatkan Daya Pengaruh Fasilitator. https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/anchoring-untuk-meningkatkan-daya-pengaruh-fasilitator-e0c684b5/detail/. Diakses 17 Jul. 25.

Suttacentral. 2019. Majjhima Nikaya. https://suttacentral.net/pitaka/sutta/middle?lang=en. Diakses 17 Jul. 25.

__________. Samyutta Nikaya. https://suttacentral.net/pitaka/sutta/linked?lang=en. Diakses 17 Jul. 25.

__________. Anguttara Nikaya. https://suttacentral.net/pitaka/sutta/numbered?lang=en. Diakses 17 Jul. 25.

Foto: https://www.instagram.com/p/DMCtI6IT-Wy/?utm_source=ig_web_copy_link. Diakses 17 Jul. 25

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?