Author: Stefani Shan 彭珊珊 (beauty in chinese heritage)
Dalam khazanah kebijaksanaan Timur, tokoh mitologis seperti Nuwa tidak hanya dipandang sebagai legenda, tetapi juga sebagai sumber inspirasi yang mengandung nilai-nilai universal. Nuwa, sang dewi pencipta dalam mitologi Tiongkok, dikenal karena perannya memperbaiki langit yang runtuh (nǚwābǔtiān女娲补天) dan menciptakan manusia dari tanah liat (nǚwāzàorén女娲造人). Seperti yang dijelaskan oleh ahli mitologi Tiongkok, Anne Birrell, “Nuwa merepresentasikan kekuatan kreatif sekaligus pemulihan—sebuah simbol keilahian feminin yang mengajarkan manusia tentang tanggung jawab terhadap dunia” (Birrell, Chinese Mythology: An Introduction, 1993).
Nuwa sebagai Simbol Kreativitas dan Inovasi
Ketika langit runtuh dan dunia dilanda bencana, Nuwa tidak menyerah. Dia melebur batu-batu berwarna untuk menambal langit, menyelamatkan bumi dari kehancuran. Kisah ini mengingatkan kita bahwa tantangan memerlukan solusi inovatif. Sejarawan Joseph Needham dalam “Science and Civilisation in China” (1956) mencatat bahwa “mitos Nuwa mencerminkan tradisi Tiongkok kuno dalam memadukan imajinasi dengan pemecahan masalah praktis—sebuah pendekatan yang masih relevan dalam sains modern.”
Di era disrupsi teknologi, kemampuan beradaptasi adalah kunci. Pepatah Tiongkok kuno, “Jika ingin memanaskan dunia, mulailah dengan menyalakan satu batang kayu”, sejalan dengan semangat Nuwa—setiap perubahan besar bermula dari langkah kecil yang kreatif.
Keseimbangan dan Harmoni dalam Tindakan Nuwa
Nuwa tidak hanya menciptakan, tetapi juga memulihkan keseimbangan alam. Konsep Yin-Yang dalam Taoisme menekankan harmoni, yang juga tercermin dalam tindakannya. Menurut filsuf Lao Zi dalam Dao De Jing, “Manusia mengikuti bumi, bumi mengikuti langit, langit mengikuti Dao, dan Dao mengikuti alam.”
Dunia modern seringkali terjebak dalam ketidakseimbangan, seperti eksploitasi alam tanpa batas. Krisis iklim saat ini membuktikan perlunya kembali pada prinsip Nuwa. Seperti dikatakan oleh ilmuwan lingkungan Vandana Shiva, “Kita harus belajar dari kebijaksanaan kuno yang melihat manusia sebagai bagian dari alam, bukan penguasanya” (Shiva, Earth Democracy, 2005).
Ketangguhan dan Kepemimpinan Perempuan
Nuwa adalah simbol ketangguhan dan kepemimpinan perempuan. Dalam Book of Mountains and Seas (Shan Hai Jing), disebutkan bahwa “Nuwa memperbaiki langit dengan tangan sendiri, menunjukkan kekuatan tanpa kekerasan.”
Pepatah Tiongkok kuno, “Perempuan memegang setengah langit”, menggambarkan betapa vitalnya peran perempuan. Sejarawan Patricia Ebrey dalam, “The Cambridge Illustrated History of China”, (1996) menulis, “Figur seperti Nuwa menginspirasi tradisi Tiongkok untuk menghargai kontribusi perempuan dalam membentuk peradaban.”
Pelajaran tentang Kolaborasi dan Tanggung Jawab Sosial
Nuwa bekerja sama dengan makhluk lain dalam memperbaiki langit, mencerminkan nilai kolaborasi. Konfusius pernah berkata, “Jika ingin berjalan cepat, berjalanlah sendiri. Jika ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama”.
Tanggung jawab sosial juga tercermin dalam tindakan Nuwa. Seperti dikemukakan oleh sosiolog Robert Bellah, “Masyarakat tradisional sering menggunakan mitos untuk mengajarkan nilai gotong royong—pelajaran yang masih dibutuhkan di era individualistik ini” (Bellah, Habits of the Heart, 1985).
Kesimpulan: Kebijaksanaan Nuwa untuk Zaman Now
Kisah Nuwa bukan sekadar dongeng, melainkan panduan hidup. Seperti dikatakan oleh cendekiawan Tiongkok modern Yu Dan, “Kebijaksanaan kuno adalah cermin bagi manusia modern—kita hanya perlu membuka mata dan belajar.” (Confucius from the Heart, 2009).
Dengan merangkul semangat Nuwa—kreativitas, keseimbangan, ketangguhan, dan kolaborasi—kita dapat membangun dunia yang lebih harmonis.
—
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).
Daftar Referensi:
- Birrell, A. (1993). Chinese Mythology: An Introduction.
- Needham, J. (1956). Science and Civilisation in China.
- Laozi. Dao De Jing.
- Shiva, V. (2005). Earth Democracy.
- Ebrey, P. (1996). The Cambridge Illustrated History of China.
- Bellah, R. (1985). Habits of the Heart.
- Yu Dan. (2009). Confucius from the Heart.
- Gambar http://www.3233.cn/n/9kyu-93364.html.