Oleh: Rayno
Kita sering mendengar kalimat: “Cara Tao tidak ada batasnya.” Lalu, apakah cara Tao juga tidak dibatasi oleh hukum sebab-akibat? Jawabannya adalah cara Tao tidak dibatasi pula oleh hukum sebab-akibat. Sebagai orang tao kita dianjurkan untuk terus berpikir kritis dan menganalisis berbagai hal dengan mendalam, termasuk status hukum sebab-akibat yang oleh beberapa ajaran lain dianggap sebagai sesuatu hal yang mutlak. Hukum sebab-akibat yang dimaksud di sini tidak hanya perihal urusan moralitas seperti perbuatan buruk akan membuahkan akibat buruk dan sebaliknya, namun meliputi juga hukum alam yang berupa hukum-hukum fisika. Semua sains/ilmu pengetahuan alam dibangun berdasarkan hukum sebab-akibat/kausalitas.
Jika kita memeriksa pemahaman kita tentang kausalitas (hubungan sebab-akibat antara dua peristiwa) maka kita akan menemukan bahwa sebenarnya kita tidak memiliki dasar rasional yang kuat untuk meyakini bahwa suatu peristiwa akan selalu diikuti oleh peristiwa lainnya. Kita bisa menyimpulkan bahwa di antara kedua peristiwa terdapat hubungan sebab-akibat hanya sekadar karena di masa lalu kita mengamati suksesi dua peristiwa yang mirip dengan kedua peristiwa tersebut yang terjadi secara teratur. Kita tidak dapat mengamati hubungan sebab-akibat itu sendiri, yang dapat kita amati hanyalah suksesi atau urutan peristiwa. Ketika kita menyaksikan hal-hal terjadi berulang kali dengan cara tertentu, kita secara mental mengasosiasikan satu peristiwa dengan yang lainnya dan meyakini adanya hubungan sebab-akibat di antara peristiwa-peristiwa tersebut. Namun, tidak ada dasar rasio yang pasti untuk keyakinan ini.
Peristiwa ini bisa disebut sebagai Disposisi dalam hubungan Kausalitas, di mana sebab yang sama tidak selalu menghasilkan akibat yang sama. Sedangkan akibat belum tentu berasal dari sebab yang sama. Bahkan dalam fenomena logika fisika pun demikian adanya. Misalnya ada pernyataan bahwa: “Jika hujan (Penyebab) maka tanah basah (Akibat)”. Ini adalah sebab akibat yang logis, akan tetapi kita bisa mengamati bahwasannya belum tentu tanah menjadi basah sekalipun terjadi hujan (seperti karena terlindungi oleh atap). Belum lagi bukan berarti tanah basah karena terjadi hujan. Sebuah desa bisa saja dikagetkan oleh peristiwa satu jalan sepanjang beberapa ratus meter basah di pagi hari. Orang berandai-andai apakah semalam turun hujan? Padahal bisa saja karena sebab lain seperti terjadi kebocoran pipa hidran bawah tanah, atau ada truk air yang tumpah. Sebagai contoh lainnya, kita dapat menyimpulkan bahwa menanam biji pear akan menghasilkan buah pear hanya karena di masa lalu kita telah mengamati keteraturan suksesi dua peristiwa yang mirip dengan peristiwa menanam biji pear dan kemunculan buah pear.
Tidak ada kepastian bahwa biji pear akan menghasilkan buah pear (Bisa saja dalam prosesnya, biji pear tersebut tidak berbuah, atau jangan-jangan itu bukan biji pear?). Orang yang pertama kali melihat biji pear tidak akan tahu bahwa biji ini kelak jika ditanam akan menghasilkan buah pear. Jika dahulu sesuatu yang sekarang kita sebut biji pear ternyata tidak menghasilkan sesuatu yang sekarang kita sebut buah pear melainkan sesuatu yang sekarang kita sebut buah apel maka kita sejak dahulu tidak menyebut sesuatu yang sekarang kita sebut biji pear sebagai biji pear melainkan biji apel. Sesuai prinsip Yin dan Yang yang saling bergantung satu sama lain, sebab dan akibat saling bergantung satu sama lain. Tidak ada sebab yang mutlak dan tidak ada akibat yang mutlak. Tidak hanya akibat yang bergantung pada sebab namun sebab pun juga bergantung pada akibat agar bisa disebut sebagai sebab seperti biji pear yang bergantung pada hasilnya yaitu buah pear sehingga bisa disebut biji pear. Lantas mengapa selama ini kita hanya mengamati bahwa biji pear menghasilkan buah pear dan bukannya buah yang lain?
Jawabannya hanyalah karena secara alamiah (ziran) memang demikian adanya. Dunia aktual kita sekarang ini beserta hukum-hukum fisika yang ada di dalamnya merupakan sebuah kemungkinan dari keseluruhan kemungkinan kombinasi tak terbatas cara sebuah dunia dapat terbentuk. Ada banyak kemungkinan cara lain dunia dapat terbentuk dan berjalan dengan seperangkat hukum-hukum fisika yang menyertainya yang berbeda dengan dunia aktual kita seperti dunia di mana biji pear akan menghasilkan buah apel. Semua kemungkinan kombinasi cara dunia terbentuk sama alamiahnya dan ada di dalam Tao. Setelah dianalisis kita menemukan bahwa hukum sebab-akibat tidaklah mutlak, karena tidak mutlak maka hukum sebab-akibat ini dapat dilampaui dengan cara Tao oleh orang yang memahami Tao. Orang yang memahami Tao melampaui kausalitas dengan bertindak secara alamiah, bebas dari penghakiman persepsi (Baik buruk, besar kecil, lemah kuat, dan lain-lain) sehingga melampaui dualitas dunia. Dalam kealamiahan seseorang bisa menemukan apa yang sebenarnya terjadi, melihat bagaimana sesuatu terjadi bukan hanya logika preposisi dan pasca posisi terjadinya sesuatu, bahkan alasan-alasan subjektif makhluk-makhluk yang tidak bisa dijelaskan lewat pendekatan positivis belaka, dengan terbiasa bersikap alamiah kita akan lebih sadar dan waskita akan dinamika fenomena dalam kehidupan, serta tidak terburu-buru dalam bersikap maupun memberikan atribut kepada suatu hal/fenomena (RPE).
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).
Gambar: https://www.yixiansheng.com/article/119.html. Diakses 29 Sep. 24.