Biar Glowing kayak Song Hye-Kyo

Home » Artikel » Biar Glowing kayak Song Hye-Kyo

Dilihat

Dilihat : 71 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 25
  • 22
  • 30,346

Oleh: Jo Priastana

 

“If people were more concerned with how they looked on the inside,

then on the outside, the world would be a nicer place to exist.”

(David Walsh, 1945-1998, Canadian Businessman)

Gelombang “Skincare,” perawatan kulit dengan memoles wajah dan menjadikan kulit cerah menjadi fenomena. Kegiatan merawat kulit wajah merasuk ke segala kalangan, tidak hanya perempuan, sosialita, kaum muda, juga orang tua, ibu rumah tangga, kaum lelaki pun, profesional muda sampai asisten rumah tangga. Mereka seakan-akan terbangun kesadarannya untuk memoles wajahnya serta permukaan kulitnya menjadi kinclong tercerahkan.

Mau kulitnya kencang dan kinclong, layaknya bintang idola mereka dari Korea, Song Hye-Kyo yang kulitnya glowing, bercahaya. Song Hye-Kyo adalah aktris dan model Korea yang bermain dalam film “Descendants of the Sun”. Usianya 40 tahun, tapi kulitnya katanya tampak selicin lilin. Pada akhirnya mereka yang mendambakan kulit cerah ini menjadi konsumen dengan berburu produk skincare atau mengunjungi klinik kosmetik pengencangan kulit.

Sebuah fenomena sosial budaya yang berkembang tampaknya ini tidak lepas dari bantuan media sosial. Medsos yang banyak menyajikan dan menghamburkan konten-konten cara merawat kulit, ulasan produk-produk skincare terbaru, sampai kisah crazy rich people yang tumbuh dari industri kosmetik. Kenapa ingin mendapatkan kulit cerah dan bercahaya? Kabarnya, disamping untuk alasan penampilan dan kesehatan, toh pada akhirnya juga untuk mendapatkan rasa percaya diri dan citra diri positif.

Kecantikan Industri

Fenomena ledakan penggunaan skincare ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga dunia. Statista.com mencatat, pendapatan industri skincare secara global memperlihatkan tren naik. Tahun 2019 mencapai 135 juta dollar AS. Pandemi membuat pendapatan industri skincare turun jadi 130 miliar dollar (Rp 1.862 triliun), tapi tahun 2021 melonjak lebih dari 140 miliar dollar AS. Diperkirakan cuan dari industri ini akan terus naik hingga lebih dari 177 miliar dollar AS pada 2025. Industri menyasar banyak segmen kelas, termasuk laki-laki. Caranya dengan menawarkan produk perawatan untuk laki-laki dan mengonstruksi “citra kegantengan” global lewat aneka medium, seperti film, iklan, dan ocehan di media sosial. (BSB/BAY. Kompas, 23/1/2022)

Menjelaskan fenomena gelombang budaya skincare ini, Shuri Mariasih Gietty Tambunan, dosen Cultural Studies, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, mengungkapkan bahwa meledaknya penggunaan skincare di Indonesia tidak lepas dari masifnya diseminasi informasi di media sosial dan derasnya arus globalisasi budaya populer Asia Timur pada akhir 1990-an dan awal 2000-an. Awalnya yang menyebar produk budaya populer dalam bentuk film, drama, dan musik dari Taiwan, Jepang, dan terakhir Korea. Fenomena ini menggeser konsep kecantikan dan kegantengan yang awalnya berkiblat ke Barat menjadi ke Timur.

Dikatakannya, “Infiltrasi Gelombang Korea menjadi launching board perubahan konsep tentang kecantikan dan ini gencar terjadi pada sepuluh tahun belakangan ini. Orang melihat wajah cantik ala Korea dan ingin menjadi seperti itu. Pergeseran konstruksi kecantikan ini memberikan sejumlah dampak positif. Standar kecantikan tidak lagi tunggal setelah didominasi Barat. Dikotomi kecantikan Barat dan Timur pun memudar karena opsi standar kecantikan beragam.”  

Selain itu, kata Geitty, ada perubahan nilai gender dalam feminitas dan maskulinitas. Citra laki-laki metroseksual yang suka dandan dan memperhatikan betul penampilan misalnya, semakin familier. Namun begitu, bagaimanapun juga, kesadaran sosial pentingnya memelihara kecantikan dan kegantengan itu tetap saja bentukan industri. “Standar kecantikan tetap memosisikan perempuan sebagai konsumen meskipun (industri dan agen-agen komunikasinya termasuk influencer, youtuber, atau tiktoker) menggambarkan seolah-olah perempuan menjadi subyek karena bisa memilih standar kecantikan yang mana.” kata Gietty.

Lanjut Gietty, fenomena seperti ini sama sekali bukan hal baru. Industri kapitalisme sejak awal memang bekerja dengan cara seperti itu: menanamkan kesadaran tentang apa yang perlu kita konsumsi, termasuk produk perawatan kulit dan citra kecantikan atau kegantengan yang perlu diikuti. Makanya, industri tidak akan berkata bahwa kecantikan dan kegantengan berasal dari hati. Pasalnya, urusan hati lebih susah untuk dimonetisasi dan dikomersialisasikan. (BSB/BAY. Kompas, 23/1/2022).

Merawat kulit adalah investasi, begitu pendapat anak muda sekarang. Maklum penampilan terutama bagian wajah, membuat mereka merasa lebih percaya diri. Cewek dan cowok rajin merawat diri dengan aneka produk skincare (perawatan kulit) demi wajah kinclong biar glowing kayak Song Hye-Kyo, dan penampilan dengan rasa citra diri yang positif. Semakin lengkaplah dunia yang penuh citraan ini.

Kulit Cerah Sang Buddha

Menyelami kecantikan yang kesannya sebatas kulit itu, mari kita belajar dari Sang Buddha. Sang Buddha yang telah tercerahkan dikenal tampil penuh percaya diri. Beliau juga memiliki kulit yang bersih dan tercerahkan. Dikatakan, bahwa Buddha sangat tampan, cantik dan ganteng. Brahmana Sonadanda menggambarkannya sebagai seorang yang “tampan, menarik, dan enak dipandang, dengan warna kulit paling indah. Beliau memiliki bentuk dan wajah seperti dewa, Beliau sama sekali tidak bisa dikatakan tidak menarik.” (D.I.115).

Vacchagotta mengatakan hal ini tentang Beliau, “sungguh hebat sangat mengagumkan, betapa tenteram penampilan Gotama yang baik, betapa cerah dan bercahaya, seperti buah pohon palem yang baru terlepas dari tangkainya yang jernih dan bercahaya, seperti hiasan emas merah yang ditempa dalam wadah oleh seorang pandai emas yang terampil, dengan cekatan ditempa dan diletakkan di atas kain kuning yang bersinar, berkobar, dan berkilau; meskipun demikian indra Gotama yang baik menjadi tenang, kulitNya bersih dan bercahaya.” (A.I, 181).

Orang-orang tertarik oleh ketampanan fisik Buddha seperti mereka tertarik pada kepribadian-Nya yang menyenangkan serta Dharma-Nya. Hanya berada di hadapan Beliau, dapat memberikan efek yang nyata kepada orang-orang. Memang berada dekat Sang Buddha yang memiliki kepribadian berlumur dharma dan tubuh yang tampan dapat langsung merasakan esensi Dharma.

Ketika Sariputta bertemu Nakulapita dan melihat sikapnya yang damai, ia berkata kepadanya, “Perumah tangga, indramu tenang, kulitmu bersih, dan bercahaya. Saya rasa hari ini Anda telah berbicara langsung dengan Bhagawa?” Nakulapita menjawab, “Bagaimana mungkin tidak, Yang Arya? Saya baru saja ditaburi dengan nektar Dharma Bhagawa.” (S.III,2). (S. Dhammika. 2021: 33-34. “Pandangan dari Barat: Agama Buddha di Mata Seorang Biksu Australia.” Jakarta: Karaniya).

Kesempurnaan Buddha terpancar pada kulitnya yang bersih tercerahkan dan tampilan glowing. Menurut Buddhadharma, mereka yang terlahir cantik berkulit cerah merupakan hasil dari karma baiknya di masa lalu. Kecantikan merupakan pahala dari perbuatan baik dan kemurahan hati dalam kehidupan sebelumnya. “Wajah yang cantik, suara yang merdu, kegantengan, dan kebijaksanaan, kekuasaan, serta mempunyai banyak pengikut, semua ini dapat diperoleh sebagai pahala perbuatan baik.” (Nidhikanda Sutta).

Ini menunjukkan bahwa kecantikan itu, wajah yang enak dilihat itu hasil dari keindahan yang terpancar dari dalam, dari hati, pikiran dan perilaku yang terpupuk secara baik. Kecantikan sesungguhnya adalah bersumber dari dalam, dari pikiran dan hati yang bersih, dari perilaku yang tidak mementingkan diri sendiri, dan ini merupakan investasi yang sebenarnya untuk terlahir menjadi cantik yang sejati.

Relatif Sebatas Kulit

Dalam kacamata Buddhadharma, kecantikan tubuh yang eksternal sebatas kulit itu relatif. Akan salah pandang atau terjatuh dalam pandangan yang salah (micchaditthi) jika melekat pada kecantikan luar atau tubuh yang sebatas kulit itu. Sesuatu yang relatif dilekati sebagai yang mutlak. Sang Buddha menekankan agar tidak melekat kepada sesuatu yang relatif, yang berubah, seperti kecantikan tubuh, dan sebaliknya menengok dan menumbuhkan pada kecantikan alami, kebenaran abadi, ketulusan budi.

Untuk itu, Sang Buddha mengajarkan tentang praktik meditasi asuba (asubabhavana) yakni perenungan aspek jasmani yang tidak menyenangkan. Maksud dan tujuan dari latihan ini untuk mendorong ketidakmelekatan terhadap tubuh, meredakan dorongan seksual, dan untuk menyeimbangkan tekanan berlebihan pada umumnya terhadap daya tarik fisik. (S. Dhammika, 2021:153).

Mungkin kata anak muda sekarang tidak selalu terjebak dalam flexing dan narsisisme. Terjebak dalam kegenitan berflexing atau pamer kemewahan dan narsisistik atau cinta diri berlebihan, yang semua itu tidak lain wujud dari attachment, kemelekatan terhadap kehidupan materialisme-hedonisme, fisikal yang hanya selubung dan tidak kekal.

“Dilihat dari sudut pandang yang berbeda, kemolekan tubuh seorang wanita adalah tidak murni, punya sembilan lubang, seperti bejana bau busuk dan sulit diisi; dan dari sudut pandang lainnya sebuah selubung kulit yang dihiasi.” (Nagarjuna dalam Suhrleka).

Ratthapala, seorang murid Sang Buddha melukiskan wanita cantik sebagai berikut: “Lihatlah tubuh itu khayali, membalut seperangkat rangka, penuh luka, berpenyakit, dan menuntut banyak pikiran. Baginya tiada yang pernah tetap, tiada abadi. Lihatlah wujud khayali, walaupun dalam pakaian gemerlap, dengan cincin dan perhiasan, tulang belulang bersarungkan kulit. Kuku diwarnai cat, wajah dipulas bedak, cukup memperdaya si dungu, namun tidak bagi pencari kekekalan. (Majjhima Nikaya, 82).

Bila Buddha mengingatkan bahwa kecantikan fisik itu hanyalah sebatas kulit, dan tidaklah perlu tergantung atau melekat kepadanya, maka filsuf Yunani Plato (427-347) mengungkapkan bahwa kecantikan tidak pernah menempel pada sesuatu yang berdaging.   

Kecantikan Platonik yang memuja keabadian ini mengingatkan bahwa kecantikan adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat bentuknya dari wajah, kaki, tangan, tubuh, dan dari segala sesuatu yang berdaging.  (JP).

***

  • REDAKSI MENYEDIAKAN RUANG SPONSOR (IKLAN) Rp 500.000,- PER 1 BULAN TAYANG. MARI BERIKLAN UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM
  • REDAKSI TURUT MEMBUKA BILA ADA PENULIS YANG BERKENAN BERKONTRIBUSI MENGIRIMKAN ARTIKEL BERTEMAKAN KEBIJAKSANAAN TIMUR (MINIMAL 800 KATA, SEMI ILMIAH)
  • SILAHKAN HUBUNGI: MAJA 089678975279 (Chief Editor)
  • BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA)

 

sumber gambar: https://wolipop.detik.com/entertainment-news/d-6624510/song-hye-kyo–han-so-hee-pamer-poster-drakor-terbaru-bikin-fans-heboh

Butuh bantuan?