Oleh: Xie Zhen Ming 谢峥明; Editor: Majaputera K/Sia Wie Kiong 谢偉强
Pada jaman Dinasti Song Utara, di daerah Lang Zhou (阆州) hiduplah seorang yang bernama: Chen Yao Zi (陈尧咨). Selain gemar memanah, Chen Yao Zi juga merupakan seorang sarjana, memiliki kedudukan cukup tinggi. Ketika sedang menempuh pendidikan tinggi, keluarga Chen Yao Zi memelihara seekor kuda yang sangat liar, sulit untuk dijinakkan. Kuda ini, memiliki sifat yang mudah tersinggung, seringkali menendang dan menggigit, telah banyak melukai orang, tak seorang pun dalam keluarga Chen Yao Zi yang dapat menjinakannya.
Suatu hari, seorang pelayan datang menghadap untuk melapor kepada Chen Yao Zi: “Tuanku, kuda liar itu telah melukai orang lagi. Saya benar-benar tidak dapat menjinakkan kuda ini. Apa yang harus saya lakukan?” Setelah berpikir sejenak, Chen Yao Zi menjawab: “Kalau begitu, kamu jual saja! “
Tanpa disengaja, ayah Chen Yao Zi mendengarkan percakapan mereka berdua. Sang ayahanda berkata kepada putranya: “Kamu adalah seorang pejabat kerajaan, memiliki banyak sekali bawahan. Mereka saja yang telah menghabiskan banyak waktu untuk menjinakkan belum berhasil. Jika kamu menjual kuda itu kepada orang lain, apakah orang tersebut mampu untuk menjinakkannya? Bukankah hal ini sama dengan mencelakakan orang lain!”
Chen Yao Zi hanya dapat menjawab: “Terima kasih atas nasehat ayahanda! Ia segera memerintahkan agar kuda liar tersebut dipelihara dalam kandang sampai mati karena usia tua.
Pepatah Mandarin mengatakan: “Ji suo bu yu, wu shi yu ren 己所不欲,勿施于人. Jangan melakukan kepada orang lain sesutu hal yang tidak ingin dilakukan oleh orang lain terhadap kita.” Peribahasa Mandarin ini berasal dari Kitab Lun Yu jilid XII.2. Jangan memberikan sesuatu kepada orang lain apa yang tidak kita inginkan. Belajarlah untuk berempati terhadap orang lain. Jika kita tidak ingin ditipu, jangan membohongi orang lain. Jika kita tidak ingin susah, jangan menyusahkan orang lain. Bila Anda tidak ingin merugi, jangan merugikan orang lain.
Singkatnya, ketika kita hendak meminta orang lain untuk melakukan sesuatu, kita terlebih dahulu harus bersedia melakukannya untuk orang lainlain. Jika kita bersedia untuk melakukan hal yang sama, adalah tidak berlebihan. Ketika kita sendiri tidak mampu melakukan, maka jangan menuntut orang lain untuk mau melakukan hal tersebut.
Kita harus memiliki pikiran yang luas, ketika berhadapan dengan orang lain tidak boleh berpikiran sempit, seyogyanya murah hati dan pemaaf. Jika kita memaksa melimpahkan hal-hal yang tidak ingin dikerjakan sendiri kepada orang lain, akan memperburuk relasi. Prinsip ini merupakan perwujudan dari sikap menghargai dan memperlakukan orang lain secara setara.
Seorang murid Nabi Kong Zi yang bernama Zhong Gong bertanya perihal: apa itu peri cinta kasih. Nabi Kong Zi menjawab: Apa yang diri sendiri tiada inginkan jangan diberikan kepada orang lain. Zi Gong pun mengucapkan terimakasih dan senantiasa mengingat nasehat nabi Kong Zi.
- REDAKSI MENYEDIAKAN RUANG SPONSOR (IKLAN) Rp 500.000,- PER 1 BULAN TAYANG. MARI BERIKLAN UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM
- REDAKSI TURUT MEMBUKA BILA ADA PENULIS YANG BERKENAN BERKONTRIBUSI MENGIRIMKAN ARTIKEL BERTEMAKAN KEBIJAKSANAAN TIMUR (MINIMAL 800 KATA, SEMI ILMIAH)
- SILAHKAN HUBUNGI: MAJA 089678975279 (Chief Editor)
- BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA)
DAFTAR PUSTAKA
Adegunawan, Suyena (陳書源 Tan Su Njan). 2018. Kompilasi 《四书》– Si Shu – Empat Kitab Klasik. Bandung. TSA.