Oleh: Jo Priastana
“Kenanganmu adalah doa. Saat Kamu mengenang seseorang yang telah tiada dengan penuh kasih, emosi yang kuat dan meluap itu akan menjadi doa yang membantu mereka sembuh. Kenangan yang sama ini juga akan membantu mereka yang mengenal dan mencintai mereka sembuh juga” (Guan Yin, Avalokitesvara, Goddes of Mercy, Love and Compasion)
Filosofi Buddha yang kental dengan welas asih ini membuat pemerintah China membangun patung raksasa Dewi Guan Yin di pantai selatan Hainan, pulau sekaligus provinsi paling selatan China yang berukuran enam kali luas Pulau Bali. Arca atau Rupang Guan Yin berdiri di dekat kuil Nanshan di Sanya, kota di pesisir selatan Hainan, dan karenanya disebut Guanyin of Nanshan. Arca dewi cinta kasih dan pemberi berkah yang banyak dipuja itu berdiri tegak di kaki langit Hainan, menjadikannya patung Kwan Im tertinggi di dunia.
Dewi Kwan Im (Guan Yin, Guanyin, dalam berbagai ejaan) adalah dewi pemberi berkah, cinta dan welas asih. Dalam bahasa Tiongkok, Guanyin merupakan bentuk pendek dari Guanshiyin, atau Bodhisattva Avalokitesvara yang bermakna “Dia yang Menangkap Suara Dunia.” Sebagai welas asih yang dimaknai secara personal, Dewi Kwan Im diyakini memiliki kekuatan supranatural untuk membantu semua orang yang berdoa kepadanya.
Dewi Guan Yin adalah Avalokitesvara Bodhisattva, yaitu makhluk yang mendedikasikan diri demi kebahagiaan makhluk lain di alam semesta, dan perwujudan sifat welas asih (karuna) dari Buddha atau makhluk yang tercerahkan. Patung Guan Yin yang terletak di Sanya, Hainan, Tiongkok, dikenal sebagai “Guan Yin of Nanshan” atau “Dewi Laut Selatan.” Selain mengunjungi Patung Kwan Im yang terletak di sebelah selatan pulau Hainan itu, rombongan tour-religi TX Travel pada tanggal 26-30 Mei 2025 dengan fotografer profesional Kukong Widhi Chandra juga mengunjungi Kota tua Haikou, ibukota Provinsi Hainan.
Guan Yin Memberkati dan Melindungi
Guan Yin menyambut siapa saja yang datang bersimpuh di kakinya bahkan sejak dari kejauhan. Guan Yin adalah sosok yang dipuja dan dipanggil oleh para pemujanya di saat-saat sulit dan penuh ketidakpastian. Sosok Guan Yin yang tenang dan damai, dengan wajah penuh keanggunan dan kasih sayang. Ia adalah contoh nyata yang selalu bersedia membantu dan memberikan belas kasih kepada semua makhluk hidup.
Patung Dewi Kwan Im di Nanshan, Sanya, Hainan adalah patung Kwan Im tertinggi di dunia. Dengan tinggi 108 meter, patung ini memiliki tiga wajah, masing-masing menghadap ke arah yang berbeda. Berdiri di lokasi kompleks kuil Nanshan di Pulau Hainan, Cina Selatan dengan warna: putih dan emas. Makna Tiga Wajah melambangkan kedamaian, kebijaksanaan, dan kasih sayang.
Dari tiga sisi Guan Yin of Nanshan itu, satu memperlihatkan Kwan Im menimang sutra di tangan kiri, dengan tangan kanan menunjukkan gestur Vitarka Mudra dalam ritual Buddha, yakni tiga jari (jari kelingking, jari manis, jari Tengah) diangkat, dan jari telunjuk dan ibu jari membentuk lingkaran. Satu sisi lain memperlihatkan dua tangan Kwan Im saling menangkup, menggenggam, sembari memegang untaian manik-manik doa. Sementara satu sisi lagi menampakkan Kwan Im memegang teratai.
Guan Yin of Nanshan yang diresmikan 24 April 2005 setelah enam tahun dibangun itu kini menjadi lokasi wisata memukau sekaligus tempat ziarah umat Buddha di Asia. Para peziarah jauh-jauh datang dari Cina Daratan di utara serta nengara-negara lain, termasuk Indonesia, untuk berbaris memasuki kuil di bawah kaki sang Dewi dan berdoa di dalamnya kepada arca emas Kwan Im atau sekadar bersimpuh kepada arca raksasa dari luar kuil, demi limpahan berkah darinya. Di hadapan patung Guan Yin di Nanshan, Sanya itu, peserta TX Travel dari Indonesia datang berkunjung dan bersimpuh.
Peserta yang dipimpin oleh Lita dan dipandu guide setempat Mr. Afung, dan fotografer Widhi Chandra, terdiri dari: Joti Anggoro Pratama, Yanti, Anung Widyastuti, Kartika Joswidjaja, Bhante Mulyanto Halim, Bhante Harsono, Bhante Febrian Ariya Passaddhi, Tjang Bie Git, Herlina Wijaya, Sila Amita Wardhani, Sila Puji Lestari, Akam, Enyratni Soetino, Wiratny Soetiono, Maryatie, Jinawati Soetiono, Imaratny Soetiono, Natalia, Heril Susanto, Li Lie Mariani, Julia, Jo Priastana, Ingawati Salim, Fitrian Ratti, Hartanto, Gou Kim Sia, Sulimin, Paula Evelyn Nata, dan Turnalia.
Kota Tua Haikou Merawat Kenangan
Rombongan tour itu berkunjung ke pulau Hainan dari tanggal 26-30/5/25, dipimpin oleh Lita dari TX Travel dan guide penduduk setempat yang dipanggil Mr. Afung. Para peserta tour-religius itu menyusuri separuh pulau Hainan dengan mengunjungi beberapa lokasi wisata yang sangat memukau dan menarik. Peserta diajak bermalam di dua kota besar, Sanya di selatan dan Haikou di utara Pulau Hainan.

Haikou menjadi ibukota provinsi Hainan di selatan Cina. Mr. Afung sang pemandu yang energik dan cerdas menjelaskan tentang adanya empat suku yang menghuni pulau Hainan yaitu: Han, Li, Miao, dan Utsul yang minoritas Muslim. Sangat mengesankan berkunjung ke Kota Haikou yang memiliki ciri khas tersendiri, menampilkan beragam perpaduan kebudayaan, dimana minoritas tetap terlihat.
Perpaduan paling menyolok tampak pada fasad (eksterior) bangunan di Qilou, kawasan seluas 2,5 hektar. Alih-alih arsitektur oriental, kawasan itu malah menunjukkan perpaduan arsitektur Indo-China hingga Semenanjung Malaya awal abad ke 19. Arsitektur yang terinspirasi gaya Eropa pada abad ke-18. Ritme kehidupan di kota tua ini pun terasa melambat dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Cina, sehingga cocok untuk mereka di usia senja sebagai tempat menjalani gaya hidup slow living.
Di kawasan kota tua Haikou ini, hampir semua bangunan lama berfungsi. Ini memberikan pelajaran bahwa, sekalipun bangunan lama, bila dirawat dan dijaga, tetap bisa berfungsi di masa kini. Bahwa kenangan akan terjaga selama tetap dipakai. Untuk itu, memori kunjungan ke Hainan selama lima hari tiga malam grup TX travel itu pastinya juga akan terawat dan terjaga bersama Patung Dewi Guan Yin yang selalu tersenyum mengingatkan akan perlindungan dan persatuan China, serta kebersamaan.
Rupang Dewi Kwan Im pastinya senang dikunjungi siapapun. Walau Kwan Im adalah dewi umat Buddha yang sangat dipuja, dia tetap akan memberkati siapa saja semua yang datang kepadanya, tiada pilih kasih. Di matanya yang selalu senyum penuh kasih, semua makhluk adalah sama, sederajat dan setara. Semuanya pasti didengarkan keluh dan kesahnya, keinginan dan harapannya serta diberkatinya.
Bahwa semua kita satu dan sama, bahwa di empat samudera dan di bawah langit yang sama, semua kita adalah saudara. Kita semua adalah sama-sama saudara seperjalanan, sama-sama se-perlayaran dalam mengarungi samudera samsara menuju pantai bahagia. Mari merawat kenangan kebersamaan indah di Pulau Hainan ini. Dalam berkat dan perlindungan Dewi Guan Yin of Nanshan, selamat tiba kembali di Jakarta, sampai jumpa dalam kebersamaan, kemesraan dan persaudaraan yang tiada pernah berlalu! (JP) ***
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).
Sumber gambar: dokumentasi pribadi