Bila Mereka yang di Atas Memiliki Keistimewaan, Mereka yang di Bawah Akan Mengikutinya – When Those Above Have Preferences, Those Below Will Follow Suit

Home » Artikel » Bila Mereka yang di Atas Memiliki Keistimewaan, Mereka yang di Bawah Akan Mengikutinya – When Those Above Have Preferences, Those Below Will Follow Suit

Dilihat

Dilihat : 39 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 69
  • 115
  • 62,198
Pic 1 Bila Mereka

Oleh: Xie Zheng Ming 谢峥明

 

Pepatah kuno, “Bila mereka yang di atas memiliki keistimewaan, mereka yang di bawah akan mengikutinya,” pertama kali muncul dalam Kitab MengZi: Adipati Teng Wen. Makna aslinya adalah bahwa perilaku mereka yang berada di posisi yang lebih tinggi sangat memengaruhi mereka yang berada di bawah mereka. Fenomena ini tidak hanya terlihat dalam kehidupan politik dan sosial kuno, tetapi juga menemukan penerapan yang luas dan implikasi yang mendalam dalam manajemen organisasi modern dan pendidikan keluarga.

The ancient saying, “When those above have preferences, those below will follow suit,” first appeared in *Mencius: Duke Teng Wen*. Its original meaning is that the behavior of those in higher positions profoundly influences those below them. This phenomenon is not only evident in ancient political and social life but also finds extensive application and profound implications in modern organizational management and family education.

Dalam *Kitab MengZi: Adipati Teng Wen*, Mencius dengan jelas menggambarkan prinsip ini melalui contoh putra mahkota Teng selama masa berkabung. Setelah kematian Adipati Teng Wen, putra mahkota, mengikuti nasihat Mencius, mengenakan pakaian kasar, memakan bubur encer, dan menjalani masa berkabung selama tiga tahun untuk mengungkapkan kesedihannya atas ayahnya. Tindakan sang pangeran tidak hanya membuatnya dihormati oleh rakyatnya, tetapi juga mengilhami para pejabat untuk meniru perilakunya, menunjukkan kesedihan yang sama. Mencius mengutip Konfusius: “Kebajikan orang yang unggul bagaikan angin, dan kebajikan orang biasa bagaikan rumput. Bila angin bertiup di atas rumput, rumput itu pasti akan merunduk.” Metafora ini dengan gamblang menjelaskan bagaimana tindakan orang-orang yang berada di posisi yang lebih tinggi bagaikan angin, sedangkan orang-orang di bawah bagaikan rumput—yang pasti bergoyang mengikuti arah angin.

In *Mencius: Duke Teng Wen*, Mencius vividly illustrates this principle through the example of the crown prince of Teng during a mourning period. After the death of Duke Teng Wen, the crown prince, following Mencius’s advice, wore coarse clothing, consumed thin porridge, and observed a three-year mourning period to express his grief for his father. The prince’s actions not only earned him the respect of his subjects but also inspired the officials to emulate his behavior, demonstrating similar sorrow. Mencius quotes Confucius: “The virtue of a superior person is like the wind, and the virtue of a common person is like grass. When the wind blows over the grass, it will surely bend.” This metaphor vividly explains how the actions of those in higher positions are like the wind, while those below are like grass—inevitably swaying in the direction of the wind.

Contoh terkenal lainnya adalah kisah Adipati Huan dari Qi selama periode Musim Semi dan Musim Gugur. Adipati Huan gemar mengenakan jubah ungu, yang membuat para menterinya dan rakyat jelata mengikutinya, yang menyebabkan harga pakaian ungu meroket. Menyadari beratnya situasi, Adipati Huan mengindahkan nasihat menterinya Guan Zhong dan berhenti mengenakan jubah ungu. Ia juga menyatakan rasa jijiknya terhadap orang-orang yang mengenakan pakaian ungu, dengan berkata, “Jauhi aku; aku benci bau pakaian ungu.” Dalam sebulan, tidak seorang pun di ibu kota Qi mengenakan jubah ungu, dan harga pakaian ungu dengan cepat kembali normal. Kisah ini sekali lagi menunjukkan kebenaran bahwa “Bila orang-orang di atas memiliki preferensi, orang-orang di bawah akan mengikutinya.”

Another famous example is the story of Duke Huan of Qi during the Spring and Autumn period. Duke Huan had a fondness for wearing purple robes, which led his ministers and the common people to follow suit, causing the price of purple clothing to skyrocket. Realizing the severity of the situation, Duke Huan heeded the advice of his minister Guan Zhong and stopped wearing purple robes. He also expressed disdain for those who wore purple, saying, “Stay away from me; I detest the smell of purple clothing.” Within a month, no one in the capital of Qi wore purple robes, and the price of purple clothing quickly returned to normal. This story once again demonstrates the truth of “when those above have preferences, those below will follow suit.”

Dalam manajemen organisasi modern, perilaku dan sikap pemimpin berdampak langsung pada karyawan. Seorang pemimpin yang baik tidak hanya harus memiliki keterampilan manajemen yang luar biasa, tetapi juga memimpin dengan memberi contoh dan menetapkan standar yang positif. Jika seorang pemimpin menghargai integritas, ketekunan, dan inovasi, karyawan akan termotivasi untuk meningkatkan keterampilan profesional dan efisiensi kerja mereka. Sebaliknya, jika seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang buruk, karyawan dapat meniru atau bahkan memperburuk perilaku tersebut, yang menyebabkan penurunan moral dan produktivitas organisasi.

In modern organizational management, the behavior and attitude of leaders have a direct impact on employees. An excellent leader must not only possess exceptional management skills but also lead by example and set a positive standard. If a leader values integrity, diligence, and innovation, employees will be motivated to enhance their professional skills and work efficiency. Conversely, if a leader exhibits poor conduct, employees may imitate or even exacerbate such behavior, leading to a decline in organizational morale and productivity.

Misalnya, di sebuah perusahaan, jika seorang pemimpin memprioritaskan perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, karyawan juga akan lebih memperhatikan masalah lingkungan dan berpartisipasi aktif dalam inisiatif ramah lingkungan. Di sisi lain, jika seorang pemimpin acuh tak acuh terhadap masalah lingkungan, karyawan dapat mengabaikan persyaratan lingkungan, membuang-buang sumber daya, dan merusak lingkungan. Oleh karena itu, perilaku seorang pemimpin tidak hanya memengaruhi kinerja jangka pendek organisasi, tetapi juga membentuk arah pengembangan jangka panjang dan nilai-nilai budayanya.

For instance, in a company, if a leader prioritizes environmental protection and sustainable development, employees will also pay more attention to environmental issues and actively participate in green initiatives. On the other hand, if a leader is indifferent to environmental concerns, employees may neglect environmental requirements, waste resources, and harm the environment. Therefore, a leader’s behavior not only affects the short-term performance of the organization but also shapes its long-term development direction and cultural values.

Dalam pendidikan keluarga, perilaku dan sikap orang tua berdampak besar pada pertumbuhan anak. Jika orang tua bersemangat belajar, anak-anak secara alami akan terpengaruh dan mengembangkan kebiasaan belajar yang baik. Sebaliknya, jika orang tua tidak peduli dengan pembelajaran, anak-anak mungkin kurang termotivasi dan bahkan mengembangkan keengganan untuk belajar.

In family education, the behavior and attitude of parents have a profound impact on children’s growth. If parents are passionate about learning, children will naturally be influenced and develop good study habits. Conversely, if parents are indifferent to learning, children may lack motivation and even develop an aversion to studying.

Pepatah Hakka, “Lebih baik menjual tanah leluhur daripada melupakan bahasa leluhur,” menekankan pentingnya bahasa dan warisan budaya. Jika orang tua menghargai pembelajaran dan penggunaan bahasa Mandarin, anak-anak secara alami akan mempelajarinya dan menggunakannya, menjaga hubungan dan kecintaan mereka terhadap bahasa leluhur mereka. Sebaliknya, jika orang tua menganggap bahasa tersebut tidak penting, anak-anak mungkin secara bertahap melupakannya, yang menyebabkan terputusnya transmisi budaya.

The Hakka proverb, “Rather sell ancestral land than forget ancestral language,” emphasizes the importance of language and cultural heritage. If parents value the learning and use of the Chinese language, children will naturally learn and use it, maintaining their connection to and love for their ancestral language. Conversely, if parents consider the language unimportant, children may gradually forget it, leading to a break in cultural transmission.

Pepatah kuno, “Ketika mereka yang di atas memiliki preferensi, mereka yang di bawah akan mengikutinya,” tidak hanya mengungkapkan pengaruh mendalam dari mereka yang berada di posisi yang lebih tinggi terhadap mereka yang di bawah, tetapi juga memberikan wawasan penting untuk manajemen organisasi modern dan pendidikan keluarga. Baik sebagai pemimpin atau orang tua, individu harus memimpin dengan memberi contoh, menetapkan standar positif, dan memengaruhi serta menginspirasi orang lain untuk menciptakan suasana yang membangkitkan semangat. Hanya dengan cara ini keberhasilan jangka panjang dapat dicapai dalam manajemen organisasi dan pendidikan keluarga, yang mendorong kemajuan pribadi dan kolektif.

The ancient saying, “When those above have preferences, those below will follow suit,” not only reveals the profound influence of those in higher positions on those below but also provides important insights for modern organizational management and family education. Whether as leaders or parents, individuals should lead by example, set positive standards, and influence and inspire others to create an uplifting atmosphere. Only in this way can long-term success be achieved in organizational management and family education, fostering both personal and collective progress.

Melalui analisis anekdot kuno dan contoh-contoh modern, kita dapat melihat bahwa prinsip “ketika mereka yang di atas memiliki preferensi, mereka yang di bawah akan mengikutinya” memiliki universalitas dan relevansi yang langgeng. Prinsip ini tidak hanya berlaku untuk masyarakat kuno tetapi juga memainkan peran penting dalam masyarakat modern. Oleh karena itu, kita harus memahami secara mendalam dan secara aktif mempraktikkan prinsip ini untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan terhadap individu dan masyarakat.

Through the analysis of ancient anecdotes and modern examples, we can see that the principle of “when those above have preferences, those below will follow suit” possesses universality and enduring relevance. It is not only applicable to ancient societies but also plays a significant role in modern society. Therefore, we should deeply understand and actively practice this principle to promote the continuous development of individuals and society.

 

上有所好,下必甚焉

 

“上有所好,下必甚焉”这一古语,初见于《孟子·滕文公》,原意是指上位者的行为会对下位者产生深远的影响。这一现象不仅体现在古代的政治和社会生活中,也在现代的组织管理和家庭教育中有着广泛的应用和深刻的启示。

在《孟子·滕文公》中,孟子通过滕国太子举丧的例子,生动地阐释了这一道理。滕文公去世后,太子按照孟子的建议,亲自穿粗布衣、喝稀粥,居丧三年,以此表达对父亲的哀悼。太子的行为不仅赢得了臣民的尊敬,也使得百官纷纷效仿,表现出同样的哀伤。孟子引用孔子的话:“君子之德,风也;小人之德,草也。草上之风,必偃。”形象地说明了上位者的行为如同风,而下位者如同草,风一吹,草必随之倒伏。

另一个著名的例子是春秋时期齐桓公的故事。齐桓公喜爱穿紫衣,结果大臣和百姓纷纷效仿,导致紫衣价格飞涨。齐桓公意识到问题的严重性后,采纳了管仲的建议,不再穿紫衣,并对穿紫衣的人表示厌恶。结果,不到一个月,齐国京城内再也无人穿紫衣,紫衣价格也随之回落。这一故事再次证明了“上有所好,下必甚焉”的道理。

在现代组织管理中,领导者的行为和态度对员工有着直接的影响。一个优秀的领导者不仅要有卓越的管理能力,更要以身作则,树立良好的榜样。如果领导者注重诚信、勤奋和创新,员工也会受到激励,努力提升自己的职业素养和工作效率。反之,如果领导者作风不正,员工可能会效仿,甚至变本加厉,导致组织内部风气败坏,工作效率低下。

例如,在一个企业中,如果领导者注重环保和可持续发展,员工也会更加关注环保问题,积极参与企业的绿色项目。反之,如果领导者对环保漠不关心,员工可能会忽视环保要求,甚至在工作中浪费资源,破坏环境。因此,领导者的行为不仅影响组织的短期绩效,更决定了组织的长期发展方向和文化建设。

在家庭教育中,家长的行为和态度对孩子的成长有着深远的影响。如果家长热爱学习,孩子也会受到熏陶,养成良好的学习习惯。反之,如果家长对学习漠不关心,孩子可能会缺乏学习的动力,甚至产生厌学情绪。

客家谚语“宁卖祖宗田,莫忘祖宗言”强调了语言和文化传承的重要性。如果一个家长重视汉语的学习和使用,孩子也会自然而然地学习和使用汉语,保持对祖传语言的认同和热爱。反之,如果家长认为汉语不重要,孩子可能会逐渐忘记祖传语言,导致文化传承的中断。

“上有所好,下必甚焉”这一古语,不仅揭示了上位者对下位者的深远影响,也为现代组织管理和家庭教育提供了重要的启示。无论是领导者还是家长,都应以身作则,树立良好的榜样,以此影响和带动他人,共同营造积极向上的氛围。只有这样,才能在组织管理和家庭教育中取得长远的成功,实现个人和集体的共同进步。

通过古代典故和现代实例的分析,我们可以看到,“上有所好,下必甚焉”这一道理具有普遍性和持久性。它不仅适用于古代社会,也在现代社会中发挥着重要作用。因此,我们应当深刻理解并积极践行这一道理,以此推动个人和社会的持续发展。

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Gambar: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/files/images/2021/12/45203771.jpg. Diakses 20 Maret 2025

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?