Harmoni Alam dan Kehidupan Bersama Tahun Baru Imlek

Home » Artikel » Harmoni Alam dan Kehidupan Bersama Tahun Baru Imlek

Dilihat

Dilihat : 10 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 4
  • 29
  • 31,190
IMG-CNY tiger

Oleh: Jo Priastana

 

“Rayakan akhiran karena mereka mendahului permulaan baru”

(Jonathan Locwood-Huie)

 

Tahun imlek shio kerbau logam 2537/2021 akan berakhir. Saat tibanya tanggal 1 Februari, saat datangnya Tahun Baru Imlek 2537/2022. Pergantian tahuan Imlek dimana tahun bershio kerbau logam akan berganti dengan tahun bershio macan air.

 Mari kita rayakan, kita rayakan tidak hanya dalam rangka menyambut tahun macan air tapi sekaligus juga untuk berlalunya tahun kerbau logam. Tiada yang baru akan tiba bila kita tidak melepas dengan rela yang telah berlalu atau menghormati yang lama.

Secara tradisi, dalam menyambut Tahun Baru Imlek ini telah dimulai satu minggu sebelum tanggal 1 Tahun Baru Imlek, yakni dengan diadakannya sembahyang Toa Pe Kong Dapur (Dewa Dapur). Satu minggu yang sesungguhnya adalah masih hari-hari milik tahun bershio kerbau logam untuk dapat menyambut dan tibanya tahun macan air.

Selama satu minggu itu, tugas dari Toa Pe Kong Dapur ini adalah mengawasi dan memperhatikan semua tingkah laku penghuni rumah serta melaporkannya pada Thian (Tuhan) penguasa langit atau disebut Kaisar Langit. Kepergian Dewa Dapur ke langit diiringi dengan membakar hio (dupa), persembahan buah-buahan dan juga memasang mercon (petasan), dengan harapan agar dewa Dapur menyampaikan hal-hal yang baik saja.

 

Simbol Binatang dan Alam

Tahun Baru Imlek bisa dipandang sebagai perayaan kebudayaan, agama dan juga keilmuan. Ini dikarenakan di Cina sebenarnya Imlek juga dirayakan sebagai berakhirnya musim dingin dan datangnya musim semi, serta saat di dalam menentukan posisi Bulan terhadap Bumi untuk menentukan apakah sebuah siklus sudah berakhir atau belum. Selain itu kegembiraan keluarga di dalam merayakannya juga menjadi cermin dari manifestasi etika harmoni yang menjadi budaya kehidupan orang Tionghoa.

Tahun baru Imlek disebut juga sebagai pesta musim semi, sebab penanggalan Imlek mempunyai hubungan dengan keadaan alam, bertepatan dengan dimulainya musim semi. Seperti diketahui, penduduk China yang mengalami empat musim:  chuen (semi), shia (panas), chiu (gugur), dan thung (dingin). Datangnya musim semi berarti alam semesta hidup lagi setelah keadaan mati selama musim dingin.

Berdasarkan legenda yang dipercaya oleh orang-orang Cina selama ribuan tahun, konon menjelang Imlek Sang Buddha mengundang seluruh binatang di muka Bumi ini berkumpul dalam sebuah pertemuan. Undangan itu dihadiri 12 binatang, yang datang secara berurutan bermula dari tikus (Zi), kerbau (Chou), macan (Yin), kelinci (Mao), naga (Chen), ular (Si), kuda (Wu), kambing (Wei), monyet (Shen), ayam (You), anjing (Xu), dan babi (Hai).

Untuk menghormati binatang-binatang yang hadir ini, Sang Buddha kemudian memberikan masing-masing nama tahun untuk menentukan sifat manusia yang lahir pada tahun-tahun binatang ini. Keduabelas binatang itu juga memiliki sifatnya masing-masing.

Tikus yang cerewet yang menumpang di punggung kerbau si pekerja keras ketika menghadap Sang Buddha.  Singa yang dianggap sebagai binatang terhormat, kelinci yang berhati-hati, naga yang bersuara lantang, ular yang gemar berfilsafat, kuda yang aktif secara fisik, kambing yang artistik, monyet yang selalu bersemangat, ayam yang suka pamer diri, anjing yang selalu waspada dan babi yang selalu ragu-ragu. Menurut perhitungan penanggalan atau astrologi Cina, tahun 2022 Masehi atau 2537 Imlek ini diyakini dengan simbol Tahun Macan Air yang penuh makna bagi kehidupan bangsa Cina dan perjalanan umat manusia di dunia. 

Dikatakan (wikipedia) bahwa shio Macan Air ini mempunyai kepribadian atau ciri yang menekankan pada harga diri yang tinggi dan kemampuan belajar yang kuat. Selain tahun 2022, shio macan pun dimiliki oleh mereka yang lair pada tahun 2010, 1998, 1986, 1974, 1962, 1950, 1938 dst.

 Keduabelas simbol binatang ini dipadukan dengan lima unsur alami atau komponen dasar yang menentukan alam semesta yang menjadi kepercayaan orang-orang Cina akan terus memberi warna pada kehidupan manusia. Lima komponen dasar itu adalah:  besi (emas), air, kayu, api, dan bumi (tanah). 

 

Ramalan dan Interpretasi

 Dengan begitu, ciri keilmuan dalam penentuan kalender Imlek itu juga terpadu dengan seni meramal terhadap simbol-simbol yang menjadi komponennya: kedua belas dan lima unsur dasariah. Seni meramal ini pula yang selalu tidak dapat lepas atau selalu menyertai datangnya tahun Baru Imlek; yang berkaitan dengan psikologi manusia pada umumnya mengenai nasib yang tak pasti, harapan akan keberuntungan dan terhindar dari bencana.

  Dalam interpretasi bangsa Cina, tidak semua shio dan paduannya dengan unsur dasar itu selaras dengan shio lainnya. Shio yang tidak selaras atau tidak berharmoni disebut Ciong (konflik), dan Shio yang tidak beruntung ini adalah ibarat kehidupan penduduk Cina yang tidak bisa beraktivitas selama musim dingin.     

Seni meramal telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Cina yang agraris yang mampu mengungkapkan berbagai informasi yang menakjubkan tentang karakter seseorang, gaya hidup, serta struktur emosi manusia.

Hal ini dapat kita resapi dari ucapan filsuf China terkenal, Lao Zi, sekitar 2000 tahun SM: “Dalam persepsi yang terkecil sekalipun terdapat sebuah rahasia pandangan yang jernih; dalam penjagaan yang terlemah sekalipun terdapat rahasia dari seluruh kekuatan.”

Ramalan mengenai harapan nasib baik, datangnya keberuntungan dan kesejahteraan atau apakah nasib yang tidak baik, yang berkenan dengan kemungkinan datangnya bencana atau derita akan mewarnai datangnya Tahun Baru Imlek ini dan akan menjadi cerita yang marak dan menarik dari masing-masing individu yang merayakannya atau bahkan siapa saja yang turut atau larut dalam meyakininya.   

Kelima unsur sebagai simbol komponen dasar alam semesta yang dipadukan dengan 12 shio memiliki sifatnya masing-masing. Logam: Ketegaran, keinginan yang keras, kelancaran berbicara, diperintah oleh planet venus. Air: Kekuatan refleksi, kepekaan, himbauan, diperintah oleh planet mercurius Api: Dinamika, nafsu, energi, agresivitas, kepemimpinan, diperintah oleh planet Mars. Kayu: Imajinasi, kreativitas, idealisme, kesabaran, diperintah oleh Planet Yupiter. Tanah: stabilitas, ketangguhan, praktis, industri, kearifan, diperintah oleh planet Saturnus.                              

Dengan menandai masing-masing unsur itu positif dan negatif, maka paduan 12 Shio sebagai cabang bumi (Earthly Branches atau Di Zhi) dengan 5 unsur alami positif dan negatif sebagai batang langit (Celestial Stems atau Tian Gan) ini akan menghasilkan siklus enam puluh tahunan.

  Siklus 60 Tahun ini menandai adanya kalender bangsa Cina yang telah ada sejak kaisar Huang 26 abad SM, dan yang pertama kali dicatat dan digunakan pada zaman Dinasti He (Xia) pada tahun 2205-1766 SM, serta ketika Dinasti Ciu atau Zhou berkuasa (1122-255 SM) dan juga semasa Nabi Khong Hu Cu hidup.

 

Harmoni Keluarga

  Bagi bangsa Tionghoa nama Khong Hu Cu hampir tidak dapat dilepaskan dari perayaan Imlek, dan karenanya perayaan Imlek ini sering disebut-sebut sebagai sebuah perayaan agama Khong Hu Cu, meski masih juga ada anggapan kontroversial apakah ajaran Khong Hu Cu itu memang dapat dianggap sebagai suatu agama atau hanya sebagai filsafat moral dan etika.

 Tetapi lepas dari masalah kontroversial ini, perayaan Imlek sebagai perayaan keagamaan telah hampir dipastikan dirayakan oleh siapa saja, mereka yang merasa memiliki afinitas dengan Budaya Tionghoa atau bangsa Tionghoa dan keturunan Tionghoa dimanapun mereka berada dan apapun agamanya.

Perayaan Imlek tampaknya telah menjadi fenomena global bagi keturunan bangsa Tionghoa sebagai sebuah pesta budaya dengan tanpa juga meninggalkan sentuhan dan pengaruh ajaran Khong Hu Cu di dalam perayaan itu.

Perayaan Imlek merupakan juga wujud budaya dari etika kehidupan yang diajarkan oleh Khong Hu Cu berkenaan dengan hidup kekeluargaan dan bakti anak pada orang tua dan leluhurnya. Perayaan Imlek sarat dengan suasana kekeluargaan dan keakraban akan komunitas sebagai bangsa atau keturunan Tionghoa.

 Sebuah keluarga berkumpul saling menghormati, mengucapkan maaf dan selamat mulai dari yang muda ditujukan kepada yang lebih tua, dan selanjutnya antar keluarga akan saling mengunjungi dan juga menghormati dan bersembahyang atau berdoa dihadapan foto leluhur yang telah meninggal atau meja sembahyang yang terdapat di rumah keluarga khususnya rumah keluarga besar.     

 Meski perayaan Imlek sebagai perayaan budaya dan ilmu pengetahuan menyambut musim semi dan menentukan penanggalan atau kalender itu jauh telah ada sebelum Khong Hu Cu, namun dalam perkembangan selanjutnya tampaknya jiwa Khong Hu Cu bersemayam dalam perayaan Imlek ini yaitu berupa etika yang diajarkannya yang telah menjadi basis bagi pembentukan keluarga bangsa Tionghoa.

Mungkin disitulah letak kekuatan Bangsa Tionghoa melalui Imleknya, dan juga kekuatan dari ajaran Khong Hu Cu mengenai etikanya. Dan ini sekaligus memperlihatkan bahwa kalau ajaran Khong Hu dikatakan sebagai agama, maka ajaran etikanya ini mungkin telah berhasil berbentuk menjadi budaya seperti tercermin dalam perayaan Imlek. 

 

Lentera Perayaan 

Sebagaimana musim yang berganti dan tiada pesta yang tidak berakhir, tradisi menyambut Tahun Baru Imlek oleh bangsa Tionghoa yang berawal dari masyarakat agraris ini dan yang seakan menyatukan kembali segenap sanak saudara dengan para famili, kerabat dan leluhurnya yang telah diawali sejak satu minggu sebelumnya dalam sembahyang Toa Pe Kong pun akan berakhir pada hari kelima belas atau dua minggu kemudian, dengan apa yang dikenal sebagai perayaan Cap Go Meh. Perayaan penutupan penyambutan Baru Imlek ini dimeriahkan dengan penyalaan lentera pada tanggal 15 dalam terang bulan. Maka setelah lima belas hari menggema, berakhirlah ucapan Gong Xi Fat Choi. Tetapi, meski begitu nyala lentera Cap Go Meh diharapkan terus menerangi langkah kehidupan dan keberuntungan kita semua.

Semangat Tahun Baru Imlek yang melintas waktu karena erat hubungannya dengan masa lalu, sekarang dan masa depan. Cara mengekspresikan Tahun Baru Imlek yang kaya dengan budaya, yang mengandung makna moral-etika dan filosofis bangsa Tionghoa dan kreativitas yang tak putus-putusnya, yang selalu penuh pengharapan pada keberuntungan dan kesejahteraan serta terhindar dari segala bencana. Selamat Tahun Baru Imlek bagi kamu yang merayakan, Gong Xi Fat Choi! (JP) ***

 

Bacaan:

Marcus AS. 2002. “Hari-Hari Raya Tionghoa”. Jakarta: Marwin.

“Riwayat Dewa-Dwi (Sin Beng) Guru Agung dan Bodhisattva) Sam Kau/Tridharma”. Pekanbaru, Yayasan Dewi Sakti, 2003.

Lim Tji Kay. 1995. “Tao Tee Cing (Kitab Suci Taoisme)”. Jakarta; Bakti.

Markus Tan. 2004. “Tahun Baru Imlek dan Alkitab” Bethlehem Publisher. 

Majaputera Karniawan. 2021. “Kumpulan Arti Liam Keng Populer Tradisi Kelenteng”. Jakarta: Yaysan Yasodhara Puteri.

Wing-tsit Chan. 1963. “A Source in Chinese Philosophy.” Princeton, NJ: Princeton University Press.

Butuh bantuan?