Dusun Plandi Yang Mayoritas Beragama Buddha Banyak Menghasilkan Sarjana Agama Buddha

Home » Artikel » Dusun Plandi Yang Mayoritas Beragama Buddha Banyak Menghasilkan Sarjana Agama Buddha

Dilihat

Dilihat : 84 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 45
  • 52
  • 38,321
Dusun Plandi Picture 1

Oleh: Jo Priastana

 

“People seeking to live spiritually must be concerned

with their social and physical environment”

(Sulak Sivaraksa, Social Akctivis)

 

Dusun Plandi, desa Watu Agung, Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah memiliki 42 KK beragama Buddha dan 2 KK Muslim. Kampung terpencil yang terletak di perbatasan Kabupaten Kebumen dan Banyumas ini banyak menghasilkan sarjana agama Buddha, diantaranya Bapak Tukiran, alumni STAB Mpu Tantular 1992, Bapak Eddy Priono dan Agustina yang Alumni STAB Nalanda, serta nama-nama lainnya yang masih banyak belum tersebut.

Untuk mencapai Desa terpencil ini tidak luput dari jalan perbukitan yang menanjak dan berliku dengan tikungan yang tajam. Namun begitu, ketika kita tiba di Dusun Plandi terasa segala kekhawatiran dan kecemasan serta kelelahan di sepanjang jalan bermotor terbayar tuntas oleh bangkitnya rasa senang dan rasa gembira. Kebahagiaan yang terpancar dengan terlihatnya hamparan pemandangan perbukitan dengan pepohonannya.

Selain itu sajian bangunan Vihara Graha Bhavana yang indah, menawan dan fungsional dalam desain dan ruangnya. Ada satunya lagi Vihara Metta Bhumi yang juga tidak jauh keberadaannya dari Vihara Graha Bhavana. Kesunyian yang menyesap dan menyelimuti Desa Plandi di malam hari semakin menambah kesakralan Vihara di Desa yang mayoritas agama Buddha ini sebagai tempat yang representatif untuk melatih diri dan lokasi KKN mahasiswa Buddhis.

Mayoritas Beragama Buddha

Sangat menarik cerita tentang kampung atau Dusun Plandi ini. Kampung Plandi cukup terpencil berlokasi di perbatasan Banyumas dan Kebumen. Saking terpencilnya desa Plandi yang diselimuti oleh perbukitan ini, hanya dapat dijumpai sekitar 20-an rumah yang terdapat di sana. Meski begitu, terasa sekali keguyuban kehidupan masyarakat setempat serta keramahan dalam menerima tamu yang datang yang dianggapnya sebagai saudara dan keluarga sendiri, 

terlebih sebagai sesama saudara se-dharma.

Bagaimana ceritanya di Dusun terpencil ini memiliki mayoritas beragama Buddha? Terdapat cerita rakyat yang mengungkapkan tentang seseorang bernama Sawitanom yang membuka lahan sehingga lokasi di Plandi ini bisa dijadikan permukiman. Sawitanom dikenal juga memiliki kemampuan menyembuhkan orang sakit, menganut agama dan kejawen Kawruh Naluri. (inibaru.id). Penganut Kejawen ini kini sudah tidak bisa ditemui dan bisa jadi juga sudah melebur ke dalam agama Buddha yang ada.

Salah satu putri Sawitanom menikah dengan orang Kebumen beragama Buddha bernama Darmo Suwito. Dari sinilah agama Buddha menyebar di Dusun Plandi. Darmo kemudian menyebarkan agama Buddha di dusun tersebut yang hingga kini dianut oleh 40 dari total 42 kepala keluarga, sisa 2 KK beragama Islam. Namun begitu, menurut Bapak Tukiran yang juga keturunan keempat dari leluhur Sawitanom, kampung Plandi saat ini kekurangan remaja dan pemuda, karena sebagian besar dari mereka banyak yang keluar hidup di rantau.

Bapak Tukiran sendiri yang berasal dari Dusun Plandi, lulusan STAB Mpu Tantular sempat juga merantau sebelum kembali ke dusun kelahirannya. Cukup lama, Bapak Tukiran melakukan pengabdiannya sebagai ASN Guru Beragama Buddha di Kepulauan Riau. Saat ini Bapak Tukiran menetap di kampung halamannya sebagai Guru Agama Buddha dan juga mendapat tugas sebagai Guru Kelas pada Sekolah Dasar Negeri di Desa Gumelem Wetan yang berdekatan dengan Desa Plandi.

Kita ketahui bahwa penganut Buddha di daerah Banyumas memiliki identitas tersendiri. Penganut Buddha ini umumnya dikenal sebagai penganut agama Buddha dengan identitas Agama Buddha Wong Jawa Banyumasan di Eks Karesidenan Banyumas. Mereka pada umumnya berbahasa Jawa Ngapak dengan area dari Cilacap, Kebumen, Banyumas, Banjarnegara hingga Tegal dan sekitarnya, dan banyak diantaranya berasal dari penganut Kejawen Kawruh Naluri. (Puji Sulanti, “Konstruksi Identitas Agama Buddha Wong Jawa Banyumasan Di Eks-Karesidenan Banyumas Tahun 1965-1988,” Disertasi Doktoral Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Ilmu Sejarah, Depok 2023).

 

Pengabdian Masyarakat Mahasiswa  

Pada pertengahan bulan Juli sampai dengan Agustus 2023, Dusun Plandi menerima kedatangan mahasiswa STAB Nalanda Jakarta yang melakukan KKN atau Kuliah Kerja Nyata. Para mahasiswa ini sangat antusias sekali melakukan aktivitas membantu warga di sana. Aktivitas mereka yang terdiri dari Olipit, Jerry Manggala, Pano, Susi, Nelly dan Delphin di Dusun Plandi ini tampak lebih cerdas dan terampil ketimbang menerima pengetahuan teori di ruang kelas.

Olipit, mahasiswa yang kerap dipanggil Olympic oleh penduduk yang menyayanginya, mahasiswa yang ber-KKN melakukan berbagai aktivitasnya dengan sangat antuas dan gembira. Berbagai aktivitas yang dilakukan bersama penduduk setempat itu, diantaranya adalah:  membuat seriping, keripik pisang, membuat ketupat, memasang lampu di jalan setapak, ikut gotong royong bersih-bersih jalan. Mereka juga melakukan kegiatan puja bakti dan meditasi, mengikuti kegiatan kenduren di rumah warga dan berkunjung ke rumah warga.

Bagi mereka yang menjadi mahasiswa pasti pernah melakukan KKN sebagai sarana menempa diri dalam pengabdiannya di masyarakat. KKN yang merupakan wujud pengabdian masyarakat, salah satu Tridharma perguruan Tinggi disamping pembelajaran dan penelitian. KKN adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu di Indonesia (Wikipedia, 130823).

Pelaksanaan kegiatan KKN biasanya berlangsung antara satu sampai dua bulan dan bertempat di daerah setingkat desa. (Wikipedia 130823). KKN diwajibkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Indonesia. Setiap perguruan tinggi diwajibkan untuk melaksanakan KKN sebagai kegiatan intrakurikuler yang memadukan tridharma perguruan tinggi yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. (wikipedia, 130823).

Program yang dilaksanakan tiap perguruan tinggi berbeda-beda bergantung pada disiplin ilmu yang terkait serta kebutuhan masyarakat dari daerah yang dituju sebagai tempat pelaksanaan KKN. Program yang dibuat dapat terbagi menjadi program umum seperti peringatan hari besar, pemberdayaan masyarakat, dan program khusus yang terkait tema besar suatu tim KKN. Beberapa tema khusus KKN antara lain seperti pendidikan, pariwisata, sumber daya alam, dan peduli bencana (Wikipedia, 130923)

 

Pembelajaran Kontekstual dan Empiris

Pilihan terhadap Dusun Plandi yang mayoritas beragama Buddha sangat tepat bagi KKN mahasiswa STAB Nalanda. KKN yang dilakukan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha sangat berperan penting dalam mengisi tenaga pendidikan agama yang sungguh berkualitas dimana para calon pendidik agama Buddha itu belajar memahami manusia dan lingkungannya. KKN menjembatani pendidikan agama yang sifatnya normatif-tekstual atau dogmatis di ruang kelas menjadi sebuah pendidikan nilai agama yang sifatnya kontekstual, empiris dan problematis.

Melalui KKN mahasiswa mengembangkan dirinya, kualitas pendidikan keagamaannya dengan membantu mengembangkan metode pendidikan agama yang kontekstual-empiris. Justru pendidikan agama kontekstual-empiris inilah yang diharapkan mampu mengisi kekurangan sisi normatif pendidikan agama selama ini yang cenderung terkstual-normatif. KKN mengisi pengetahuan mahasiswa dengan banyak pengalaman praktik, memahami masyarakat dan mengenal nilai-nilai agama yang berlaku di daerah dengan kekhasannya, lokal jenius atau kearifan lokal.

Sudah tepat bila KKN diwajibkan bagi mahasiswa sekolah tinggi agama Buddha, karena dengan begitu para calon pendidik itu akan belajar sambil berlatih dan berpraktik, mengenal dan menerapkan metode pendidikan agama kontekstual. Sebuah metode pendidikan kontekstual yang akan mencerminkan berlangsungnya pendidikan agama yang ideal, dan menjamin keabsahan ajaran agama yang bersumber secara tekstual dalam kenyataan yang hidup di suatu masyarakat dengan tradisi dan budayanya tersendiri.  

KKN menjembatani hal itu, antara yang tekstual dan kontekstual serta menantang para calon pendidik untuk dapat mewujudkan esensi agama dalam konteks kehidupan. Para mahasiswa yang nantinya akan terjun di masyarakat dimanapun mereka berada dan ditempatkan. Mereka, para mahasiswa yang KKN banyak belajar dalam menghubungkan ajaran agama baik secara teoritis dengan kenyataan, serta menemukan dimensi-dimensi ajaran yang terdapat dalam fenomena kehidupan dan alam semesta, baik dengan menghubungkan teori dengan kenyataan atau memetik nilai ajaran dari kenyataan hidup.

Segi kontekstual-empiris atau pengalaman keberagamaan itu pula yang juga ditekankan oleh Robert N Bellah (1927-2013), seorang antropolog agama terkenal. KKN memberikan wahana yang kondusif bagi anak didik untuk menghayati agamanya. Pendidikan agama tidak hanya sekedar teoretis (berdasarkan norma tekstual saja) tetapi juga mencakup penghayatan yang benar-benar dikonstruksi dari pengalaman beragama (bersifat kontekstual). Pendidikan agama kontekstual yang mampu memberikan keragaman atau pluralitas bagi tumbuh suburnya penghayatan dan pengalaman beragama yang dapat ditimba dalam KKN karena sungguh-sungguh mencerminkan pengajaran agama sebagai pendidikan kehidupan. 

 

Buddhadharma dan Pendidikan Kehidupan

Hakekat dan tujuan pendidikan tidak terpisahkan dari kehidupan nyata dan dimaksudkan untuk mendatangkan perubahan dalam diri, baik dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik, moral, spiritual, serta kepekaan sosial dan budaya. Pendidikan kehidupan tidak memisahkan pendidikan dari kehidupan bersama sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan sebagai wujud insan yang beragama.

Buddhadharma juga merupakan sebuah pendidikan kehidupan untuk menjadikan manusia berubah menuju moralitas, spiritualitas dan kebijaksanaan yang semakin bagus dan baik. Menurut tokoh “Engaged Buddhism”, Sulak Sivaraksa, Pendidikan Buddhis dimulai dengan pertanyaan hakiki kemanusiaan: Apa makna dari kehidupan? Apa sifat dasar dari diri kita? Apa tanggung jawab kita terhadap sesama? Buddhisme tidak memisahkan kehidupan dan pendidikan (Sulak Sivaraksa, 2013: 53). Pendidikan tidak terpisah dari kehidupan sebagaimana Buddhadharma ditujukan untuk mewujudkan kehidupan yang baik.

Pengajaran Buddhis tidak memisahkan pendidikan dari kehidupan. Bagi seorang Buddhis, tujuan pendidikan adalah terbebas dari ketidaktahuan. Buddha mengajarkan mengenai tiga ruas pelatihan (tisikkha), yaitu kebijaksanaan (pañña), etika (sila), dan konsentrasi (samadhi). Kebijaksanaan sejati ialah memahami sifat alami realitas tanpa prasangka dan kemelekatan, melihat setiap hal seperti apa adanya.

Ketika tercapai pemahaman ini berbaur dengan kewelasasihan dan menolong sesama makhluk menjadi tujuan pribadi yang tak pernah berhenti (Sulak Sivaraksa, 2013: 57). KKN mahasiswa STAB Nalanda di Dusun Plandi yang terpencil dengan penduduk bermayoritas agama Buddha adalah lokasi yang sangat tepat bagi tersemainya pendidikan keagamaan Buddha yang sesungguhnya, kontekstual-empiris dan nyata dalam kehidupan.

Bagi Sulak Sivaraksa (Sulak Sivaraksa, 2013: 57), dalam pendidikan Buddhis yang sesungguhnya, kecerdasan dan emosi berkembang secara bersamaan. Dusun Plandi di Banyumas merupakan tempat yang ideal untuk itu dan tidak salah menjadi pilihan bagi mahasiswa STAB Nalanda ber-KKN. Mahasiswa KKN yang dapat banyak belajar, mengajar, melakukan refleksi dan kontemplasi seperti dilakukan oleh Olipit, Jerry Manggala, Pano, Delphin, Susi dan Nelly yang tampaknya di hari-hari akhir masa KKN-nya telah banyak mengalami perubahan: lebih cekatan, terampil dan mudah melayani! (JP).

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?