Filosofi Traditional Chinese Medicine (TCM) Dalam Agama Buddha

Home » Artikel » Filosofi Traditional Chinese Medicine (TCM) Dalam Agama Buddha

Dilihat

Dilihat : 153 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 5
  • 195
  • 88,069
Pic 3 TCM jpeg

Oleh: Dr. dr. Suminah, M.H.

 

Traditional Chinese Medicine (TCM) merupakan sistem pengobatan yang dikenal sebagai pengobatan yang berasal dari budaya Tiongkok dan ada sejak lebih dari dua ribu tahun yang lalu, sehingga diakui sebagai pengobatan tertua di dunia yang memiliki pendekatan dengan filosofi holistik dan pandangan alam semesta yang unik.

Traditional Chinese Medicine (TCM) didasari oleh adanya teori Yin Yang dan Lima Unsur (U sing), yang telah diformulasikan oleh orang China kuno melalui pengamatan yang panjang sesuai dengan fenomena yang terjadi di alam semesta. Kedua teori membantu pemahaman secara mendalam tentang kondisi alam semesta yang didalamnya senantiasa terjadi perubahan, dan mendasari tentang adanya energi (Qi). Pemahaman Yin Yang sebagai dua sifat, hal yang saling berlawanan, saling seimbang, saling menghidupkan dan tidak mutlak, hubungannya mendasari terjadinya perkembangan dan perubahan secara alamiah ketika segala sesuatu telah mencapai puncak.

Pengertian Yin Yang sangatlah luas dan bersifat universal, kreasi, transformasi dalam kehidupan, sebagai suatu energi yang berlawanan dan dinamis, yang dalam ilmu modern digambarkan sebagai suatu keseimbangan/homeostasis keadaan humoral dalam tubuh manusia baik imun, hormon dan endokrin. Yin Yang menggambarkan hubungan luar dan dalam, atas dan bawah, belakang dan depan, organ Zang (organ padat, pembentuk energi, seperti: hati, jantung, perikardium, limpa, paru dan ginjal) dan Fu (organ berongga, penampung energi seperti: kandung empedu, usus kecil, lambung, usus besar dan kandung kemih) sehingga keseimbangannya menghasilkan energi yang setara.

Manusia dalam Dhamma terbentuk dari dua unsur: (1) unsur fisik (padat, cair, panas dan udara), yang jika terganggu maka membutuhkan tenaga medis dan obat-obatan dalam penanganannya, (2) unsur batin (pikiran, perasaan, pencerapan, kesadaran dan keinginan), yang jika mengalami gangguan, dibutuhkan tenaga spiritual dalam penanganannya, dan (3) unsur fisik dan batin, dimana dalam penanganan memerlukan tenaga medis dan tenaga spiritual.

Teori Lima unsur, menggambarkan bahwa alam semesta yang merupakan wujud manusia yang diciptakan dari batu giok terdiri dari lima unsur, yaitu kayu, api, tanah, logam dan air yang membentuk hubungan yang cukup erat, teratur dan seimbang, sehingga hubungan ini dapat menerangkan jika hubungan terjadi secara normal (fisiologis) maka tubuh akan sehat, namun jika hubungan terjadi secara tidak normal (patologis) maka tubuh akan sakit.

Pijakan dasar dalam praktik TCM dimulai dari penemu klasik medis tertua di Tiongkok yaitu “Huang Di Nei Jing” (The Yellow Emperor’s Inner Canon) pada abad ke-3 SM, dilanjutkan oleh seorang dokter yang menulis karya monumental “Shang Han Lun” (Treatise on Febrile Diseases) yang berisikan diagnosis dan pengobatan berbagai penyakit, di abad ke-2 Masehi.

Sehat menurut WHO (World Health Organization) merupakan kondisi seseorang dalam keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehingga seseorang dikatakan sehat bukan hanya kondisi tidak sakit namun juga kondisi dimana seseorang sejahtera secara keseluruhan. Maka seseorang dikatakan sehat jika memiliki berat badan yang ideal dengan pola hidup yang sehat, melakukan latihan olahraga rutin dan istirahat yang cukup.

Dalam agama Buddha kesehatan juga merupakan harta yang paling berharga, karena tanpa kesehatan, seseorang tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Dikatakan dalam Dhammapada XV: 205 “Kesehatan merupakan keuntungan terbesar, merasa puas adalah kekayaan yang paling berharga, dipercaya adalah sanak keluarga yang baik, Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi”, Anguttara Nikaya: Ada tiga macam penyakit dan akibatnya; pertama, ada orang sakit tidak peduli apakah dia memperoleh gizi yang sesuai, obat yang tepat dan perawatan yang memadai atau tidak, dia tidak akan sembuh dari penyakitnya. Kedua, ada orang sakit tidak peduli apakah dia memperoleh semua itu atau tidak, dia akan sembuh dari penyakitnya. Ketiga, ada orang sakit yang akan sembuh dari penyakitnya jika memperoleh gizi yang sesuai, obat yang tepat dan perawatan yang memadai dan dia tidak akan sembuh kalai tidak memperoleh semua.

Maka kesehatan dalam agama Buddha merupakan keuntungan yang berharga melebihi harta, kedudukan ataupun emmiliki pengikut yang banyak. Karena jika seseorang mengalami sakit sehingga tidak dapat melakukan aktivitas, maka ia tidak akan dapat menikmatinya, karena saat sakit kondisi akan berasa tidak nyaman dan seperti sangat menderita, karena tidak dapat menikmati makanan yang dimakan, tidak dapat melakukan aktivitas sehingga pikiran tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Sehingga tidaklah salah jika ada ungkapan “Health is Wealth” dimana adanya kesehatan merupakan sebuah kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. Ditegaskan dalam Dhammapada bahwa kesehatan adalah perolehan terbesar yang seseorang miliki (arogya parama labha. Dhp. 204, M. I. 508). Diperjelas dalam kitab komentar bahwa siapapun yang memiliki perolehan kekayaan, kemashyuran, atau anak, kesehatan merupakan perolehan yang terbesar, tidak ada perolehan yang melebihi itu.

Filosofi yang dapat ditarik dan sesuai antara ajaran Buddha dan teori dari TCM yaitu, kondisi tubuh yang seimbang, akan menghasilkan ketenangan secara psikis atau batin, maka dengan demikian akan tercapai kepribadian yang sehat. Dimana dalam Buddhis diajarkan juga mengenai bagaimana mendapatkan tubuh yang sehat lewat (1) mengkondisikan pikiran yang tenang dengan sering berlatih meditasi, dijelaskan dalam Dhammapada; “Pikiran mendahului semua kondisi batin, pikiran adalah pemimpin, segalanya diciptakan oleh pikiran. Apabila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran yang bersih, maka kebahagiaan akan mengikuti pelakunya, seperti bayangan yang tidak pernah meninggalkan tubuh seseorang”, (2) mengatur jam makan, dengan ekasanikanga yaitu makan sekali duduk (sekali sehari), dan baru makan lagi pada esok hari, dilakukan sebelum jam 12 siang dan hanya diperkenankan minum air selama masa setelah makan, sehingga tubuh menjadi ideal secara berkesinambungan, (3) tidak makan makanan yang ekstrem, dikatakan dalam Mahavagga Pali, Vinaya Pitaka, terdapat 10 jenis daging yang sebaiknya dihindari (daging manusia, gajah, kuda, anjing, ular, singa, harimau, macan tutul, beruang dan serigala atau hyena) agar tidak terjadi peningkatan kolesterol dan penambahan berat badan, (4) mengatur waktu, dengan bekerja sesuai waktu yang serta berisitirahat sesuai kebutuhan tubuh, dan (5) mengendalikan panca indera, dalam kaitannya berhubungan dengan dunia luar sesuai kemampuan tubuh.

Kondisi tubuh yang seimbang sesuai teori Yin Yang dan praktik pola hidup sehat sesuai ajaran Buddha dapat membuat tubuh tetap sehat karena asupan gizi yang teratur dan kegiatan fisik yang seimbang. Kondisi ini membentuk sebuah kepribadian yang sehat lewat pengungkapan diri secara utuh sebagai aktualisasi hati nurani yang benar. Semua didasari oleh kesadaran diri untuk bertekad membatasi segala keinginan, baik makanan maupun pikiran yang berlebih, agar keseimbangan dalam tubuh dapat tercapai. Ini harus dijadikan sebagai dorongan atau motivasi yang kuat untuk memperoleh kepribadian yang sehat secara fisik, mental dan spiritual sebagai dasar bagi pencapaian ke Nirwana.

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Referensi:

Ahmad Saifudin. (2019) Psikologi Agama: Implementasi Psikologi Untuk Memahami Perilaku Agama. Jakarta, Prenadamedia Group.

Binus University. (2019). Kesehatan menurut Dhamma. https://student-activity.binus.ac.id/diakses pada 11 Agustus 2025.

Eko Bastiansyah. (2008). Panduan Lengkap: Membaca Hasil Tes Kesehatan. Bogor, Penerbit Plus.

Kementerian Agama. (2023). Pola Hidup Sehat Ala Buddha. https://kemenag.go.id/diakses pada 11 Agustus 2025.

Kompasiana.com. (2023). Menjaga Kesehatan Merawat Jalan Pencerahan Buddha. https://www.kompasiana.com/diakses pada 11 Agustus 2025.

Koosnadi Saputra. (2017). Akupunktur Dasar, Surabaya, Airlangga University Press.

Mukhamad Rajin. (2020). Buku Bahan Ajar Keperawatan Komplementer Terapi Akupunktur. Kediri, Chakra Brahmanda Lentera.

Tresno Saras. (2023). Tradisional Chinese Medicine (TCM): Pengenalan, Prinsip, dan Penerapan. Cirebon, Tiram Media.

Gambar: Gemini AI.

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?