Environmental Friendly Temple – Vihara Ramah Lingkungan

Home » Artikel » Environmental Friendly Temple – Vihara Ramah Lingkungan

Dilihat

Dilihat : 78 Kali

Pengunjung

  • 1
  • 48
  • 95
  • 60,955
Pic 7 Environmental

Oleh: Ananda Karuna Jaya

 

Vihara atau Wihara (dalam KBBI) sebagai salah satu sebutan Rumah Ibadah Agama Buddha di Indonesia. Berdasarkan KBBI, Wihara adalah rumah ibadah umat Buddha berukuran sedang dan lebih besar dari cetiya yang memiliki beberapa sarana dan prasarana, seperti candi, kuti dan dhammasala. Dalam bahasa Pali, “vihara” berasal dari akar kata “viharati” yang berarti “tinggal” atau “berdiam”. Kata ini awalnya digunakan untuk merujuk pada tempat tinggal atau tempat beristirahat. Definisi “vihara” berkembang dan merujuk pada tempat bagi para bhikkhu untuk praktik spiritual, meditasi dan kegiatan pembabaran Dhamma. Dengan kata lain, Vihara adalah bangunan yang mendukung kegiatan penyebaran dan pelestarian agama Buddha. Pada umumnya Bangunan Vihara memiliki ruang Dhammasala dan tempat tinggal Anggota Sangha, namun ada juga yang memiliki fasilitas seperti ruang makan, ruang serba guna, ruang rapat, ruang kesehatan dan perpustakaan. Untuk mengoperasikan suatu bangunan dibutuhkan beberapa faktor salah satunya penggunaan energi.

Penggunaan energi pada bangunan gedung dianggap sebagai kontributor terbesar dalam konsumsi energi di dunia, begitu juga dengan emisi gas rumah kaca (GRK). Peningkatan kualitas lingkungan penting dilaksanakan untuk mencapai tujuan global yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris, yaitu menjaga kenaikan suhu rata-rata tidak lebih dari 1,5oC di atas kondisi pra-industri. Melakukan “penghijauan” pada bangunan yang sudah ada merupakan hal yang penting dalam hal mengurangi konsumsi energi dan emisi GRK. Hal ini dapat dicapai dengan menggabungkan fitur-fitur “hijau” pada sektor bangunan. Bangunan hijau merupakan salah satu cara untuk mendukung dan memberikan kesempatan untuk menghemat energi dan mengurangi konsumsi sumber daya dan emisi karbon (Jaya et al., 2023). Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian lingkungan.

Seperti apa yang disampaikan dalam Dhammapada ayat 49

 

“Yathapi Bhamaro Puppham, vannagandham Ahethayam, Paleti Rasamadaya, Evam Game Care.”

“Bagaikan seekor kumbang mengumpulkan madu dari bunga-bunga tanpa merusak warna maupun baunya, demikian pula hendaknya, orang bijaksana mengembara dari desa ke desa.”

 

Perumpamaan pada Dhammapada ayat 49 mengingatkan kita agar memperlakukan alam secara bijaksana sehingga terjadi simboisis mutualisme. Bagaikan seekor kumbang yang turut membantu proses penyerbukan setelah kumbang tersebut mengambil madunya.  Memanfaatkan kekayaan alam bukan berarti menimbulkan kerusakan pada lingkungan, melainkan melestarikannya. Selain itu, dalam Vanaropa Sutta, Samyutta Nikaya 1.47 terdapat wejangan bahwa mereka yang membangun taman atau hutan, orang-orang yang membangun jembatan, tempat minum dan sumur, mereka yang memberikan tempat tinggal, pada merekalah jasa selalu meningkat pada siang dan malam hari. Dengan kata lain, melestarikan lingkungan adalah tindakan kebajikan luhur yang membawa manfaat yang besar baik diri sendiri, orang lain dan lingkungan alam.

Pelestarian lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah penerapan bangunan hijau pada Vihara. Apa yang harus diterapkan agar Vihara menjadi bangunan hijau? Indonesia memilki organisasi non-profit yang berkomitmen penuh pada edukasi publik dalam menerapkan praktik-praktik terbaik dalam bidang lingkungan hidup dan memfasilitasi transformasi industri bangunan yang berkelanjutan. Organisasi tersebut adalah Green Building Council Indonesia (GBCI). GBCI memiliki perangkat penilaian (rating tools) yang disebut GREENSHIP.  GREENSHIP yang dikembangkan oleh GBCI saat ini mencakup 6 jenis perangkat penilaian yaitu, Bangunan Baru (New Building), Bangunan Lama (Existing Building), Ruang Interior (Interior Space), Homes, Neighborhood, dan Net Zero Healthy.  Penerapan bangunan hijau pada Vihara akan mengacu pada perangkat penilaian GREENSHIP  New Building dan Existing Building, yang terdiri dari 6 indikator yaitu (1) Tepat Guna Lahan, (2) Efisiensi dan Konservasi Energi, (3) Efisiensi dan Konervasi Air, (4) Sumber dan Siklus Material, (5) Kenyamanan dalam Ruang, (6) Manajemen Lingkungan Bangunan.

Tepat Guna Lahan menekankan pada area lansekap vegetasi, sarana dan prasarana sekitar bangunan, transportasi umum, fasilitas sepeda dan disabilitas, halte, atap green roof dan albedo rendah, manajemen limpasan air hujan, prosedur perawatan gedung, dan kampanye pengurangan kendaraan pribadi. Efisiensi dan Konservasi Energi akan berfokus pada pemasangan meteran listrik, pemanfaatan pencahayaan alami, ventilasi natural, pemanfaatan energi terbarukan, kampanye hemat energi, melakukan audit energi, sistem pendinginan dengan Coefficient of Performance (COP) tinggi, lampu hemat energi, prosedur operasi dan perawatan sistem Mechanical Ventilation Air Conditioner (MVAC), pompa, genset dan lift (jika ada). Efisiensi dan Konservasi Air menitikberatkan pada pemasangan meteran air, fitur hemat air, sistem daur ulang, pemanfaatan air hujan, efisiensi air siram taman, kampanye hemat air, tidak menggunakan deepwell, melakukan audit air dan uji kualitas air.

Sumber dan Siklus Material menekankan pada refrigeran tanpa Chloro Fluoro Carbon (CFC) dan 0 Ozon Depletion Potential (ODP), Alat Pemadam Api Ringan (APAR) tanpa halon, menggunakan material ramah lingkungan, penggunaan tumbler. Kenyamanan dalam Ruang akan berfokus pada instalasi fresh air, sensor karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO), pengendalian dan kampanye pelarangan merokok, pemandangan keluar bangunan, kenyamanan visual, kenyamanan termal, tingkat kebisingan, pengukuran rutin kualitas udara, mengadakan survey pengguna gedung (umat, pengurus, karyawan, dan anggota sangha). Manajemen Lingkungan Bangunan menitikberatkan pada pemilahan sampah organik, anorganik dan B3, sosialisasi kepada pengguna gedung terkait bangunan (Vihara) hijau, workshop atau pelatihan terkait bangunan (Vihara) hijau, kegiatan lingkungan, tim atau divisi yang bertanggung jawab atas bangunan hijau dalam struktur kepengurusan Vihara. Keenam indikator tersebut akan dijelaskan secara mendetail ke dalam 3 artikel mendatang, dimana dalam 1 artikel akan membahas 2 indikator.

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Referensi

https://suttacentral.net/ diakses pada 13 Agustus 2024

https://www.gbcindonesia.org/ diakses tanggal 13 Agustus 2024

Jaya, A. K., Fithratullah, R., Kurniawati, K., & Utha, M. A. (2023). The influence of environmental quality in classrooms on internal response and academic performance in conventional and energy-efficient buildings. Journal of Social Research, 2(11), 4006–4019. https://doi.org/10.55324/josr.v2i11.1516

Rhys Davids, T. W., and William Stede. The Pali Text Society’s Pali-English Dictionary. Pali Text Society, 1921-1925.

 

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?