Filosofi Hidup dan Spiritualitas Raden Mas Panji Sosrokartono

Home » Artikel » Filosofi Hidup dan Spiritualitas Raden Mas Panji Sosrokartono

Dilihat

Dilihat : 304 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 155
  • 57
  • 46,689
Pic 2 Sosrokartono

Oleh: Jo Priastana

 

“Sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji. Trimah mawi pasrah, suwung pamrih tebih ajrih. Langgeng Tan ono susah tan ono senang. Antheng mantheng, sugeng jeneng.

Kaya tanpa harta, jaya tanpa kesaktian. Menerima secara pasrah, tidak pamrih jauh dari takut. Abadi tanpa susah tanpa senang. Tetap tenang, nama baik terjaga”

(Raden Mas Panji Sosrokartono)

 

Kisah perjuangan hidup Sosrokartono, tidak kalah menariknya dari Raden Ajeng Kartini. Bila Kartini sebagai pejuang emansipasi perempuan Indonesia begitu menginginkan dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya sampai ke luar negeri sekalipun namun tidak kesampaian, tidak halnya dengan Kartono kakak kandungnya. Kartono justru dikenal sebagai pemuda Indonesia pertama yang mengecap dunia pendidikan di luar negeri. Kartono juga sang terpelajar yang pada akhirnya dikenal sebagai spiritualis dan kaya dengan falsafah hidup.

Sosrokartono adalah lulusan jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur dengan gelar Doctorandus in de Oostersche Talen dari Universitas Leiden. Sosrokartono seorang yang cerdas dan terpelajar. Ia menguasai 24 bahasa dan 10 bahasa suku. Kartono merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putra-putri Indonesia lainnya. (Pengembaraan Sosrokartono, Historia – Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2016-04-21, Diakses tanggal 24/8/22).

Drs. Raden Mas Panji Sosrokartono (Kartono) lahir pada 10 April 1877 dan meninggal pada 8 Februari 1952. Pernah berprofesi sebagai wartawan perang pada Perang Dunia I. Ia juga adalah penerjemah, guru, dan ahli kebatinan Indonesia. Ia adalah anak keempat dari R.M. Ario Sosrodiningrat dan kakak kandung R.A. Kartini yang memberi inspirasi Kartini untuk menjadi tokoh emansipasi wanita. Ia dijuluki Si Jenius dari Timur dan menekuni spiritual.  Semasih di Belanda, ia dikenal sebagai Dokter Air Putih karena dapat mengobati penyakit hanya dengan menggunakan media air putih.

 

 Spiritualitas Sosrokartono

Tulisan “Filsafat Hidup dan Spiritualitas Hidup Sosrokartono” ini bersumber pada buku yang ditulis oleh seorang kerabat Sosrokartono, yaitu Prof. Dr. KRMT John Tondowidjojo T, CM, dalam bukunya “Sosrokartono dan Spiritualitas dari Abad ke Abad,” Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama, 2022, hal: 99-129). Prof. Dr. KRMT John Tondowidjojo adalah putra dari R.A. Sutiretno Sosrobusono, yang merupakan puteri PAA Sosrobusono, Bupati Ngawi, kakak kandung RMP. Sosrokartono dan R.A Kartini.

Diungkapkan, bahwa Sosrokartono adalah seorang terpelajar yang spiritualis. Spiritualitas adalah berasal dari kata “spiritus” (Latin), “spiritualis” yang artinya menghembuskan napas, aliran udara, napas, hawa, napas hidup, nyawa, hidup, roh, jiwa, sukma, atau hati. Spiritualitas sebagai kata benda berarti rohani, batin, kejiwaan dan diartikan sebagai kesadaran diri, kebesaran hati, atau keberanian.

Spiritualitas juga diartikan sebagai sebuah orientasi terhadap kehidupan spiritual, dan berkaitan dengan “inti terdalam dari manusia” dan dengan pengalaman-pengalaman dari “realitas yang utama”. Spiritualitas Drs. R.M.P. Sosrokartono mengacu dan terarah pada nilai kesempurnaan hidup sudah tumbuh pada tahun 1897-1925 semasa hidup di Eropa.

Pertumbuhan spiritualitas Kartono itu juga dipengaruhi oleh pemikiran Eropa terutama filsafat Platonis. Filsafat Platonis bersifat dualistik antara badan dan jiwa. Badan dan dunia dipandang sebagai sumber keburukan yang mewakili kejahatan. Jiwa atau rohani dipandang sebagai tempat kesucian dan kebaikan.  

Sosrokartono mengagumi filsafat Plato dan menjadikannya sebagai paradigma spiritualitas hidupnya. Sebagai manusia yang ingin mencapai kesucian haruslah berani meninggalkan hal-hal duniawi melalui matiraga atau hidup askese: mengurangi makan dan minum, hidup murni wadat, meninggalkan kekuasaan dan status hidup mapan, menyenangkan dan meninggalkan keramaian hidup manusia, mencari tempat yang hening untuk merenung atau menyepi; meneliti batinnya dan menjaga sikap hidup batin agar tidak terpengaruh dengan godaan duniawi atau nafsu-nafsu duniawi, seperti harta, tahta, wanita.

 

Kebatinan dan Kejawen

Jalan spiritualitas Sosrokartono juga didasari dua hal utama, yakni Agama dan Kejawen. “Ingkang tansah kula mantapi agama kula lan kejawen kula.” (Yang selalu saya mantapi/pegang adalah agama saya dan jiwa Jawa saya). Kedua hal ini yang diluhurkan oleh Sosrokartono sebagai seorang Muslim sejati.  

Islam mengandung arti ikhlas dan pasrah kepada Tuhan yang Maha Esa, akan keselamatan di dunia dan akhirat, dan juga berarti berserah diri kepada Tuhan tanpa syarat. Sedangkan Kejawen menurutnya, “Segala sesuatu yang berhubungan dengan kepribadian bangsa Indonesia umumnya dan suku Jawa khususnya.” “Kepribadian” yang meliputi dimensi kepercayaan dan budi pekerti atau moral Jawa, dimana  sebagai orang Jawa,  Sosrokartono mendapat warisan adat dan nilai-nilai adiluhung nenek moyangnya.

Beliau menjalankan hidup dalam pergaulan memakai pola kejawen. Yang namanya Kepercayaan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan atau Sang Murbeng Dumadi dan pengertian masalah “Perabot urip” serta “Panembahan Jati”. Perabot urip adalah segala sesuatu yang menjadi persiapan dan bekal untuk hidup di dunia maupun di akhirat nanti. Sedangkan Panembahan jati adalah panembah yang benar atau sembah yang sejati atau dia yang berbakti. Sembah untuk memperoleh “Kasampurnaning urip” (Kesempurnaan hidup), yakni sembah kepada Hyang Tunggal (Tuhan), sembah kepada Hyang Sukma, sembah kepada guru nyata, dan sembah kepada orang tua.

Ilmu menjalani laku seperti itu adalah ilmu kebatinan yang menyangkut beberapa aspek dari kehidupan manusia; mengenai kepercayaan terhadap Tuhan, mengenai perilaku terhadap sesama manusia, usaha mencari sumbernya, penciptanya, mencari sangkan paraning dumadi (awal dan akhir dari adanya penciptaan alam semesta, yang tujuan utamanya agar seorang manusia dapat mengenali dirinya sendiri – Red.) dan usaha jalan menghubungkan diri dengan Tuhan. Singkatnya: The way of life atau merupakan suatu falsafah hidup, dengan tujuan mencari kesempurnaan hidup.

Sosrokartono meresapi laku moral Jawa. Semua yang berhubungan dengan unggah-ungguh tata susila, budi pekerti luhur dan laku utama. Dengan kata lain: segala tindakan moral yang menunjukkan diri sebagai makna utama. Maksudnya manusia yang pandai bergaul dengan sesama dan tidak pernah merugikan serta menyusahkan orang. Untuk kepandaian bergaul itu ada istilah “ajur ajer”, hancur luluh. Setiap orang harus bisa bergaul dengan siapapun, apapun kedudukan yang dihadapinya, dia harus bisa menyesuaikan sehingga yang dihadapi tak kan merasa segan untuk datang mendekati, menghadap dan berbicara.

 

Perilaku Spiritual Sosrokartono

Sosrokartono selalu mengembangkan dasar spiritualitasnya dengan berdoa, penyelidikan dan berguru, serta matiraga. Doa adalah makanan jiwa, seperti udara bagi hidup rohani, dan seperti matahari yang memungkinkan hidup muncul dan bertahan di bumi. Doa adalah jiwa dari jiwa, dan berkat doa, Sosrokartono semakin bisa mengenal dirinya sendiri dengan Tuhan.

Ia juga giat menyelidiki dan mempelajari berbagai kitab suci, buku-buku rohani, kitab Jawa Kuno, tempat bersejarah, serta berguru atau “ngangsu” (menimba) ilmu ke guru-guru rohani atau kyai-kyai yang berilmu tinggi. Berguru untuk mencari dan mendambakan kesempurnaan hidup, kasunyatan. Ia menempuh cara hidup asketis, hidup matiraga dengan perilaku “tapa brata,” suatu olah kanuragan dengan cara hidup serba kekurangan atau hidup sederhana, sehingga akhirnya menerima wangsit Kasunyatan.

Laku spiritualitasnya juga diungkapkan dengan jurus Pangesti, Pangastuti, dan Catur Murti.  Pangesti atau “pangestu” berarti memohon berkat atau doa kepada orang tua atau orang yang di “tua”kan. Pangesti juga bisa berarti suatu cita-cita yang selaku ingin dikejar dan dihayati dalam hidup ini. Sosrokartono tidak pernah lepas dan mohon kepada ibunya, bahkan beliau membuat sebuah doa untuk meminta doa restu ibunda tercinta, karena cita-citanya selalu dikejar dan dihayati dalam hidup ini.

Cita-citanya diwujudkan dengan “Leladi sesamane dumadi, memayu hayuning bawana,” Maksudnya mengabdikan diri kepada sesama manusia dengan seluruh hidup agar dunia menjadi lebih indah dan sentosa, sebagai bentuk ibadah dan penyerahan diri kepada Tuhan. (Trijana, “Almarhum Jiwa Besar Drs. Sosrokartono (1877-1952), Yayasan Sosrokartono, Yogyakarta, 1971, hal. 72).

Pangastuti dari bahasa Jawa “astuti”, berarti menyembah, bersikap damai. Beliau hanya percaya dan menyembah sujud kepada Tuhan. Sikap itu beliau tunjukkan dengan berdharma bhakti kepada siapa pun, sebab beliau adalah makhluk ciptaan Tuhan sendiri. Beliau menentukan bentuk ibadatnya, yakni kebaktian kepada sesama seumur hidupnya.

Sosrokartono memelihara spritualisnya dengan Catur Murti, yaitu empat penjelmaan, empat yang dijelmakan menjadi satu. Satu dalam pikiran, dalam perasaan, dalam berbicara, dan dalam perbuatan. Catur murti yang terdiri dari Pikiran Benar, perasaan benar, perkataan benar, dan tindakan benar. Kebenaran yang satu dan menyatu dalam pikiran, perasaan, perkataan dan tindakan.

 

Wangsit Kasunyatan dan Ilmu Kanthong Bolong

Sosrokartono melakukan tapa brata, hidup murni dan meninggalkan jabatan dan statusnya. Jalan menuju kesempurnaan yang diyakininya sebagai jalan hidup mengambil jarak dengan dunia dan memiliki prinsip hidup yang mengutamakan kesucian batin.  Dalam praktik laku spiritualnya itu, Kartono mencapai situasi “malam gelap gulita”. Situasi dimana ia mendapatkan wangsit atau petunjuk yang diyakini sebagai nilai kesempurnaan hidup, yakni “wangsit kasunyatan”.

Pengalaman rohani puncak ini dialami sebagai terang yang menyilaukan dan perasaan kepenuhan diri yang luar biasa, sebagai suatu pengalaman mistik yang luar baisa dan terjadi pada manusia tertentu saja. Wangsit Kasunyatan adalah suatu ilham atau suara gaib mengenai kebenaran atau kenyataan hidup dari Tuhan sendiri, diperoleh seseorang sehubungan dengan tugas hidup di dunia ini, seseorang yang menerima wangsit kasunyatan sadar dan mengerti akan hakikat kebenaran/kenyataan dari Tuhan.

Wangsit Kasunyatan nampak bagaikan cahaya yang menyinari hidup manusia yang menerima dan memilikinya, sehingga segala persoalan hidup menjadi terang benderang. Sosrokartono mengalami hal itu, sesuatu yang belum dialaminya ketika bersemedi, yakni memasuki alam rasa yang sejati, merasakan suatu kekosongan dari kegelapan sekaligus lambat laun menjadi terang berkilauan dan kemudian memperoleh suatu isyarat atau suara gaib/wangsit Ilahi. Peristiwa luar biasa yang terjadi di tahun 1927 di kota Bandung, Sosrokartono menemukan petunjuk pribadi, menemukan diri sendiri, asal dan tujuan hidup yang sesungguhnya.

Bagi Sosrokartono, hidup adalah mengerjakan ibadat yakni kewajiban berbakti dan melakukan pelayanan kepada sesama manusia. Beliau menerapkan “ilmu Kanthong Bolong.” Sebuah pengetahuan konkrit tentang sebentuk tempat yang selalu kosong, tak pernah terisi sesuatu yang dimasukkan, karena tempat itu berlobang maka apa pun yang ditaruh di sana selalu mengalir menjadi kosong dan sunyi dari apa saja.

Ilmu Kanthong Bolong bermakna sangat dalam, pengetahuan tentang hakikat untuk apa manusia diciptakan. Untuk apa? Menjadi abdi bagi sesama, selalu mengosongkan diri dari hal-hal duniawi, tidak boleh mencari imbalan, menolong sesama manusia tanpa mengingat waktu, perut, saku. Jika saku berisi segera mengalir kepada sesama. Falsafah hidup Sosrokartono yang juga sejalan dengan spiritualitas Buddhadharma tentang pengorbanan aku dengan kasih sayang, sugih tanpa banda, bahwa kekayaan itu ada di dalam diri kita, transformasi diri tanpa kepemilikan!  (JP) ***

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

sumber gambar: https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2022/09/30/rmp-sosrokartono.png?w=600&q=90

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?