Jalan Buddhis Menyikapi Cuan dan Ciong

Home » Artikel » Jalan Buddhis Menyikapi Cuan dan Ciong

Dilihat

Dilihat : 57 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 69
  • 115
  • 62,198
Pic 3 Jalan Buddhis

Oleh: Vijjavati Anindita

 

Dalam berupaya, manusia akan selalu dihadapkan dengan hasil sukses atau gagal. Tentu saja banyak yang menginginkan hal-hal baik dalam melakukan upayanya seperti kesuksesan, kebahagiaan, kekayaan, bahkan keterkenalan sepanjang hidup. Tidak hanya berupaya keras, upaya cerdas seperti membuat perencanaan dan prediksi situasi di masa depan pun dilakukan. Di dalam dunia spiritual, nasib manusia dapat diprediksi melalui shio dan setelah prediksi keluar, ritual khusus seperti tolak bala kadang dikerjakan.

Berbicara tentang cuan dan ciong menjelang pergantian tahun, beberapa tempat ibadah mulai membuka pendaftaran po un atau cisuak dengan menyertakan shio apa saja yang diprediksi mengalami ciong di tahun depan. Nominal pendaftarannya pun beragam mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Meskipun tidak ada salahnya melakukan persembahyangan po un di awal tahun dengan tujuan menolak bala, aspirasi menolak bala tersebut menjadi tidak lengkap jika tidak diiringi dengan pengertian tentang hukum sebab akibat.

Dewata pun dalam perspektif Buddhisme sebenarnya adalah makhluk yang masih terikat oleh hukum sebab akibat sehingga tidak bijaksana jika manusia hanya menggantungkan nasibnya pada ritual sembahyang, kekuatan para dewata, atau benda-benda seperti jimat. Menolak bala dan mendatangkan rejeki pada dasarnya adalah mengumpulkan kekayaan kebajikan yang nilainya tidak sama dengan kekayaan materi. Karena nilainya tidak sama, cara memperolehnya pun tidak sama.

Pada perayaan Kathina, sering dibacakan Nidhikandha sutta yang menegaskan bahwa kekayaan berupa kebajikan nilainya lebih tinggi daripada kekayaan materi. Pembacaan sutta tersebut menambah suasana khidmat penyerahan sangha dana dari umat selama bulan Kathina juga untuk memperkuat semangat umat dalam berdana. Namun, apakah pernah terlintas dalam pikiran kita apakah kekayaan kebajikan yang dimaksud dalam sutta tersebut?

Nidhikandha sutta menjelaskan bahwa kekayaan kebajikan tidak dapat dicuri dan tidak akan habis meskipun dibagikan dengan pihak lain. Namun, sutta tersebut tidak membahas dengan detail kekayaan kebajikan seperti apakah yang dimaksud. Untuk menjawabnya, kita perlu membaca Ittha sutta. Menurut sutta tersebut, dijelaskan ada 5 kekayaan yang diinginkan, disukai, tetapi jarang didapatkan di dunia. Saking jarangnya didapatkan, doa-doa pun tidak mampu mendatangkan kekayaan tersebut. Kekayaan tersebut adalah usia panjang, kecantikan, kebahagiaan, kemahsyuran, dan terlahir kembali di alam bahagia setelah meninggal.

Seperti yang dijelaskan, kelima kekayaan tersebut tidak dapat dicapai hanya melalui doa maupun berkontemplasi tentang kerinduan terhadap kebajikan tersebut. Ada jalan yang wajib dilakukan demi tercapainya kelima hal tersebut di dalam diri seseorang. Jika menginginkan usia panjang, seseorang harus menempuh jalan untuk mencapai usia panjang tersebut. Sama halnya jika seseorang menginginkan kebahagiaan, sudah pasti ia harus menempuh jalan untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Dengan kata lain, seseorang harus menempuh jalan menuju kebajikan tertentu jika menginginkan buah tertentu dari kebajikan yang dikerjakan. Namun, perlu diketahui bahwa 5 kekayaan tersebut tidak hanya diukur secara materi, tetapi juga surgawi.

Membaca Nidhikandha dan Ittha sutta, kekayaan materi dan kekayaan spiritual saling berhubungan. Dengan niat dan upaya yang benar, kekayaan materi yang dimanfaatkan untuk berbuat kebajikan akan membuahkan kekayaan sesuai dengan kebajikan yang dikerjakan. Dengan giat memupuk kekayaan kebajikan, seseorang memanfaatkan kekayaan materinya agar kekayaan kebajikannya bertambah lagi. Kesimpulannya, materi dan spiritual saling terkait sehingga cuan dan ciong pun tidak sepenuhnya ditentukan oleh kelahiran, tetapi juga oleh daya upaya.

Dengan memiliki mindset yang didasari oleh pengertian akan hukum sebab akibat, cuan dan ciong itu sebenarnya tidak ada karena yang ada hanyalah buah dari perbuatan di masa lalu. Bahkan bagi seseorang yang bijaksana, rintangan hidup adalah tumpukan rejeki berbentuk ujian kesabaran yang pada akhirnya akan menuntun pada berkembangnya sifat-sifat bajik di dalam diri.

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Referensi
Samaggi Phala. (n.d.). Nidhikhanda Sutta. https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/nidhikhanda-sutta-2/
DhammaCitta. (n.d.). AN 5.43: Iṭṭha Sutta. https://dhammacitta.org/teks/an/an5/an5.43-id-bodhi.html
Foto: https://tugumalang.id/imlek-di-klenteng-dewi-kwan-im-gunung-kawi-sepi-pengunjung/. Diakses 27 Des 24.

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?