Oleh: Jo Priastana
“Buddhism has the characteristics of what would be expected in a cosmic religion
for the future: it transcends a personal God, avoid dogmas and theology”
(Albert Einstein, 1879-1955, Fisikawan)
Sering disebutkan juga bahwa Buddhadharma sekuler bersifat atheistik-humanis, skepticism-agnoticism, empiris dan pragmatis, serta mencerminkan esensi ajaran Buddha yang praktis. Buddhadharma sebagai rakit membawa ke pantai bebas dukkha, mempraktikkan etik dan meditasi secara mendalam, bersifat pragmatis praktis bebas dari metafisik, maupun dogma yang hanya sekedar dipercayai.
Ketimbang berspekulasi tentang masalah metafisika, Sang Buddha adalah seorang yang pragmatis. Beliau ibarat dokter yang bertugas menyembuhkan umat manusia yang sedang mengalami penderitaan. Ajaran empat kesunyataan mulia yang pertama kali dibabarkan Buddha sarat dengan amanat humanistik, emansipatoris dan solidaritas ketimbang bersifat metafisik dan ritualistik. Sifat pragmatis ajaran Buddha yang menjiwai Buddhadharma Sekuler tampaknya berlanjut dalam dunia modern masa kini bersama dengan tokoh-tokohnya.
Ciri-ciri Buddhisme yang sejiwa dengan masyarakat modern ini pun bahkan sudah masuk dalam kurikulum pendidikan Buddhadhama di Barat. Dalam bukunya “Buddhism in the Modern World” (2003), David McMahan menjelaskan bahwa pendidikan Buddha di Barat telah mengalami adaptasi signifikan, “Pendidikan Buddha di Barat cenderung menekankan aspek rasional, empiris, dan psikologis dari ajaran Buddha, sambil mengurangi elemen ritual dan supernatural yang lebih dominan di Asia (McMahan, 2003:215).
Tokoh-Tokoh Sekuler Buddhism
Beberapa tokoh terkenal dari gerakan atau yang mencerminkan Buddhadharma sekuler, diantaranya: (1) Stephen Batchelor, (2) Ajahn Brahm, (3) Dalai Lama, (4) Bodhipaksa (5) Anagarika Dharmapala, (6) Kuan Yin (ChatGPT, Assist).
Tokoh-tokoh ini, meskipun memiliki berbagai latar belakang dan tradisi beragam, telah berkontribusi pada pengembangan sekuler Buddhism. Dalam menggerakkan Buddhadharma sekuler, para tokoh ini mengutamakan pemahaman ajaran Buddha sebagai suatu filosofi hidup yang dapat dipraktikkan tanpa memerlukan keyakinan terhadap unsur-unsur supernatural atau dogma agama. Mereka berfokus pada meditasi, kesadaran, etika, dan pengembangan pribadi dalam konteks modern.
Stephen Batchelor adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam Secular Buddhism. Ia adalah seorang penulis, pembicara, dan mantan biksu Buddha yang berfokus pada interpretasi Buddhisme dalam cara yang tidak bergantung pada agama atau kepercayaan supernatural.
Batchelor menulis beberapa buku penting, seperti “Buddhism Without Beliefs” (1997). Buku ini membahas tentang ajaran Buddha tanpa keterikatan pada keyakinan religius atau dogma, tetapi sebagai ajaran yang dipraktikkan sebagai suatu filosofi hidup yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan menekankan meditasi dan pemahaman diri tanpa terikat pada keyakinan metafisik.
Dapat disebutkan pula, Ajahn Brahm (lahir 7 Agustus 1951) dikenal karena pendekatannya yang lebih bebas dan praktis terhadap ajaran Buddha, meskipun ia berasal dari tradisi yang lebih religius sebagai seorang bhikkhu dari tradisi Theravada. Dalam banyak ajarannya, ia menekankan pentingnya meditasi dan pengembangan kesadaran tanpa terikat pada ritual atau dogma. Ia tidak secara eksplisit menyebut dirinya sebagai bagian dari gerakan Buddhadharma sekuler, namun penyampaian dharmanya memiliki kesamaan dengan pemikiran Secular Buddhism.
Dalai Lama (lahir 6 Juli 1935) adalah pemimpin spiritual Tibet dan tidak terikat pada sekulerisme dalam arti yang ketat. Namun, ajarannya dalam beberapa tahun terakhir lebih menekankan pada nilai-nilai universal seperti belas kasih, toleransi, dan kedamaian tanpa bergantung pada kepercayaan agama tertentu. Dalam banyak kesempatan, Dalai Lama berbicara tentang Buddhisme sebagai filosofi hidup yang dapat diterima oleh siapa saja, bahkan oleh mereka yang tidak menganggap diri mereka sebagai orang yang beragama. Bagi Dalai Lama, agama yang menjadi keyakinannya adalah kebajikan, dan ini bersifat univeral.
Bodhipaksa, guru meditasi dan penulis yang banyak menerbitkan artikel tentang meditasi dan aspek lain dari kehidupan yang sadar. Dia lahir pada 4 Januari 1961 dengan nama Graeme Robertson Stephen, anggota Tri Ratna Buddhist Community. Bodhipaksa mendirikan pusat meditasi “Wildmind” yang dianggap sebagai pelopor meditasi secara online dan dikenal sebagai seorang pelopor vegetarian.
Anagarika Dharmapala (1864-1933), tokoh kebangkitan dan penulis Buddhis di Sri Lanka, salah satu pendiri gerakan nasionalisme dan Buddhisme di Sri Lanka yang non-kekerasan. Ia banyak berkontribusi dalam menyebarkan ajaran dan filosofi Buddhisme yang dapat diterima oleh orang-orang yang menginginkan pemahaman yang lebih rasional dan praktis dari ajaran Buddha. Sebuah jalan di Colombo dinamai sesuai namanya, “Srimath Anagarika dharmapala Mawatha” (wikipedia).
Kuan Yin juga dapat dimasukkan sebagai tokoh Buddhisme sekuler, kenapa? Meskipun Kuan Yin dikenal sebagai seorang dewi dalam tradisi Mahayana dan banyak dipuja bahkan diadakan ritual khusus untuknya, namun perannya sebagai dewi penolong yang penuh solidaritas dikaitkan dengan tindakan belas kasih universal yang sangat relevan untuk dunia modern. Dengan pemahaman ini, banyak praktisi Secular Buddhism yang menghargai prinsip belas kasih Kuan Yin dalam konteks sekuler. Secular Budhism Kuan Yin dalam makna bahwa amanatnya terfokus pada nilai-nilai kemanusiaan dan etika, yang bisa diterapkan sesuai ajaran agama mengatasi ritual.
Ciri-Ciri Buddhisme Sekuler
Buddhadharma sekuler berkembang di dunia modern dengan menjawab kebutuhan spiritual masyarakatnya. Terdapat sejumlah ciri-ciri Buddhadharma sekuler yang menjadi daya tarik menarik masyarakat modern, yaitu: (1) fokus pada praktik meditasi dan mindfulness, (2) penerapan prinsip moral dan etika, (3) tanpa unsur kepercayaan supernatural, dan (4) kebebasan berpikir (ChatGPT, Assist).
Secular Buddhism menekankan pentingnya meditasi dan kesadaran penuh (mindfulness) sebagai cara untuk mengatasi penderitaan dan mencapai ketenangan batin. Pendekatan ini lebih menekankan pada teknik praktis meditasi yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Secular Buddhism mengadopsi prinsip moral Buddha, seperti belas kasih, kepedulian terhadap orang lain, dan penghindaran terhadap tindakan merugikan yang dilakukan tanpa harus terikat pada aturan keagamaan atau doktrin tertentu.
Buddhisme Sekuler tidak mengharuskan percaya pada ajaran mengenai reinkarnasi, karma dalam pengertian esoterik, atau keberadaan makhluk gaib dan dewa-dewa, yang sering menjadi bagian dari tradisi Buddhisme yang lebih religius. Sebaliknya, fokusnya lebih pada cara-cara praktis untuk mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup. Selain itu, pendekatan sekuler mendorong penerimaan ajaran Buddha sebagai filosofi atau psikologi praktis, tanpa harus mengikat diri pada kepercayaan tradisional tertentu.
Buddhadharma yang bersifat pragmatis dan praktis tampak dalam Buddhisme sekuler. Ciri ini sering kali lebih menarik bagi mereka yang menginginkan manfaat ajaran Buddha, seperti pemahaman tentang penderitaan, kesadaran diri, kedamaian batin, dan tidak terlibat dengan aspek-aspek ritualistik agama maupun metafisika, tapi menarik diri ke dalam keterlibatan sosial (engaged Buddhism). Pendekatan ini juga mudah diakses oleh orang-orang yang tidak terikat pada suatu agama, namun tetap tertarik pada filosofi dan praktik Buddha.
Dalam berbagai kesempatan, Buddha mengingatkan tentang hakikat ajarannya yang bersifat praktis, bahwa ajarannya jangan semata dianggap sebagai kepercayaan. Beliau mengatakan, “What I teach can be practiced, and I do not say, ‘believe this,’ but rather, ‘test what I say, experience it, do not just believe, beyond that, there is nothing that need to be beleived.” (Buddhism the Religion of no Religion,” Ego Podcast, Buddhism). Kiranya ungkapan Buddha ini mengandung esensi Buddhadharma sekuler.
Begitulah Buddhadharma dalam wajah sekuler menyapa kehidupan masyarakat modern, globalisasi yang berbudaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Penting untuk dicatat bahwa Buddhisme Sekuler bukanlah suatu sekte atau aliran baru dalam Buddhisme, tetapi lebih merupakan sebuah interpretasi atau pendekatan yang mengedepankan aplikasi ajaran Buddha secara praktis dalam konteks modern dan sekuler.
Lewat Buddhadharma sekuler, para Bodhisattva hadir di tengah-tengah masyarakat modern dan menumpahkan aksi welas asih, compassionnya untuk manusia bebas dari penderitaan. Buddhadharma sekuler hadir menjawab tantangan zaman, penderitaan yang dialami manusia modern dengan tujuan mulia, mewujudkan keutuhan diri dalam kedamaian batin, ketenangan hati dan kebahagiaan hidup. Sabbe Satta Bhavantu sukhitatta! (JP) ***
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).
Sumber gambar: AI