Borobudur Setelah Dicanangkan Sebagai Tempat Ibadah Umat Buddha (13): Pusat Ziarah Umat Buddha Dunia Di Tengah Tidak Lagi Keajaiban Dunia

Home » Artikel » Borobudur Setelah Dicanangkan Sebagai Tempat Ibadah Umat Buddha (13): Pusat Ziarah Umat Buddha Dunia Di Tengah Tidak Lagi Keajaiban Dunia

Dilihat

Dilihat : 16 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 25
  • 22
  • 30,346
WhatsApp Image 2022-06-06 at 4.44.08 PM

Oleh: Jo Priastana

 

“Melihat keajaiban akan menginspirasimu, tetapi mengetahui

bahwa kamu adalah keajaiban akan mengubahmu”

(GK Chesterton, 1874-1936; Penyair, Filsuf, Jurnalis, Orator)

Dalam kesempatan penandatanganan nota kesepakatan Pencanangan Borobudur sebagai Tempat Ibadah beserta dua candi Buddha Mendut dan Pawon serta satu Candi Hindu, Prambanan, Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Hartati Murdaya menuturkan, nota kesepakatan membuat Candi Borobudur menjadi pusat ziarah umat Buddha mancanegara. Kedatangan umat Buddha juga akan mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. “Ini dapat mengundang umat Buddha sedunia dan menjadikan Borobudur sebagai pusat ziarah. Hal ini akan sangat besar efeknya bagi ekonomi rakyat sekitar,” kata Hartati. (Kompas, 12/2/2022).

Pernyataan ketua umum Walubi ini menunjukkan bahwa Borobudur ditempatkan dalam konteks dunia internasional sebagai pusat ziarah umat Buddha di Dunia yang bersifat internasional dan global. Posisi ini mengandaikan diperlukannya budaya saing kelas wahid agar Borobudur menjadi kampiun destinasi wisata religi internasional. Selain itu juga perlu didukung oleh ekosistem wisata religi di sekitar Candi Borobudur.

Sementara itu kita tahu bahwa di tengah kompetisi persaingan situs-situs dunia bersejarah ini, Borobudur tidak lagi menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia. Borobudur sebagai tempat bersejarah kuno tidak lagi termasuk dalam kategori tujuh keajaiban dunia. Tentu saja masuk dalam kategori tujuh keajaiban dunia, akan memiliki daya tarik dimata wisatawan mancanegara, dunia internasional, dan sangat mendukung bagi Borobudur sebagai Pusat Ziarah umat Buddha Dunia dan Wisata Religi Dunia.

 

Diluar Tujuh Keajaiban Dunia

Pencetus awal ide daftar tujuh keajaiban dunia kuno ini adalah Antiper Sidon, pelancong asal Yunani Kuno yang membuat daftar struktur dalam sebuah puisi (sekitar 140 SM). Ketujuh keajaiban dunia yang dimaksudkan dalam tulisan Antiper adalah:  Taman tergantung Babilonia, Patung Zeus di Olympia, Piramida Mesir, Mouselum Hallicarnassus, Kuil Artemis di Zeus, Yunani, Colossus dari Rhodes, dan Pharos dari Alexandria. Berawal dari catatan itulah muncul budaya untuk menentukan keajaiban dunia. (Wikipedia).

Selanjutnya terjadi perkembangan daftar tujuh keajaiban dunia itu. Borobudur pernah masuk dalam daftar tujuh keajaiban dunia, tetapi semenjak dilakukan pengambilan suara ulang dengan melakukan voting besutan New7Wonders di tahun 2007, Candi Borobudur sudah tidak terdaftar lagi. Kontes pemilihan New7Wonders tersebut diikuti oleh koresponden global sebanyak 100 juta pemilih dan  akhirnya 7 keajaiban dunia terbaru diumumkan pada 7 Juli 2007.

Tujuh Keajaiban dunia itu adalah: Taj Mahal (India), Reruntuhan Petra (Yordania), Tembok Besar (Cina), Reruntuhan Machu Picchu (Peru), Reruntuhan Chicen Itza (Meksiko), Koloseum (Roma), dan Patung Kristus Sang Penebus (Brazil). Dari laman Unesco.org, bangunan bersejarah dari Indonesia ini masuk daftar pada tahun 1995, 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2009. (Dwi Latifatul Fajri, Daftar 7 Keajaiban Dunia Baru, Candi Borobudur Tidak Masuk, Katadata.co.id, 10/9/2021).

 Keajaban dunia merupakan bangunan atau situs antik yang berharga dan memang dilindungi keberadaannya oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau UNESCO, yaitu badan khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang didirikan sejak 1945. Candi Borobudur sebagai bangunan atau situs yang cukup bersejarah memang pernah masuk ke dalam 7 keajaiban dunia.

Tak tercantum lagi Borobudur sebagai keajaiban dunia menimbulkan pertanyaan, apakah Borobudur telah dilupakan oleh masyarakat dunia? Masyarakat dunia yang maju dengan kecanggihan teknologi dan dunia ekonomi globalisasinya.

Apakah Borobudur yang telah tidak ajaib lagi sudah menjadi situs bersejarah yang Terlupakan (Forgotten Wonders)? Memang meski tujuh keajaiban dunia yang baru itu masih bisa dipertanyakan oleh sejumlah pihak namun penetapan 7 keajaiban dunia itu juga menunjukkan keterkenalan dari situs-situs bersejarah itu di mata dunia internasional dan masyarakat global saat ini.

 Disini kita bisa belajar bahwa pemilihan oleh masyarakat dunia itu menunjukkan bahwa determinisme teknologi dan ekonomi sangat berperan. Selain itu, publikasi, promosi dan kecepatan memperkenalkan lewat pasar informasi yang berteknologi canggih menjadi sesuatu yang sangat penting dan menjadi kata kuncinya. Perkembangan dunia yang semakin maju dengan ekonomi globalisasinya melalui realitas pasar dunia menggambarkan betapa peranan dunia pariwisata juga menjadi sangat penting, lepas dari Borobudur sebagai Pusat Ziarah Umat Buddha Dunia yang memang menjadi domain khas umat Buddha di dunia.

Kita bisa juga menempatkan Borobudur dalam konteks wisata religi, dan untuk itu logika pasar mengenai promosi wisata seperti yang terkandung dalam tujuh keajaiban dunia itu perlu menjadi perhatian. Kita perlu prihatin, candi Borobudur tidak disebut-sebut sama sekali, meski Borobudur masih tetap bertahan di kategori Keajaiban yang Terlupakan (Forgotten Wonders) bersama 12 warisan budaya lainnya, diantara situs bersejarah Koloseum, Tembok Besar, dan Macchu Picchu yang tetap masuk dalam kategori Tujuh Keajaiban Dunia yang baru.

 

What Would Buddhist Do?

Menjadi pertanyaan dan tugas mewujudkan Borobudur sebagai Pusat Religi Umat Buddha Dunia, dan juga destinasi wisata religi international di tengah-tengah kenyataan Borobudur sudah tidak termasuk warisan bersejarah yang tidak ajaib lagi? Sesungguhnya bagaimana penanganan dan perhatian umat Buddha sendiri terhadap Borobudur?

Bagaimanakah kesan dan perasaan kita ketika mengunjungi dan mendaki Candi Borobudur? Apa yang kita lakukan setiap tahun berwaisak di candi agung itu? Apakah Waisak Nasional itu tidak ada gemanya ke seluruh dunia sehingga memang tidak menarik masyarakat dunia untuk setidaknya mengenal mengingat dan datang bertandang ke candi agung itu?

Apa yang akan kita lakukan? Satu hal yang penting adalah dibutuhkan komitmen dari kita semua dan dari generasi ke generasi berikut, untuk menjamin monumen budaya itu tetap tegak. Menyadarkan kita tentang sejauh mana apresiasi kita terhadap Borobudur sebagai situs bernilai sejarah tinggi. Dunia memiliki 500 juta penganut Buddha dan dengan jumlah itu seharusnya mampu menjangkau 100 juta suara online yang dibutuhkan ketika diadakannya pemungutan suara sehingga Borobudur tetap masuk dalam keajaiban dunia yang tidak terlupakan. 

Dalam dunia dimana transportasi, komunikasi, teknologi informasi semakin berkembang, kita menyadari ada satu rumus di dalam realitas dunia saat ini yang sarat dengan ekonomi global dan dunia pariwisata, bahwa tidak ada sesuatu yang diyakini hebat jika tidak dikampanyekan.  Kampanye sebagai pusat religi yang bagus tidak lain adalah aktivitas religi itu sendiri yang sungguh-sungguh bersifat spiritual sebagai wujud proses kebudhaan yang sekaligus membudaya.

Ragam aktivitas budaya keagamaan yang adaptif dengan lingkungan sekitar dan perkembangan zaman yang hadir sepenuhnya di sepanjang tahun, dan tidak semata hanya perayaan hari-hari suci keagamaan. Aktivitas budaya yang mencerminkan spiritualitas Buddha yang telah menyatu dengan lingkungan, sebagaimana cerminan berbuddha adalah berbudaya.

 

Teks Sejarah dan Budaya

Sebagai Buddhis dimana kita perlu menjadi pribadi yang involve dalam berbuddha dan berbudaya, serasi dengan budaya lokal dan tanggap dengan kemajuan zaman. Di dalam pribadi yang berbuddha, berbudaya dan beradab, secuil batu akan dipandang sebagai fakta dan saksi-saksi masa lalu yang berharga. Tapi di tangan manusia yang tidak berbudaya, batu ya tetap batu. Akankah kita melihat Borobudur sekadar batu tersusun saja? Kalau benar begitu, celakalah kita, dan benarlah kalau Borobudur tidak ajaib lagi, tidak ada lagi mata-hati-perdamaian dunia bersemayam disana.

Menjadi pertanyaan, apa yang pertama mesti dilakukan untuk mengembalikan Borobudur menjadi situs sejarah dunia yang masuk dalam keajaiban dunia? Pertama adalah memulai melihatnya dalam konteks teks sejarah bangsa, tidak mengabaikan historitas peran para leluhur. Menyelam ke dalam diri sendiri, menemukan kekuatan dari keajaiban yang telah dimiliki dari leluhur bangsa dalam menciptakan Borobudur yang mungkin masih banyak tersimpan sebagai warisan budaya, cara hidup  penduduk di sekitar Borobudur sebagai lokal jenius, kearifan lokal.

Mengenali latar belakang sejarah dan perkembang agama Buddha di Nusantara yang tampaknya memiliki kekuatan, kekhasan dan keunikan tersendiri, sebagaimana dipresentasikan oleh Candi Agung Borobudur sebagai Bukit Kesadaran Buddha yang juga menggambarkan kehidupan sosial budaya masyarakatnya pada masa itu seperti yang terekam dalam relief-relief di dinding candi. 

Dalam teks historis dan budaya, kita menemukan kekuatan dan keajaiban budaya Buddhadharma Nusantara, dan mungkin berawal dari sanalah, Borobudur sebagai Pusat Ziarah umat Buddha Dunia akan segera terwujud dan kembali masuk menjadi salah satu keajaiban dunia. Svaha (JP)

***

ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah 2019. https://travel.tempo.co/read/1434711/candi-borobudur-bukan-destinasi-wisata-biasa-hormati-sebagai-tempat-suci/full?view=ok

Butuh bantuan?