Guan Yin of Nanshan, Avalokitesvara Welas Asih di Kaki Langit Hainan Laut Cina Selatan (1): Penanda Persatuan dan Perlindungan

Home » Artikel » Guan Yin of Nanshan, Avalokitesvara Welas Asih di Kaki Langit Hainan Laut Cina Selatan (1): Penanda Persatuan dan Perlindungan

Dilihat

Dilihat : 148 Kali

Pengunjung

  • 1
  • 54
  • 271
  • 82,557
Pic 2574 Nanyin Guanshan 1

Oleh: Jo Priastana

 

“Ada ombak ada angin, kekuatan yang terlihat dan tak terlihat. Setiap orang memiliki unsur yang sama dalam hidup mereka, karma dan kehendak bebas. Anda sedang mengendarai gelombang karma di bawah sana dan angin dapat berubah. Setiap orang harus menerima apa yang mereka lihat dan menghadapi apa yang tidak terlihat. Tidak ada jalan yang benar atau jalan yang salah. Yang ada hanyalah Jalan yang Anda pilih” (Guan Yin, Avalokitesvara, Goddess of Mercy, Love and Compassion)

 

Di tepi laut Cina Selatan dan di kaki langit Pulau Hainan Cina, rupang Avalokitevara yang memiliki ketinggian 108 meter ini berdiri tegak menjulang. Rupang Avalokitesvara yang berada di lokasi ini di antara langit dan laut yang luas terbentang, diantara warna kebiruan laut dan bersih putihnya langit tinggi memang dimaksudkan sebagai kuil Buddha. Ketinggian langit dan keluasan serta kedalaman laut mengabarkan cinta kasih dan welas asih tak terbatas dari sang Dewi, Goddess of mercy, love and compassion.

Kuil Nanshan tempat di mana patung Guan Yin berada merupakan  kompleks yang sangat luas, sekitar 50 km persegi dan terdiri dari taman tepi pantai, kuil, monumen, dan patung-patung. Kompleks ini juga menyediakan restoran vegetarian buffet. Menjelajahi patung dan kompleks, para pengunjung dapat melihat patung Guan Yin yang membentang menuju garis pantai, sambil menikmati pemandangan pot-pot bunga, pohon-pohon tropis, dan bendera-bendera serta bentangan kebiruan laut luas Cina Selatan dengan cakrawala langit keputihan.

Rupang Guan Yin of Nanshan, di kota Sanya, Pulau Hainan, Cina tegak berdiri dan selalu ramai didatangi, umat Buddha maupun para turis wisatawan dari berbagai negara yang datang mengaguminya, hingga beranjali dan bernamaskara. Dari kejauhan patung setinggi 108 meter itu telah tampak mengundang rasa kagum dan tak kuasa untuk tidak mengabadikannya, sebagaimana rombongan tour-religi TX Travel dari Indonesia yang tiba di sana pada hari Selasa, tanggal 27 Mei 2025 dan diabadikan oleh fotografer profesional Buddhis Nasional Kukong Widhi Chandra.

 

Agama, Wisata dan Politik

Patung Kwan Im (pelafalan bahasa Hokkien) di Nanshan Sanya itu adalah patung yang dibuat sejak pemerintahan Cina modern dan bukan peninggalan kuil purbakala. Pembangunan Rupang Guan Yin pada tahun 1999 disamping mencerminkan keagamaan, serta dimaksudkan sebagai objek wisata juga memiliki makna politik. Dalam proses mewujudkannya itu, pemerintah Cina melibatkan 108 bhiksu termasyhur dari berbagai kelompok Buddhis di Cina Daratan, Taiwan, Hong Kong, hingga Makau. Puluhan ribu peziarah ikut turun tangan. Disamping agama dan wisata, pembangunan Dewi Welas Asih itu merupakan proyek besar Cina yang bermakna politis, simbolis penanda persatuan Cina.

Mister Afung, guide setempat yang menyertai rombongan, mengungkapkan tentang gambaran simbolis pulau Hainan dan Taiwan sebagai dua kaki yang menyanggah Cina Daratan yang tercermin sebagai seekor ayam. Pulau Hainan dan Pulau Taiwan adalah pulau yang terletak di selatan Cina Daratan, ibaratnya dua kaki dari dari seekor ayam yang mencerminkan Cina Daratan. Selain Taiwan, ada pula Hong Kong dan Makau, memiliki sejarah dan sistem yang berbeda dengan Cina Daratan. Ketiganya menganut asas demokrasi dan kapitalisme seperti negara-negara Barat, berbeda dengan pemerintah pusat Cina yang merupakan sistem otokratik dan sosialisme.

Keberadaan Patung Kwan Im itu setidaknya dapat menyatukan Taiwan, provinsi di timur laut Pulau Hainan. Di Cina, Taiwan menempati kepulauan sendiri di Laut Cina Selatan, terpisah dengan Cina Daratan sejak lama. Mister Afung menceritakan tentang Taiwan yang bernama resmi Republik Tiongkok (beda tipis dengan Cina yang menyebut diri Republik Rakyat Tiongkok). Taiwan sesungguhnya jelmaan Partai Nasionalis Tiongkok atau Kuomintang, partai politik tertua dalam sejarah modern Tiongkok yang menggulingkan Dinasti Qing pada 1912, dan meruntuhkan sistem kekaisaran yang telah berlangsung di Cina selama 2 milenium atau 2.000 tahun.

Sejarah mencatat, partai Kuomintang, dikomandani Chiang Kai Shek mengalami kemunduran dari Cina Daratan, dan hijrah ke pulau Taiwan pada 1949 setelah kalah dalam perang saudara dengan Partai Komunias Cina pimpinan Mao Zedong. Kaum nasionalis di Taiwan dan komunis di Cina Daratan kemudian sama-sama mengklaim sebagai pemerintah Tiongkok yang sah, sehingga menyulut ketegangan antara saudara yang tak pernah pudar. Taiwan sampai sekarang berada di bawah pemerintahan darurat berdasarkan Undang-Undang Darurat selama Pemberontakan Komunis.

Partai Kuomintang kini sesungguhnya mendukung reunifikasi Taiwan dengan Cina Daratan. Hanya, ia kalah suara dengan Partai Progresif Demokrat yang menginginkan Taiwan merdeka dari Cina.  Sementara Hong Kong dan Makau diberi status Daerah Administrasi Khusus oleh Cina. Artinya, kedua wilayah itu berhak memiliki otonomi luas dan sistem pemerintahan berbeda dari Beijing, kecuali di bidang pertahanan dan politik luar negeri. Ini bagian dari kebijaksan Satu Negara Dua Sistem yang digagas Deng Xiaoping-pemimpin tertinggi Cina setelah Mao Zhedong, demi persatuan Tiongkok.

 

Penanda Perlindungan dan Persatuan

Hong Kong, pulau terkecil di tenggara Tiongkok yang menjadi salah satu pusat keuangan penting dunia – dihuni mayoritas penduduk asal Provinsi Guangdong. Mereka kabur dari Guangdong ketika Partai Komunis Cina mengambil alih pemerintahan pada 1949, sama seperti kaum nasionalis yang lari ke Taiwan. Hong Kong untuk periode cukup lama sempat menjadi koloni Inggris sebelum akhirnya tahun 1997 dikembalikan ke Cina.

Seperti Hong Kong, Makau yang berada di pesisir selatan Cina juga lama berada dalam pemerintahan asing. Selama 400 tahun, sejak abad ke-16, wilayah yang berjarak 61 kilometer dari Hong Kong itu menjadi jajahan Portugal. Makau adalah koloni Eropa tertua di Tiongkok, yang akhirnya dikembalikan ke Cina pada tahun 1999.

Kini keberadaan Taiwan, Hong Kong, Makau, dan Cina Daratan, semuanya dalam lindungan Kwan Im. Cinta Kasih Sang Dewi menyatukan segala perbedaan. Filosofi itulah antara lain yang kira-kira terpatri dalam arca tertinggi penyangga langit dan penjaga laut selatan. Itu sebabnya patung Dewi Kwan Im di Hainan memiliki tiga sisi yang bisa dipandang dari segala penjuru, dan memandang segala penjuru: satu menghadap Cina Daratan, dua menatap Laut Cina Selatan. Kwan Im adalah Bodhisattva yang dapat meringankan dan mengangkat penderitaan manusia.

Penderitaan manusia seperti adanya perpisahan, pemisahan kerabat dan sahabat setanah air, seperti merujuk pada perpecahan akibat perbedaan sikap politik antara Cina Daratan dan saudara sebangsanya di luar daratan. Itu pula salah satu alasan Guan Yin of Nanshan didirikan di lepas pantai Hainan yang berada di sisi selatan Cina seperti Taiwan, Hong Kong, dan Makau, dan juga menghadap Laut Cina Selatan-kawasan yang kerap bergolak dengan sejumlah pulau di dalamnya jadi rebutan antar negara Asia Timur dan Asia Tenggara.  

Patung Kwan Im dibangun di Hainan karena Hainan adalah pintu Cina di perairan, gerbang di selatan yang perlu diamankan. Keberadaan Dewi Kwan Im di selatan Cina akan memberkati, melindungi dan menjaga semua orang Cina di seluruh dunia, juga memberkati dan menaungi Cina dan dunia. Di tengah ambisi dan laju Cina di berbagai bidang yang meroket melesat, kasih Kwan Im rupanya dibutuhkan pemerintah sosialis komunis Negeri Tirai Bambu itu. (JP) ***

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Sumber gambar: dokumentasi pribadi

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?