Oleh: Majaputera Karniawan, M.Pd.
Subjektivitas adalah penafsiran yang didasarkan pada pendapat, pemahaman, atau perasaaan pribadi, bukan pada fakta yang faktual; sedangkan kesesatan berpikir (Logical Fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir. Kekeliruan ini bisa saja disebabkan karena berbagai sebab, bisa saja karena kesalahpahaman bahasa, kesalahan relevansi, kesalahan referensi, maupun ketidakmampuan berpikir secara konstruktivis.
Dalam MN95 Canki Sutta, Buddha menjelaskan bahwa logical fallacy bisa saja terjadi ketika seseorang meyakini sebuah kebenaran berdasarkan subjektivitas. Dalam sutta tersebut Buddha menyatakan bahwa ada orang-orang yang meyakini dan menerima suatu hal sebagai kebenaran hanya karena keyakinan, disetujui bersama, disampaikan dengan baik, dinalar dan direnungkan dengan baik, namun bisa saja hal itu salah atau tidak benar. Sebaliknya ada juga praduga tertentu yang menyatakan suatu hal sebagai salah hanya karena tidak diterima, tidak disetujui bersama, tidak disampaikan secara baik, tidak dinalar dan direnungkan dengan baik, namun bisa saja hal tersebut benar dan faktual adanya. Setidaknya di masa modern kita mengenal 24 bentuk kesesatan berpikir, diantaranya:
24 Bentuk Kesesatan Berpikir (Logical Fallacy) |
|||
No |
Nama |
Penjelasan |
Contoh |
1 |
Ad Hominem |
Membantah argumen dengan kepribadian/fisik penampilan lawan bicara |
Kamu itu masih anak ingusan, jangan ngajarin aku yang lulusan S1 |
2 |
Overgeneralization |
Menggeneralisasi secara berlebihan |
Semua cowo itu brengsek! |
3 |
Strawman |
Mispersepsi dalam memahami pendapat pihak lain |
Mr. A: Mengkonsumsi daging merah meningkatkan kadar Kolesterol dan Trigliserida dalam darah. Mr B: Si Mr.A pendukung vegan garis keras tuh. Statementnya menunjukkan keburukan makan daging. |
4 |
Post Hoc |
Berlebihan dalam mempercayai satu hal/takhayul |
Percaya kalau mimpi gigi copot maka ada orang meninggal |
5 |
Circular Reasoning |
Hanya memberi jawaban berputar-putar |
Mr.A: Kenapa sih ambulans boleh menerobos lampu merah ketika membawa pasien? Mr.B: Yaa kan ada undang-undangnya. Mr.A: Ya tapi kenapa? Mr.B: Ya karena ada undang-undangnya, kok masih ngeyel? |
6 |
Burden of Proof |
Menyatakan argumennya valid karena lawan bicara tidak bisa membuktikan argumennya. |
Mr.A: Asumsi saya, si C pencurinya, kamu ada bukti apa bilang si C bukan pencurinya? Mr.B: Yaa belum ada sih, selidiki aja belum Mr: A: Naaah berarti asumsi saya bener bahwa si C pelakunya! Udah kamu gak usah belain dia! |
7 |
Begging the Question |
Suatu argumentasi yang telah dinyatakan atau diasumsikan terlebih dahulu arahnya. |
Hanya laki-laki yang berani ke kuburan malam-malam, karena jiwa laki-laki itu pemberani. |
8 |
False Dilemma |
Dilema palsu/dikotomi palsu yang seakan-akan pilihannya hanya 2, padahal masih ada jalan lain yang bisa ditempuh. |
Sudah jelas karena kasus penganiayaan ini, pilihannya cuma dua: Kamu tanggung jawab atau kamu bakal kita habisi! (Padahal bisa ambil jalur hukum) |
9 |
Appeal to Nature |
Menggeneralisir semua hal yang terjadi alami adalah hal baik, walaupun sebenarnya belum tentu |
Memang secara alamiah semua ada masanya, maka kalau perusahaanmu merugi, kamu terima aja, itu memang sudah waktunya. |
10 |
Anecdotal |
Memakai sampel tertentu untuk membenarkan argumennya pada semua orang. |
Dari 10 orang yang minum minuman ini, semuanya bangun pagi dengan segar, maka pasti minuman ini menyehatkan bagi semua orang! |
11 |
Ad ignorantum |
Berargumen dengan dasar ketidaktahuan, bisa karena kurangnya informasi, atau memang tidak paham sama sekali |
Karena kita kan juga tidak ada yang pernah melihat Mr.A merokok, maka berarti Mr.A itu bukan perokok! |
12 |
Gamblers Fallacy |
Beranggapan kalau penyimpangan yang terjadi dalam jangka pendek akan terkoreksi secara alami |
Nilai anak ibu turun terus dalam beberapa waktu ini, tapi kita liat saja, nanti juga prestasinya akan meningkat secara alami seiring kesadaran diri dia muncul. |
13 |
Middle Ground |
Menganggap dalam satu pertentangan, hanya titik tengah adalah kebenaran |
Mr.A: Pinguin tidak bisa terbang! Mr.B: Pinguin itu bisa terbang kok! Mr.C: Mungkin ada benarnya Mr.A dan Mr.B. Ada beberapa pinguin bisa terbang dan ada juga yang tidak. |
14 |
False Cause |
Menanggapi suatu hal muncul karena suatu sebab, namun sebabnya keliru/tidak benar |
Saat ini marak penyakit Covid-19, itu sebabnya karena banyak orang berbuat dosa-dosa! |
15 |
Appeal to Popularity |
Mempercayai suatu hal karena disetujui sebagian besar masyarakat |
Kampus negeri sudah pasti mutunya bagus! Banyak lulusannya sukses semua tuh! |
16 |
Slippery slope |
Tindakan awal tertentu dapat mengarah pada rangkaian peristiwa dengan hasil yang relatif ekstrim (Sering disebut logika efek domino, walau kenyataannya belum tentu). |
Kalau kamu biarkan anakmu ke wihara terus, lama-lama dia bisa jadi bhiksu dan tidak kepengen nikah loh! |
17 |
Bandwagon |
Sekedar ikut-ikutan secara membuta dan beramai-ramai (seperti orang buta yang saling menuntun) |
Saya sebagai pemimpin mah ikut aja kalau menurut para warga solusi ini yang terbaik! |
18 |
The fallacy fallacy |
Bila suatu argumen sudah dibantah dengan sangat meyakinkan, maka diasumsikan bahwa argumen itu sudah pasti keliru, padahal belum tentu. |
Sudahlah, kita sudah pergoki bersama-sama kedua orang ini sedang berduaan, pasti mereka sedang melakukan hubungan terlarang, sebaiknya kita usir aja mereka agar tidak mengotori generasi muda kampung kita! |
19 |
Appeal to Emotion |
Memainkan emosi pihak lawan untuk membenarkan argumentasinya |
Kan sekarang lu nangis? Gue bilang juga apa! Udahlah lu gak usah sedih, kan sudah gue bilang dari dulu. Semua cowo tuh sama aja, semuanya brengsek. Lu jangan pernah berharap lebih sama dia deh!. |
20 |
Ambiguity |
Ambiguitas, memberikan pernyataan atau argumen yang bermakna ganda |
Kita kan sama-sama suka tahu! (Bisa bermakna sama-sama suka makan tahu, atau menyatakan perasaan bahwa sebenarnya kedua orang tersebut saling menyukai). |
21 |
Personal incredulity |
Menyatakan segala sesuatu pasti salah karena berlawanan dengan ekspektasi atau keyakinan seseorang |
Saya yakin dia itu malingnya karena selama saya bekerja sebagai manager, semua karyawan berkulit hitam selalu buat masalah! |
22 |
Tu Quoque |
Salah fokus pada perilaku pembuat argumen yang tidak sesuai dengan isi argumennya. |
Ahhh kamu saja merokok, kok bisa-bisanya kamu bilang merokok itu berbahaya bagi kesehatan? |
23 |
Genetic |
Menghindari argumen dengan mengalihkan fokus ke asal-usul sesuatu atau seseorang |
Kamu terlahir sebagai sudra (kasta pekerja), jangan ajari saya tentang apa yang baik dan tidak tentang ilmu pemerintahan! Saya ini keluarga ningrat! |
24 |
Special pleading |
Membuat sebuah argumen pengecualian terhadap sebuah prinsip yang berlaku universal |
Jelas melakukan asusila itu salah, tetapi kasusku ini beda, ini kecelakaan belaka dan tidak disengaja! |
Subjektivitas ini sebenarnya bisa mengganggu nalar logika berpikir dalam melihat segala sesuatu sebagaimana adanya (Yatha-Bhuta Nanadassana), maka kita bisa lihat didalam masa modern seperti saat ini sekalipun, ramai orang-orang bicara Critical Thinking (berpikir kritis) sebagai suatu kualitas yang digaung-gaungkan, namun banyak juga yang memiliki kemampuan berpikir kritis, namun tidak memiliki kemampuan untuk menerima Critical Thinking, karena memang kedua hal ini adalah dua hal berbeda. Seseorang bisa melakukan namun belum tentu bisa menerima hasil pemikiran kritis orang lain.
Padahal dengan segala kekurangan yang ada, manusia masih memerlukan bantuan orang lain untuk ‘Bercermin’ akan kekurangan dirinya yang belum bisa ia lengkapi. Manusia memang sejatinya makhluk sosial yang memiliki keterbatasan dan perlu orang lain untuk berkolaborasi dan menyempurnakan keterbatasan tersebut. Misalnya sebagai contoh, ketika ada yang memberitahu bahwa fasilitas publik banyak yang rusak, malah orang yang memberitahu itu dipersekusi dan dibenci, diberi pilihan meminta maaf atau diproses hukum. Ini kan sebenarnya masuk ke dalam logical fallacy false dilemma yang mana tidak menyelesaikan masalah namun malah menambah masalah yang ada.
Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus melatih ketajaman berpikir. Ketika kita berpikir, kita harus memastikan apakah hal yang akan kita lakukan sesuai dan tidak membahayakan diri sendiri maupun pihak lain. Ada kalanya sesuatu hal yang benar dan tepat belum tentu bermanfaat, maka sebaiknya tidak kita lakukan (Lihat MN61. Ambalaṭṭhikārāhulovāda Sutta). Terkadang benar juga filsafat Konfusius yang menyatakan 8 x 3 = 23. Hal ini ia katakan ketika muridnya bernama Yan Hui bertaruh dengan seorang pembeli toko kain yang menyatakan bahwa 8 x 3 =23 dengan taruhan apabila pembeli toko kain yang kalah, ia rela dipenggal, sedangkan kalau Yan Hui kalah, ia rela jabatannya untuk orang tersebut. Konfusius membenarkan apa yang keliru tersebut dengan menyatakan “Yaa memang 8 x 3 = 23” tetapi pada dasarnya ia melakukan itu karena ia tidak mau ada nyawa hilang sia-sia. Baginya nyawa manusia lebih berharga dibandingkan jabatan dan pertikaian.
Maka hendaknya kita bisa bertenggang rasa. Ingatlah prinsip sederhana dalam Taoisme, bahwa Tao yang agung itu sejatinya tidak memihak/memiliki ikatan-ikatan emosi, namun senantiasa bersama dengan orang-orang baik (天道无亲,常与善人Tiāndào wú qīn, cháng yǔ shànrén, Dao De Jing 79). Ada kalanya tenggang rasa dan toleransi bisa membuat orang lain dan diri sendiri bahagia, bukan kebenaran. Inilah yang disebut pemikiran rasional.
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).
Daftar Pustaka:
Suttacentral.net. 2015. Majjhima Nikaya. http://legacy.suttacentral.net/mn. Diakses 10 Mei 2023.
Adieb, Maulana. 2022. Definisi Logical Fallacy (Sesat Pikir) dan 24 Jenis-Jenisnya yang Perlu Diketahui Sobat Zenius. https://www.zenius.net/blog/jenis-jenis-logical-fallacy. Diakses 10 Mei 2023.
http://www.iloveconfucius.com/2012/03/8-x-3-23.html#. Diakses 10 Mei 2023.
Lika Id. 2015. Dao De Jing – Kitab Suci Utama Agama Tao. Jakarta. Elex media Komputindo.
https://www.linkedin.com/pulse/common-logical-fallacies-sales-negotiations-giulio-virduci?trk=related_artice_COMMON%20LOGICAL%20FALLACIES%20IN%20SALES%20NEGOTIATIONS_article-card_title. Diakses 10 Mei 2023.