Oleh: Xie Zheng Ming 谢峥明
“The Master (Confusius) said: How great is his knowledge? A gentleman does not flatter his superiors and does not disrespect his inferiors. How great is his knowledge?” This is from the Book of Changes (易经, 系辞下: 40 –Yi Jing, Xi Ci Xia: 40). A rule in interpersonal communication. Confucius emphasized that a gentleman should be gentle and refined, neither arrogant nor humble, and maintain a gentlemanly demeanor of both courtesy and self-respect in interpersonal communication, regardless of whether he is noble or humble. A gentleman does not flatter or please people of high status when making friends with people of low status; he does not look down on or despise people of low status.
“Sang Guru Konfusius berkata: Seberapa tinggi ilmunya? Seorang susilawan tidak menyanjung atasannya dan tidak merendahkan bawahannya. Seberapa tinggi ilmunya?” Ini dari Kitab Perubahan (易经, 系辞下: 40 –Yi Jing, Xi Ci Xia: 40, (dalam Adegunawan, 2020). Sebuah aturan dalam komunikasi antarpribadi. Konfusius menekankan bahwa seorang pria sejati harus lembut dan beradab, tidak sombong atau rendah hati, dan menjaga sikap sopan dan hormat dalam komunikasi antarpribadi, terlepas dari apakah dia mulia atau rendah hati. Seorang susilawan tidak menyanjung atau menyenangkan orang-orang berstatus tinggi ketika berteman dengan orang-orang berstatus rendah; dia tidak memandang rendah atau membenci orang-orang berstatus rendah.
The reason why gentlemen can do not flatter their superiors and do not disrespect their inferiors is because they have noble moral cultivation and inner pattern. They understand that true respect does not come from false flattery, but from sincere equal treatment. In real life, we often see some people who like to address others by degree or position to show their status. This behavior seems to be respecting the other party, but it is actually a condescending and arrogant performance.
Alasan mengapa susilawan tidak menyanjung atasan dan tidak merendahkan bawahan adalah karena mereka memiliki budi pekerti luhur dan pola batin yang luhur. Mereka memahami bahwa rasa hormat yang sejati tidak datang dari sanjungan palsu, tetapi dari perlakuan yang sama dan tulus. Dalam kehidupan nyata, kita sering melihat beberapa orang yang suka menyebut orang lain dengan gelar atau jabatan untuk menunjukkan status mereka. Perilaku ini tampaknya menghormati pihak lain, tetapi sebenarnya merupakan tindakan yang merendahkan dan arogan.
Similarly, we may also see some people who like to belittle and bully those who are considered inferior to satisfy their vanity. This behavior is not only a disrespect for others, but also an insult to one’s own personality. Confucius said: “How can one know the subtle changes of things?” It means that knowing the subtle changes of things is a skill. A gentleman does not flatter when interacting with his superiors, and does not be arrogant and contemptuous when interacting with his subordinates. Isn’t this a way to know people?”
Demikian pula, kita juga dapat melihat beberapa orang yang suka meremehkan dan menindas orang yang dianggap lebih rendah untuk memuaskan kesombongan mereka. Perilaku ini tidak hanya tidak menghormati orang lain, tetapi juga menghina kepribadian seseorang. Konfusius berkata: “Bagaimana seseorang dapat mengetahui perubahan halus dari berbagai hal?” Ini berarti bahwa mengetahui perubahan halus dari berbagai hal adalah sebuah keterampilan. Seorang susilawan tidak menyanjung ketika berinteraksi dengan atasannya, dan tidak bersikap sombong dan menghina ketika berinteraksi dengan bawahannya. Bukankah ini cara untuk mengenal orang lain?”
In today’s society, people with high academic qualifications are called “doctors” and “professors” out of respect for knowledge and learning. However, if the degree is overemphasized, or even flattered, it is a loss of the gentleman’s way. Similarly, belittling and bullying people who are considered inferior is also an arbitrary act. A true gentleman can be neither humble nor arrogant and respect others no matter who he interacts with. They understand that the value of each person does not depend on academic qualifications or social status, but on their moral character and ability. Only by knowing people and assigning them to the right positions can one truly “know the subtle changes of things”.
Dalam masyarakat saat ini, orang-orang dengan kualifikasi akademis tinggi disebut “doktor” dan “profesor” sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu pengetahuan dan pembelajaran. Akan tetapi, jika gelar tersebut terlalu ditonjolkan, atau bahkan disanjung-sanjung, maka itu adalah bentuk kehilangan jati diri seorang susilawan. Demikian pula, meremehkan dan menindas orang-orang yang dianggap lebih rendah derajatnya juga merupakan tindakan yang sewenang-wenang. Seorang susilawan tidak boleh bersikap rendah hati atau sombong dan menghormati orang lain, tidak peduli dengan siapa ia berinteraksi. Mereka memahami bahwa nilai setiap orang tidak bergantung pada kualifikasi akademis atau status sosial, tetapi pada karakter moral dan kemampuan mereka. Hanya dengan mengenal orang lain dan menempatkan mereka pada posisi yang tepat, seseorang dapat benar-benar “mengetahui perubahan-perubahan kecil dalam berbagai hal”.
True humility is not inferiority, but self-confidence. People with high education or high positions should use their knowledge and abilities to help others, rather than being proud of it and oppressing and degrading others. True respect is not flattery, but sincerity. We should treat everyone equally, regardless of their status, and respect their personal value and dignity. Only when we learn to be humble can we truly win the respect of others and establish harmonious interpersonal relationships. Confucius’ teachings are worth learning from and learning. Be a true gentleman, maintain a noble demeanor in interpersonal communication, respect others, open the door to spiritual communication between people with sincerity and kindness, and make society better.
Kerendahan hati yang sejati bukanlah rendah diri, tetapi percaya diri. Orang-orang dengan pendidikan tinggi atau jabatan tinggi harus menggunakan pengetahuan dan kemampuan mereka untuk membantu orang lain, daripada menjadi sombong dan menindas serta merendahkan orang lain. Rasa hormat yang sejati bukanlah sanjungan, tetapi ketulusan. Kita harus memperlakukan semua orang secara setara, terlepas dari status mereka, dan menghormati nilai dan martabat pribadi mereka. Hanya ketika kita belajar untuk rendah hati, kita dapat benar-benar memenangkan rasa hormat orang lain dan membangun hubungan interpersonal yang harmonis. Ajaran Konfusius layak dipelajari dan dipelajari. Jadilah susilawan sejati, pertahankan sikap mulia dalam komunikasi interpersonal, hormati orang lain, buka pintu komunikasi spiritual antara orang-orang dengan ketulusan dan kebaikan, dan buat masyarakat menjadi lebih baik.
知人之道
“子日:知几其神乎。君子上交不谄,下交不渎,其知几乎?”语出《易经》。人际交往中的一条准则。孔子强调君子要文质彬彬、不亢不卑,在人际交往中不论贵贱,保持着既有礼又自尊的君子风度。君子结交地位高的人,不谄媚讨好;结交地位低的人,不轻慢卑视。
君子之所以能够做到上交不谄、下交不渎,是因为他们拥有高尚的道德修养和内心的格局。他们明白,真正的尊重不是来自于虚假的阿谀奉承,而是来自于真诚的平等相待。
在现实生活中,我们经常会看到一些人,他们喜欢用学位或职位来称呼他人,以此彰显自己的身份地位。这种行为看似是在尊重对方,实则是一种居高临下的傲慢表现。
同样,我们也可能会看到一些人,他们喜欢贬低和欺凌那些被认为低等的人,以此满足自己的虚荣心。这种行为不仅是一种对他人的不尊重,也是对自身人格的侮辱。
子曰:“知几其神乎?”意为知晓事物的微妙变化,可谓神乎其技。君子在与上级交往时不谄媚,与下级交往时不傲慢轻视,这难道不是一种知人之道吗?
在当今社会,对拥有高学历者以“博士”“教授”等学位相称,本是出于对知识和学问的尊重。然而,若过分强调学位,甚至以此阿谀奉承,则有失君子之道。同样,贬低和欺凌被认为低等的人,也是一种任意妄为的行为。
真正的君子,无论与何人交往,都能做到不卑不亢,尊重他人。他们明白,每个人的价值并不取决于学历或社会地位,而是取决于其品德和能力。只有做到知人善任,才能真正做到“知几其神乎”。
真正的谦逊,不是自卑,而是自信。拥有高学历或高职位的人,应该以自己的知识和能力去帮助他人,而不是以此为傲,对他人进行压迫和贬低。
真正的尊重,不是阿谀奉承,而是真诚相待。我们应该平等地对待每一个人,无论他们的身份地位如何,都应该尊重他们的个人价值和尊严。
只有当我们学会了谦逊,才能真正赢得他人的尊重,才能建立起和谐融洽的人际关系。 孔子的教导值得我们借鉴和学习,做一个真正的君子,在人际交往中保持高贵的风度,尊重他人,以真诚和友善来打开人与人之间的心灵沟通之门,让社会变得更加美好。
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).
Daftar Pustaka
Adegunawan, S. (2020). Kompilasi Kitab 易經 ( 易 ) – Yi Jing. Bandung. USA.