Kembali Ke Masa Tanpa Gadget, Ditemani Kehangatan Wedang Onde Saat Festival Dong Zhi/Tang Ce 冬至

Home » Artikel » Kembali Ke Masa Tanpa Gadget, Ditemani Kehangatan Wedang Onde Saat Festival Dong Zhi/Tang Ce 冬至

Dilihat

Dilihat : 27 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 3
  • 29
  • 31,189
wedang onde

Oleh: Majaputera Karniawan, S.Pd

 

Pada umumnya, setiap tanggal 22 Desember (terkadang 21 Desember) masyarakat Tionghoa merayakan festival puncak musim dingin, yang biasa dikenal dengan perayaan Dong Zhi/Tang Ce/Tang Cue 冬至.  Biasanya saat perayaan ini, orang-orang Tionghoa membuat 湯圓 Tang Yuan atau Onde-onde (dari tepung ketan dengan atau tanpa isi di dalamnya yang disajikan dengan kuah) untuk sembahyang kepada leluhur serta dimakan bersama-sama.

Orang-orang Tionghoa menganggap setelah makan onde-onde, berarti telah terhitung melewati 1 tahun, dan setiap orang telah bertambah umurnya 1 tahun (Kebajikan, 2011). Biasanya, onde-onde yang dimakan pertama kali menyesuaikan usia, apabila umur anda 25 tahun berdasarkan penanggalan imlek, maka makanlah 25 butir + 1 Onde, sehingga anda dianggap telah bertambah usia menjadi 26 tahun.

Setelahnya kalau masih mau nambah silahkan saja, asal habiskan dulu yang pertama. Masalahnya kasihan orang-orang tua yang berusia lanjut, seandainya kakek kakek atau nenek nenek yang telah berusia 90 tahun harus menelan 90 butir + 1 butir Onde.

Jujur saja dahulu masa saya kecil saya pun mengerjai nenek saya yang usia 56 tahunan dengan membuat bulatan gulungan ondenya lebih besar ukurannya, sehingga nenek saya sampai kenyang tidak makan nasi lagi sampai siang karena harus mengkonsumsi 57 butir onde-onde. Tahun depan sayapun kena protes agar bikin gulungan ondenya dalam bulatan-bulatan kecil saja.

Namun ada yang lebih penting, bukan sekedar seberapa banyak orang memakan onde-onde nya saja, tetapi esensi dari perayaan ini. Pada zaman kuno, orang-orang Tiongkok merayakan Festival Tang Ce dengan mengunjungi kerabat dan teman-teman, dalam banyak cara yang sama seperti orang Cina Tahun Baru Imlek, ada pesta adat, dan bisnis tutup sementara untuk hari ini.

Bola-bola ketan (Onde-onde /湯圓 Tang Yuan) yang dikonsumsi pada festival ini selain simbol tambah usia juga sebagai simbol persatuan dan keharmonisan keluarga pada hari ini. Tiap keluarga punya tradisi berbeda menyambut festival Tang Ce ini. Kalau di keluarga saya, biasanya adonan onde yang akan dimasak akan disembahyangi terlebih dahulu dengan membakar hio (Thiam Hio) kepada Dewa Dapur (YM. Kongco Su Beng Cauw Kun司命灶君), agar selain ondenya berhasil dimasak, juga menjadi satu bentuk pengharapan agar sekeluarga bebas dari masalah.

Dewa dapur diyakini masyarakat tionghoa sebagai pelindung bagi sebuah keluarga dari wabah penyakit, sekaligus perwakilan birokrat langit yang melaporkan segala perilaku baik dan buruk dalam keluarga kepada Kaisar langit (YM. Kongco Giok Hong Siang Tee 玉皇上帝). Ada juga keluarga yang memiliki tradisi memutar nampan yang berisi onde searah jarum jam sambil berkata kata seperti berpantun dengan kata kata pengharapan seperti berikut (Adhitthana, 2009):

圆 哑 圆 , 一 家 年 年 都 团 年
yuán yǎ yuán , yī jiā nián nián dōu tuán nián
yang artinya : Setiap tahun keluarga selalu berkumpul, sehingga hubungan keluarga menjadi selalu harmonis.

Pada festival onde ini, keluarga akan berkumpul dalam suasana bahagia yang cair, kembali ke masa-masa masyarakat tradisional, dengan nilai-nilai kesederhanaan. Masyarakat zaman dahulu dengan solidaritas lebih guyub dan bersatu ketimbang masyarakat masa kini yang sibuk dengan Gadgetnya masing-masing.

Solidaritas dimaknai sebagai rasa kebersamaan dan kesatuan yang saling memiliki. Nah, rasa solidaritas inilah yang mulai hilang, terkadang duduk dalam satu meja saja masih tidak saling berinteraksi, padahal interaksi dan komunikasi penting dalam menjaga satu kerukunan dalam keluarga.

Ketika terjadi Phubbing (Sikap mengabaikan orang yang berinteraksi dengan kita karena perhatian kita sibuk dengan gadget masing-masing, Kuaranita, 2020) setidaknya kualitas komunikasi kita menurun seiring dengan kurangnya interaksi, lebih parahnya lagi orang yang menjadi korbannya akan merasa terisolir, tidak dihargai kehadirannya, ataupun merasa ditolak. Ini bisa menjadi akar dari masalah perpecahan keluarga.

Meminjam pemikiran Sang Buddha Gotama, beliau mengajarkan 6 Prinsip kerukunan (Saraniyadhamma, Anguttara Nikaya.6.11) yakni: (1-3) Mempertahankan tindakan cinta kasih lewat perbuatan, ucapan, dan pikiran; (4) Berbagi; (5) Memiliki moralitas yang baik; dan (6) Berpandangan sama.  Setidaknya 6 prinsip ini bisa kita terapkan di momen Tang Ce ini, lewat berbagi wedang onde, sama-sama menikmati nikmatnya onde dalam satu pembicaraan hangat, hanya ada onde-onde dan lawan bicara kita, tanpa gadget.

Ini merupakan momen yang pas bagi kita membangun kembali komunikasi dan interaksi antara sesama keluarga dekat yang telah hilang akibat dijajah gadget. Kalau tidak sekarang, apa mau sampai ribut berlarut-larut? Ingatlah hal-hal seperti perselisihan antar keluarga adalah tidak layak, hanya bisa membawa kehancuran. (Jātaka Aṭṭhakathā 33).

Keluarga sebagai microcosmos sebuah Negara memiliki peran penting dalam pembangunan negeri, maka menjaga keharmonisan antar anggota keluarga menjadi bekal awal terciptanya Negara yang damai. Konfusius berkata bahwa dalam kitab Sanjak tertulis keselarasan hidup bersama anak dan istri laksana alat musik yang ditabuh harmonis, sedangkan kerukunan diantara kakak adik membangun damai dan bahagia, inilah yang harus dihadirkan dalam rumah tangga (Tiong Yong XIV: 2).

Konfusius berpemikiran bahwa jika dalam setiap keluarga bersikap saling mengasihi dan saling bertenggang rasa (mengalah) niscaya seluruh negeri dalam keadaan penuh cinta kasih dan rasa saling mengalah menjadi budaya dalam masyarakat negeri tersebut, ia memandang setiap satu orang (pribadi) sebagai agen perubahan yang dapat berperan menentramkan negeri dengan berprilaku mengasihi dan mengalah kepada keluarganya sendiri (Thai Hak IX: 3).

Sekarang sebagian orang lebih senang eksis di media sosial, membangun figurnya sendiri di dunia maya, kenapa kita tidak mencoba membangun kembali figur yang mulai memudar dalam keluarga sendiri? Mungkin saja, semangkuk onde yang dipersembahkan dengan penuh kasih kepada orang tua atau keluarga bisa lebih bermakna daripada ribuan postingan di medsos.

Dikatakan bahwa makanan yang terbaik adalah makanan yang diberikan dengan rasa kasih (cinta), makanan yang diberikan tanpa kasih, meskipun terdapat empat jenis rasa di dalamnya, tidak akan bisa menandingi makanan berupa hanya nasi putih yang diberikan dengan rasa kasih (Jātaka Aṭṭhakathā 346), apalagi semangkuk onde yang diberikan dengan kasih kepada orang terdekat, bukan?

 

Daftar Pustaka

Adhitthana. 2009. Dong Zhi festival (Perayaan makan Onde). Dalam forum diskusi Dhammacitta. https://forum.dhammacitta.org/index.php?topic=14269.0&fbclid=IwAR2dl5VsHSK39zISzGjAq5SHtUP1reYh_iLRNCX6gqgU_LpzrY1B7J778es. Diakses Desember 2021.

Anggara, Indra. 2016. Paṭhamasāraṇīyasutta. https://suttacentral.net/an6.11/id/anggara. Diakses Desember 2021.

https://www.freepik.com/free-vector/hand-drawn-flat-dongzhi-festival-horizontal-banner-template_20549391.htm. Diakses Desember 2021

https://merriam-webster.com/assets/mw/images/article/art-wap-article-main/phubbing-1859-266f1cd4767555addebe00a038e9de00@1x.jpg. Diakses Desember 2021.

Karniawan, Majaputera. 2020. Kumpulan Petikan Dhamma (Dhammaquote) Seri Jataka Atthakatha. Jakarta. Yayasan Yasodhara Puteri.

Kebajikan ( De 德 ). 2011. Perayaan Dong Zhi ( 冬至 / Tang Ce). http://kebajikandalamkehidupan.blogspot.com/2011/12/perayaan-dong-zhi-tang-ce.html. Diakses Desember 2021.

Kuaranita, Fellycia Novka. 2020. Apa Itu ‘Phubbing’ dan Apa Dampaknya Dalam Keseharian?. https://klasika.kompas.id/baca/apa-itu-phubbing/. Diakses Desember 2021.

MATAKIN. 2010. Su Si (Kitab Yang Empat). Jakarta. Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN).

Butuh bantuan?