Hukum Newton 3 & Hukum Kamma

Home » Artikel » Hukum Newton 3 & Hukum Kamma

Dilihat

Dilihat : 89 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 11
  • 35
  • 30,977
Hukum Newton

Oleh: Ananda Karuna Jaya, S.T., GA

 

Jika dua benda berinteraksi, gaya Fhn yang dikerjakan oleh benda h (Palu) pada benda n (Paku) sama besarnya dan berlawanan arah dengan gaya Fnh yang dikerjakan oleh benda n pada benda h, maka;

Bunyi di atas merupakan Hukum Newton ke 3 tentang gaya aksi reaksi. Contoh lainnya sebagai berikut. Jika kita menekan ujung pulpen dengan ujung jari kita, ujung pulpen tersebut akan mendorong ke belakang dan membuat lekukan kecil atau seperti lembah kecil di ujung jari kita. Jika mendorong lebih keras, ujung pulpen akan melakukan hal yang sama dan lembah kecil tersebut menjadi sedikit lebih besar. Berikutnya, apakah kalian pernah bertanya-tanya bagaimana mobil atau motor bisa maju ke depan? Roda yang berputar ke belakang merupakan jawaban sederhana atas pertanyaan ini terlepas dari mekanika mesin. Roda yang berputar ke belakang memberikan dorongan terhadap jalan sehingga jalan tersebut memberikan gaya yang setara dan berlawanan dengan arah putar roda. Dengan kata lain, motor atau mobil bergerak maju.

Hukum ini menyatakan jika sebuah benda tertentu mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda lain tersebut akan mengerjakan gaya yang besarnya sama dengan benda tertentu tetapi arah gaya berlawanan. Terdapat bentuk lain dari persamaan di atas namun tetap mempertahankan kesamaan makna hukumnya, yaitu;

Jika diperhatikan dengan seksama, persamaan ini sangat familiar dengan salah satu ajaran Sang Buddha yaitu Hukum Kamma.

Sesuai dengan benih yang telah ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula

Samyutta Nikaya I: 227-

Pada umumnya, semua perbuatan menimbulkan akibat yang merupakan sebab lain yang menghasilkan akibat yang lain dan begitu seterusnya sehingga konsep ini sering disebut sebagai hukum sebab akibat. Dalam Anguttara Nikaya, III: 415 dijelaskan bahwa kehendak untuk berbuat (cetana) adalah kamma. Kamma dapat timbul dari jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano). Kamma yang berbuah atau matang disebut Vipaka. Berdasarkan kedudukannya, kamma digolongkan dalam 4 bagian;

  1. Akusala Kamma

Perbuatan jahat, yaitu cetana (kehendak) yang berada dalam Akusala citta 12.

  1. Kamavacarakusala Kamma

Perbuatan baik disertai nafsu indera, yaitu cetana (kehendak) yang berada dalam Mahakusala citta 8

  1. Rupavacarakusala Kamma

Perbuatan baik yang berkenaan dengan Rupa-Jhana yaitu cetana (kehendak) yang berada dalam Rupavacarakusala citta 5

  1. Arupavacarakusala Kamma

Perbuatan baik yang berkenaan dengan Arupa-Jhana yaitu cetana (kehendak) yang berada dalam Arupavacarakusala citta 4

Jika kita menelaah lebih dalam Hukum Newton 3 dan Hukum Kamma, kita mendapati bahwa terdapat keselarasan dalam hukum ini.

 

  1. Apa yang kita lakukan, akan kembali kepada kita

Tanda minus “-“ pada Hukum Newton 3 sarat akan makna. Tanda minus “-“ bukanlah perubahan nilai yang semula positif menjadi negatif atau sebaliknya, melainkan arah dari suatu nilai. Jika gaya yang diberikan ke kanan pasti ada gaya yang mengarah ke kiri. Seperti contoh di awal, jika kita menekan ujung pulpen dengan ujung jari kita, ujung pulpen tersebut akan mendorong ke belakang dan membuat lekukan kecil atau seperti lembah kecil di ujung jari kita. Hal ini membuktikan bahwa gaya yang kita berikan akan berbalik kepada kita. Hal ini selaras dengan konsep hukum kamma, apapun yang kita lakukan akan kembali ke kita. Dalam hubungannya dengan Hukum Newton 3, kamma bertindak sebagai aksi/perbuatan sedangkan vipaka sebagai reaksi/hasil atas perbuatan tersebut, artinya setiap perbuatan (kamma) akan menghasilkan hasil (vipaka). Kamma digolongkan berdasarkan sifat hasilnya, sebagai berikut;

  1. Garuka Kamma

Merupakan kamma berat yang mampu menimbulkan hasil dalam kehidupan kedua, yang kamma lain tidak mampu mencegahnya. Garuka kamma terbagi menjadi 2:

  • Akusala Garuka Kamma

Terbagi menjadi 2 yaitu perbuatan pandangan salah yang pasti dan 5 perbuatan durhaka, yaitu membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai Sang Buddha dan memecah belah Sangha.

  • Kusala Garuka Kamma

Yang disebut Kusala Garuka Kamma adalah hasil dari melaksanakan Samatha Bhavana sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau Jhana 8

  1. Asanna Kamma

Kusala kamma dan Akusala kamma yang dilakukan oleh seseorang, sebelum saat ajalnya, yang dapat dilakukan dengan lahir dan batin.

  1. Acinna Kamma

Bisa juga disebut kamma kebiasaan karena perbuatan baik atau buruk yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan.

  1. Katatta Kamma

Kamma yang tidak begitu berat dirasakan akibatnya (paling lemah) jika dibandingkan Garuka Kamma, Asanna Kamma, dan Acinna Kamma.

 

  1. Segala sesuatu terjadi/tercipta karena ada sebabnya

Pembahasan sebab terbentuknya alam semesta tidak ada habisnya, jangankan dari segi spiritual, dari ilmu pengetahuan saja banyak pendapat mengenai pembentukan alam semesta. Sebab yang paling umum dan diterima khalayak umum adalah teori Big Bang. Asal mula alam semesta merupakan 1 dari jutaan bahkan miliaran kejadian yang ada di bumi ini dan diri manusia sendiri. Apakah yang kita alami selama ini merupakan kebetulan? Atau sudah diatur oleh suatu entitas tertinggi? Hukum Newton 3 memberikan kita pandangan bahwa tidak ada yang namanya kebetulan, segala sesuatu pasti ada sebabnya. Hanya saja, pandangan kita sering menjadi kabur karena tidak memperhatikan atau melihat secara mendalam bahwa terdapat durasi (spontan, cepat atau lambat) untuk mematangkan suatu sebab menjadi akibat. Kelahiran kita juga merupakan hasil dari salah satu jenis kamma. Apa yang terjadi dalam hidup kita bisa kita analisa berdasarkan sifat kerja kamma, sebagai berikut;

  1. Janaka Kamma

Kamma yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali suatu makhluk.

  1. Upatthambhaka Kamma

Kamma yang mendorong terpeliharanya satu akibat dari sebab yang telah timbul.

  1. Upapilaka Kamma

Kamma yang menekan satu akibat dari suatu sebab.

  1. Upaghataka Kamma

Kamma yang memotong kekuatan akibat dari satu sebab yang telah terjadi.

 

  1. Mengubah pola pikir akan mengubah kehidupan

Dhammapada ayat 1 & 2 menunjukkan bahwa pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Baik buruknya pikiran seseorang akan tercermin pada ucapan serta tindak-tanduknya. Banyak motivator yang mengaitkan kesuksesan dan kebahagiaan seseorang dengan pola pikirnya. Hal ini tidak mengejutkan karena Buddhisme sudah mengenal ini bahkan menjadi ayat pertama dan kedua di Dhammapada.

Selaras dengan Buddhisme, Hukum Newton 3 secara tidak langsung memberikan kita kesempatan untuk mengembangkan persamaan di atas. Tindakan dan ucapan kita mencerminkan apa yang ada di pikiran kita. Dengan kata lain, pikiran akan sama dengan ucapan dan tindakan sehingga jika ingin mengubah hidup kita ke arah yang lebih baik, maka ubahlah pikiran ke arah yang lebih baik juga.

 

  1. Kita tidak bisa memikirkan 2 hal bersamaan

Dalam menganalisa suatu fenomena fisika, kita harus menyelesaikannya per bagian atau perorientasi atau pembagian dalam kondisi tertentu, sebagai contoh; pesawat terbang. Ketika pesawat dalam kondisi terbang, terdapat 4 gaya yang bekerja pada pesawat tersebut; gaya angkat, gaya gravitasi, gaya hambat dan gaya dorong. Sebagai studi kasus, pesawat yang sedang take off, berarti memiliki gaya dorong lebih besar dari gaya hambat dan gaya angkat lebih besar dari gaya gravitasi. Gaya dorong berorientasi horizontal dan gaya angkat berorientasi vertikal, sehingga untuk mendapat resultan gaya pesawat tersebut, kita perlu menghitung menggunakan persamaan cosinus dengan sudut take off pesawat. Dari studi kasus di atas, kita perlu memecah gaya tersebut bedasarkan sumbu kartesian, Sumbu X (horizontal) untuk gaya hambat dan dorong, sumbu Y (vertikal) untuk gaya angkat dan gravitasi. Setelah menganalisa setiap sumbu, barulah kita memasukkannya ke dalam rumus cosinus untuk mencari resultan gaya.

Proses kamma terjadi di javana baik dalam pancadvara vithi (proses kesadaran melalui 5 pintu indra) ataupun manodvara vithi (proses kesadaran melalui pintu indra pikiran). Proses kesadaran muncul dan tenggelam silih berganti tergantung dengan kondisi sekitar makhluk tersebut, sebagai contoh; pada saat makan, seseorang dapat merasakan citarasa makanannya, melihatnya, menciumnya, merasakan teksturnya dan juga mungkin sambil mendengarkan lagu. Kegiatan ini terasa terjadi pada 1 momen, padahal jika kita melihat lebih dalam lagi, momen ini terjadi dari beberapa momen; momen merasakan citarasa, melihat makanan, mencium, merasakan tekstur, dan mendengarkan lagu yang saling silih berganti atau bertukar tempat.

 

  1. Masa lalu, masa sekarang dan masa depan saling berhubungan

Reaksi dari suatu gaya merupakan hasil dari aksi yang telah dilakukan sebelumnya. Reaksi dari suatu aksi bisa terjadi secara spontan atau memerlukan waktu. Reaksi yang terjadi bisa jadi merupakan rangkaian siklus aksi reaksi yang telah terjadi dalam jumlah tertentu. Sebuah meteorit yang menghantam bumi merupakan titik awal dari ribuan siklus aksi reaksi. Meteorit yang menghantam bumi memberikan kubah dalam dan besar, kemudian membuat ledakan yang masif, ledakan tersebut memusnahkan ekosistem di sekitarnya dan seterusnya bahkan dalam sejarahnya dapat menyebabkan perubahan iklim dan kepunahan suatu spesies. Selaras dengan ini, terdapat satu klasifikasi konsep hukum kamma yang dilihat dari jangka waktu berbuahnya:

  1. Ditta Dhammavedaniya Kamma

Kamma yang memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini yang terdiri dari 2, hasil yang sudah masak dan hasil setelah lewat 7 hari.

  1. Uppajjavedana Kamma

Kamma yang memberikan hasil dalam kehidupan yang akan datang, yaitu dalam kehidupan ke dua sejak kehendak untuk berbuat muncul.

  1. Aparaparavedaniya Kamma

Kamma yang memberikan hasil dalam kehidupan berikutnya beturut-turut, yaitu dari kehidupan ke 3 dan seterusnya sejak kehendak untuk berbuat muncul.

  1. Ahosi Kamma

Kamma yang tidak menimbulkan akibat karena:

  • Jangka waktu untuk memberikan hasilnya telah habis
  • Kamma yang menghasilkan akibatnya telah habis
  • Kamma tersebut telah menghasilkan akibatnya secara penuh

 

  1. Bertanggung jawab atas tindakan

Karena setiap reaksi berasal dari sebuah aksi, maka apapun tindakan kita, sudah semestinya hasil dari tindakan tersebut menjadi tanggung jawab kita baik ataupun buruk. Ketika berkendara dengan kecepatan rendah dan kemudian kecelakaan, luka atau cedera yang dialami tidak akan sebesar saat kecepatan tinggi. Kecelakaan berkecepatan rendah bisa saja hanya lecet atau memar saja, namun sebaliknya bisa saja patah tulang atau bahkan meninggal dunia.

Hukum Newton 3 menunjukkan bahwa tanggung jawab merupakan hal yang lumrah di setiap tindakan. Dalam Abhinhapaccavekkhana Patha dan Brahmaviharapharana tertera jelas bahwa kita mewarisi perbuatan kita sendiri, lahir dari perbuatan sendiri, berkerabat dengan perbuatan sendiri, bergantung pada perbuatan sendiri, perbuatan apapun yang akan dilakukan baik atau pun buruk, perbuatan itulah yang akan diwarisi.

“… Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri, terwarisi oleh perbuatanku sendiri, lahir dari perbuatanku sendiri, berkerabat dengan perbuatanku sendiri, bergantung pada perbuatanku sendiri. Perbuatan apapun yang akan kulakukan, baik ataupun buruk, perbuatan itulah yang akan kuwarisi. Demikian hendaknya kerap kali kita renungkan.”

Abhinhapaccavekkhana Patha

Kamma bukanlah satu ajaran yang membuat manusia lekas putus asa dan juga bukan ajaran tentang adanya nasib yang sudah ditakdirkan. Memang segala sesuatu yang telah terjadi mampu mempengaruhi keadaan sekarang atau pada saat ini, akan tetapi tidak menentukan seluruhnya, karena kamma meliputi apa yang telah lampau dan keadaan pada saat ini, dan yang telah lampu bersama-sama dengan apa yang terjadi pada saat sekarang mempengaruhi pula hal-hal yang akan datang. Apa yang telah lampau sebenarnya merupakan dasar tempat hidup sekarang berlangsung dari satu saat ke saat lain, dan apa yang akan datang masih akan dijalankan. Oleh karena itu, saat sekarang, saat yang nyata dan berada dalam tangan kita sendiri yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya (Kaharuddin, 2018). Dengan mengertinya konsep hukum kamma, diharapkan bahwa kita lebih banyak mengintrospeksi dan mengevaluasi diri atas kejadian (baik atau buruk) yang terjadi kepada hidup kita. Hasilnya kita akan menjadi insan yang lebih sabar, pemaaf dan bisa melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.

 

  • REDAKSI MENYEDIAKAN RUANG SPONSOR (IKLAN) Rp 500.000,- PER 1 BULAN TAYANG. MARI BERIKLAN UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM
  • REDAKSI TURUT MEMBUKA BILA ADA PENULIS YANG BERKENAN BERKONTRIBUSI MENGIRIMKAN ARTIKEL BERTEMAKAN KEBIJAKSANAAN TIMUR (MINIMAL 800 KATA, SEMI ILMIAH)
  • SILAHKAN HUBUNGI: MAJA 089678975279 (Chief Editor)
  • BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Daftar Pustaka:

Bhikkhu Sikkhananda, Dasar-Dasar Abhidhama: Citta dan Cetasika

Halliday, Resnick and J. Walker, 2008, Fundamental of Physics 8th Edition, New York: John Wiley & Sons.

Kaharuddin P. J., 2018, Hidup dan Kehidupan, Jakarta: Parami Group.

Butuh bantuan?