Kata-kata dan Tindakan Masa Lalu – Previous Words and Past Actions

Home » Artikel » Kata-kata dan Tindakan Masa Lalu – Previous Words and Past Actions

Dilihat

Dilihat : 9 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 43
  • 46
  • 40,189
Pic 7 Kata-kata

Oleh: Xie Zheng Ming 谢峥明

 

Dalam “Kitab Perubahan•Daxu”,《周易·大畜》ada pepatah terkenal: “Seorang pria sejati harus lebih banyak mengetahui kata-kata dan tindakan masa lalu serta mengembangkan kebajikannya.” “君子以多识前言往行,以畜其德。”  Kalimat ini secara mendalam menafsirkan sebuah kebenaran: seseorang yang memiliki kultivasi dan moralitas harus menghormati kata-kata dan tindakan orang bijak kuno, terus-menerus meningkatkan kultivasi moralnya melalui pembelajaran sejarah, dan menempa karakter mulia di dalam dirinya.

In “The Book of Changes·Daxu” 《周易·大畜》, there is a famous saying: “A gentleman should know more about the words and deeds of the past and cultivate his virtue.”君子以多识前言往行,以畜其德。”  This sentence profoundly interprets a truth: a person with cultivation and morality should respect the words and deeds of ancient sages, constantly improve his moral cultivation through learning history, and forge an inner noble character.

Empat kata “kata-kata terdahulu dan tindakan lampau” merupakan perwujudan kebijaksanaan hidup yang telah lama ditelusuri dan dirangkum oleh para orang bijak zaman dahulu. Pada zaman dahulu, perkataan dan perbuatan orang bijak dianggap sebagai panutan oleh generasi selanjutnya karena perilaku mereka sejalan dengan moralitas dan perkataan mereka penuh dengan kebijaksanaan. Dari Konfusius hingga Mencius, dari Sun Tzu hingga Lao Tzu, pikiran dan perilaku mereka selalu menginspirasi generasi selanjutnya untuk terus maju di sepanjang jalan orang bijak.

The four words “previous words and past actions” embody the life wisdom that the ancient wise men have explored and summarized for a long time. In ancient times, the words and deeds of sages were regarded as role models by later generations because their behavior was in line with morality and their words were full of wisdom. From Confucius to Mencius, from Sun Tzu to Lao Tzu, their thoughts and behaviors have always inspired later generations to move forward along the path of sages.

Ungkapan-ungkapan Tiongkok mencakup banyak ungkapan tentang orang suci dan perkataan serta perbuatan orang bijak, seperti “terpelajar dan kaya”, “tidak mementingkan diri sendiri”, “menanggung kehinaan dan menanggung beban berat”, dsb. Kebijaksanaan dan kebenaran yang terkandung dalam ungkapan-ungkapan ini layak untuk kita renungkan, pelajari, dan praktikkan secara mendalam. Hanya dengan mengamati perkataan dan perbuatan para pendahulu, kita dapat memahami kebijaksanaan para pendahulu, dan melalui praktik, kita dapat mengintegrasikan kebijaksanaan ini ke dalam diri kita dan memelihara moralitas kita.

Chinese idioms include many idioms about saints and the words and deeds of sages, such as “learned and rich”, “selfless”, “bearing humiliation and bearing heavy burdens”, etc. The wisdom and truth contained in these idioms are worthy of our deep thinking, learning and practice.  Only by observing the words and deeds of the predecessors can we understand the wisdom of the predecessors, and through practice, we can integrate these wisdom into ourselves and nourish our morality.

Jika seseorang hanya mementingkan kepentingannya sendiri, bertindak gegabah, dan tidak menghormati kebijaksanaan dan ajaran para pendahulu, maka dia tidak akan pernah menjadi seorang pria sejati. Seorang pria sejati harus memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan yang mendalam, dan bahkan lebih mulia dalam karakter dan moralitas. Hanya melalui “kata-kata dan perbuatan sebelumnya” kita dapat mencapai perbaikan diri, terus-menerus memperbaiki diri di jalan kehidupan, dan menjadi orang yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan orang lain.

If a person only cares about his own interests, acts recklessly, and does not respect the wisdom and teachings of the predecessors, then he will never be a true gentleman. A gentleman must have profound knowledge and wisdom, and even more noble character and morality. Only through “previous words and deeds” can we achieve self-improvement, constantly improve on the road of life, and become a person who is truly beneficial to society and others.

Meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi modern berkembang pesat dan informasi berubah dengan cepat di masyarakat saat ini, kita masih perlu mendengarkan kearifan para orang bijak di masa lalu. Dengan mempelajari secara mendalam karya klasik dan memperoleh kearifan para pendahulu, kita dapat membangun pandangan hidup dan nilai yang benar, serta menjaga pikiran yang jernih dan karakter yang mulia dalam masyarakat yang kompleks.

Although modern science and technology are developing rapidly and information is changing rapidly in today’s society, we still need to listen to the wisdom of the sages of the past. By deeply studying the classics and obtaining the wisdom of the predecessors, we can establish a correct outlook on life and values, and keep a clear mind and noble character in a complex society.

“Perkataan dan perbuatan terdahulu” merupakan mata kuliah wajib bagi setiap orang. Baik di tempat kerja maupun di kampus, baik pimpinan maupun bawahan, hendaknya kita mengingat perkataan dan perbuatan para orang bijak terdahulu. Hanya dengan memahami, menyadari, dan mengamalkan kebijaksanaan para pendahulu, kita dapat menjaga niat awal kita dalam masyarakat yang kompleks dan menjadi seorang pria yang bermoral dan bertanggung jawab.

“Previous words and deeds” is a compulsory course for everyone. Whether in the workplace or on campus, whether leaders or subordinates, we should remember the words and deeds of the old sages.  Only by understanding, realizing and practicing the wisdom of the predecessors can we keep our original intention in a complex society and become a gentleman with moral character and responsibility.

Marilah kita, di bawah bimbingan kata-kata dan perbuatan para pendahulu, terus-menerus meningkatkan pembinaan moral kita, membina moralitas, menjadi pria sejati, dan memancarkan cahaya kita sendiri di jalan yang akan datang. Semoga kita mewarisi kebijaksanaan para pendahulu dan terus menulis kehidupan yang lebih baik. Hanya dengan memahami kebijaksanaan kata-kata dan perbuatan para pendahulu kita dapat membina tubuh kita dengan kebajikan dan mencapai kehidupan yang lebih baik.

Let us, under the guidance of the words and deeds of the predecessors, constantly improve our moral cultivation, cultivate morality, become a true gentleman, and shine our own light on the road ahead. May we inherit the wisdom of the predecessors and continue to write a better life. Only by discerning the wisdom of the words and deeds of the ancients can we cultivate our bodies with virtue and achieve a more outstanding life.

Ada sebuah cerita: Dahulu kala, di timur jauh, ada seorang anak laki-laki bernama Wang Ming. Wang Ming cerdas dan suka membaca serta belajar sejak ia masih kecil. Ia sering membaca buku-buku kuno dan mempelajari kata-kata serta perbuatan orang bijak. Ayah Wang Ming adalah seorang sarjana yang disegani yang sering mengajarkan Wang Ming: “Membaca itu penting, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui bagaimana mengubah pengetahuan menjadi kebajikan.” Wang Ming mengingat ajaran ayahnya, dan saat belajar, ia selalu memperhatikan kata-kata dan perbuatan ayahnya. Ia menghormati orang yang lebih tua, bersedia membantu orang lain, dan sangat dicintai oleh semua orang di desa.

There is a story: Once upon a time, in the far east, there was a boy named Wang Ming. Wang Ming was smart and liked to read and study since he was a child. He often read ancient books and learned the words and deeds of sages. Wang Ming’s father was a respected scholar who often taught Wang Ming: “Reading is important, but it is more important to know how to transform knowledge into virtue.” Wang Ming kept his father’s teachings in mind, and while studying, he always paid attention to his words and deeds. He respected his elders, was willing to help others, and was deeply loved by everyone in the village.

Suatu hari, ketika Wang Ming sedang berjalan di jalan, ia melihat seorang pengemis yang berpakaian compang-camping dan lapar. Wang Ming merasa kasihan dan segera mengambil beberapa makanan dan uang dari rumah dan memberikannya kepada pengemis itu. Pengemis itu berkata dengan penuh rasa terima kasih: “Terima kasih atas bantuanmu, anak muda. Kamu baik hati dan pasti akan mendapat balasan.” Wang Ming tersenyum dan berkata: “Itu hanya sedikit usaha, tidak perlu berterima kasih.” Setelah itu, Wang Ming pergi.

One day, when Wang Ming was walking on the street, he saw a beggar who was in tattered clothes and hungry. Wang Ming felt pity and quickly took some food and money from home and gave it to the beggar. The beggar said gratefully: “Thank you for your help, young man. You are kind-hearted and will definitely be rewarded.” Wang Ming smiled and said: “It’s just a little effort, no thanks.” After that, Wang Ming left.

Suatu hari, ketika Wang Ming sedang bermain di tepi sungai, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang jatuh ke dalam air. Ia pun bergegas ke sungai dan melihat seorang anak terjatuh ke dalam sungai. Keadaannya kritis, dan Wang Ming tidak sempat berpikir panjang, jadi ia melompat ke dalam air dan menyelamatkan anak itu. Ketika orang tua anak itu datang, mereka sangat berterima kasih kepada Wang Ming. Mereka bertanya kepada Wang Ming siapa namanya dan di mana ia tinggal. Setelah Wang Ming memberi tahu mereka, ia pun bergegas pergi. Kebaikan Wang Ming pun menyebar di desa, dan orang-orang memujinya sebagai remaja yang penyayang dan bertanggung jawab. Wang Ming tumbuh besar, berpengetahuan luas, dan berbudi luhur. Ia menjadi ulama yang disegani dan membuka sekolah di daerah setempat untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan mendidik orang lain.

Another day, when Wang Ming was playing by the river, he suddenly heard the sound of someone falling into the water. He hurried to the river and saw a child falling into the river. The situation was critical, and Wang Ming didn’t have time to think about it, so he jumped into the water and rescued the child. When the child’s parents came, they were very grateful to Wang Ming. They asked Wang Ming what his name was and where he lived. After Wang Ming told them, he hurried away. Wang Ming’s good deeds spread in the village, and people praised him as a loving and responsible teenager. Wang Ming grew up, knowledgeable, and virtuous.  He became a respected scholar and opened a school in the local area to spread knowledge and educate others.

“Seorang pria sejati harus mempelajari banyak kata dan perbuatan masa lalu untuk mengembangkan kebajikannya” berasal dari heksagram Daxu dari Kitab Perubahan, yang berarti bahwa seorang pria sejati harus mengumpulkan pengembangan moralnya dengan mempelajari kata dan perbuatan orang-orang kuno. Kisah Wang Ming menggambarkan dengan baik kebenaran kalimat ini. Wang Ming mempelajari karakter orang bijak dengan mempelajari buku-buku kuno, mempraktikkannya, dan akhirnya menjadi seorang sarjana yang disegani.

“A gentleman should learn many words and deeds of the past to cultivate his virtue” comes from the Daxu hexagram of the Book of Changes, which means that a gentleman should accumulate his moral cultivation by learning the words and deeds of the ancients. Wang Ming’s story well illustrates the truth of this sentence. Wang Ming learned the character of sages by studying ancient books, put them into practice, and finally became a respected scholar.

 

前言往行

 

在《周易·大畜》中,有一句名言:“君子以多识前言往行,以畜其德。”这句话深刻地诠释了一个道理:一个有修养、有品德的人,应该尊重古代圣贤的言行,通过学习历史,不断提升自己的道德修养,铸就内在的高尚品格。

 

“前言往行”这四个字凝聚了古代智者们长期探索、总结的人生智慧。在古代,圣贤们的言行被后人奉为楷模,因为他们的行为合乎道义,他们的言辞充满智慧。从孔子到孟子,从孙子到老子,他们的思想和行为一直激励着后人沿着圣贤之路前行。

 

汉语成语中涵盖了许多关于圣人和圣贤言行的成语,比如“学富五车”、“大公无私”、“忍辱负重”等等,这些成语所蕴含的智慧和真理,值得我们深思、学习、践行。唯有通过多观察前文言行,才能领会前贤之智慧,通过实践,才能将这些智慧融入自己,使之滋养我们的品德。

 

若一个人只顾眼前私利,肆意妄为,不尊重前贤的智慧和教诲,那么他将永远无法成为一个真正的君子。君子要有渊博的知识和智慧,更需要高尚的品德和道德。唯有通过“前言往行”,才能达到自我完善,才能在人生之路上不断提升,成为一个真正对社会、对他人有益的人。

 

尽管当今社会现代科技发展飞速,信息瞬息万变,但我们依然需要倾听前代圣贤的智慧。通过深入学习经典,获取前人之智慧,我们能够确立正确的人生观、价值观,才能在纷繁复杂的社会中保持清醒头脑和高尚品性。

 

“前言往行”对每个人而言都是一门必修课。无论身处职场或校园,无论是领导还是下属,都应牢记旧时圣贤的言行。唯有通过更多了解、体悟、实践前贤智慧,我们才能在复杂的社会中守住初心,成为一个有品德、有担当的君子。

 

让我们在前贤的言行指引下,不断提升自己的道德修养,培养品德,成为一个真正的君子,在前进的道路上闪耀出自己的光芒。愿我们继承前贤之智慧,续写美好人生。只有通过明智辨明古人言行之智慧,才能以德畜身,实现更加卓越的人生。

 

有一个故事: 从前,在遥远的东方,有一个名叫王明的少年。王明从小就聪明伶俐,喜欢读书学习。他经常阅读古书,学习圣贤的言行。

 

王明的父亲是一位德高望重的学者,他经常教导王明:“读书固然重要,但更重要的是要懂得如何将知识转化为德行。”

 

王明牢记父亲的教诲,在学习的同时,也时刻注意自己的言行。他尊敬长辈,乐于助人,在村里深受大家的喜爱。

 

有一天,王明在街上行走时,看到一个乞丐衣衫褴褛,饥饿难耐。王明心生怜悯,连忙从家中拿了一些食物和钱,送给乞丐。

 

乞丐感激地说:“谢谢你的帮助,小伙子。你心地善良,一定会得到好报的。”

 

王明笑了笑,说:“这只是举手之劳而已,不用谢。”

 

说完,王明便离开了。

 

又有一天,王明在河边玩耍时,突然听到有人落水的声音。他连忙跑到河边,只见一个孩子掉进了河里。情况危急,王明来不及多想,便跳下水,将孩子救了上来。

 

孩子的父母赶来后,对王明感激不尽。他们问王明叫什么名字,住在哪里。王明告诉他们后,便匆匆离开了。

 

王明的善行在村里传开了,人们都称赞他是一位有爱心、有责任感的少年。

 

王明年岁渐长,学识渊博,德行高尚。他成为了一位受人尊敬的学者,并在当地开办了学堂,传播知识,教化他人。

 

“君子以多识前言往行,以畜其德”出自《易经》的大畜卦,意思是君子应该通过学习古人的言行举止来积累自己的道德修养。

 

王明的故事就很好地诠释了这句话的道理。王明通过学习古书,了解了圣贤的品格,并将其付诸实践,最终成为了一位德高望重的学者。

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Daftar Pustaka

Adegunawan, Suyena. 2020. Kompilasi (易經) – Yi Jing KITAB PERUBAHAN The Book of Changes. Bandung. USA.

 

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?