Kesetaraan Gender dalam Kitab Yi Jing – Gender Equality in the I Ching

Home » Artikel » Kesetaraan Gender dalam Kitab Yi Jing – Gender Equality in the I Ching

Dilihat

Dilihat : 64 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 69
  • 115
  • 62,198
Pic 5 Kesetaraan Gender

Oleh: Xie Zheng Ming 谢峥明

 

Salah satu baris paling terkenal dalam I Ching, sebuah karya klasik Tiongkok kuno, berbunyi: “Bumi di atas gunung: kesederhanaan. Seorang pria yang unggul menimbang kepentingannya sendiri dengan kepentingan orang lain dan memperlakukan mereka dengan adil.” Implikasi dalam bagian ini adalah bahwa ketika berhadapan dengan urusan dan orang lain, seseorang harus rendah hati, berhati-hati, dan bertindak dengan adil dan jujur. Dengan menimbang nilai dan kepentingan relatif dari berbagai hal dan memperlakukannya dengan tepat, tanpa bias atau prasangka, seseorang berperilaku dengan cara yang mulia dan berprinsip. Sikap ini dipandang sebagai menjunjung tinggi nilai yang sangat penting dalam masyarakat modern: kesetaraan gender.

One of the most famous lines in the I Ching, an ancient Chinese classic, reads: “Earth above mountain: modesty. A superior man weighs his own importance against that of others and deals justly with them.” The implication in this passage is that when dealing with affairs and people, one should be humble, cautious, and act with fairness and justice. By weighing the relative value and importance of different things and treating them accordingly, without bias or prejudice, one behaves in a noble and principled manner. This attitude is seen as upholding a value that is of utmost importance in a modern society: gender equality.

Pada zaman dahulu, pandangan tentang kesetaraan gender ini tidak diterima secara luas. Di banyak masyarakat, laki-laki dianggap lebih unggul dan lebih penting, sementara perempuan sering kali terpinggirkan atau didiskriminasi. Namun, seiring dengan kemajuan masyarakat dan perubahan pandangan masyarakat, konsep kesetaraan gender secara bertahap mulai diterima dan dipandang sebagai cita-cita yang berharga untuk diperjuangkan. Sama seperti I Ching yang menasihati kita untuk “menimbang kepentingan diri sendiri dengan kepentingan orang lain dan memperlakukan mereka dengan adil,” terlepas dari jenis kelamin, kita tidak boleh membiarkan prasangka atau bias berdasarkan jenis kelamin memengaruhi perilaku kita.

In ancient times, this view of gender equality was not widely accepted. In many societies, men were considered superior and more important, while women were often marginalized or discriminated against. However, as society progressed and people’s views shifted, the concept of gender equality gradually gained traction and was seen as a valuable ideal to strive for. Just as the I Ching advises us to “weigh our own importance against that of others and deal justly with them,” regardless of gender, we must not allow prejudice or bias based on sex to influence our behavior.

Konsep ini digambarkan dengan jelas dalam sebuah lomba tarik tambang yang diadakan di sebuah desa kecil. Di desa ini, para lelaki telah lama percaya bahwa tarik tambang adalah kegiatan yang eksklusif untuk lelaki, dan bahwa perempuan tidak cocok untuk berpartisipasi. Ketika para perempuan meminta untuk mengikuti lomba, para lelaki awalnya menolak, dengan alasan bahwa perempuan terlalu lemah dan mereka pasti akan kalah. Namun, dengan dukungan tetua desa, para perempuan akhirnya diizinkan untuk ikut serta.

This concept was vividly illustrated in a tug-of-war competition held in a small village. In this village, the men had long believed that tug-of-war was an activity exclusive to men, and that women were not suited to participate. When the women requested to join the competition, the men initially refused, arguing that women were too weak and that they would certainly lose. But with the support of the village elder, the women were eventually allowed to compete.

Selama kompetisi, baik tim putra maupun tim putri mengerahkan segenap kemampuan mereka, menunjukkan kekuatan dan persatuan yang luar biasa. Namun, yang mengejutkan semua orang, tim putri muncul sebagai pemenang. Hasil ini mengejutkan seluruh desa, dan para pria akhirnya menyadari bahwa wanita tidak kalah dengan pria, dan bahwa setiap orang berhak diperlakukan sama, tanpa memandang jenis kelamin.

During the competition, both the men’s and women’s teams gave it their all, demonstrating great strength and unity. To everyone’s surprise, however, the women’s team emerged victorious. This outcome shocked the entire village, and the men finally came to accept that women were not inferior to men, and that everyone deserved to be treated equally, regardless of gender.

Kisah ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender bukan sekadar konsep abstrak atau prinsip hukum, tetapi keyakinan yang mengakar kuat yang harus tertanam dalam hati dan pikiran kita. Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan dan hak yang sama, dan tidak seorang pun boleh menghadapi diskriminasi atau prasangka berdasarkan gender mereka. Seperti yang disarankan dalam I Ching, “seorang pria yang unggul menimbang kepentingannya sendiri dengan kepentingan orang lain dan memperlakukan mereka dengan adil.” Kesetaraan gender harus menjadi prinsip panduan dalam kehidupan kita sehari-hari, yang mendorong keharmonisan dan kemajuan dalam masyarakat kita.

This story demonstrates that gender equality is not just an abstract concept or legal principle, but a deeply rooted belief that should be ingrained in our hearts and minds. Everyone deserves equal opportunities and rights, and no one should face discrimination or prejudice based on their gender. As the I Ching suggests, “a superior man weighs his own importance against that of others and deals justly with them.” Gender equality should be a guiding principle in our daily lives, fostering harmony and progress in our society.

Dalam masyarakat modern, kesetaraan gender tetap menjadi isu dan tantangan penting. Kita harus terus bekerja sama untuk mempromosikan dan menanamkan nilai kesetaraan gender di hati dan pikiran masyarakat, dan untuk mencapai tujuan kita yaitu hak yang sama untuk semua jenis kelamin. Dengan memperlakukan semua orang secara adil, kita menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, progresif, dan adil. Marilah kita semua berusaha untuk menjadi “pria unggul” dari I Ching, mewujudkan prinsip “menimbang kepentingan orang lain dan memperlakukan mereka dengan adil,” dan bekerja sama untuk membangun masa depan yang lebih adil dan makmur.

In modern society, gender equality remains an important issue and challenge. We must continue to work together to promote and instill the value of gender equality in people’s hearts and minds, and to achieve our goal of equal rights for all sexes. By treating everyone with fairness, we create a more harmonious, progressive, and just society. Let us all strive to be the “superior men” of the I Ching, embodying the principle of “weighing the importance of others and dealing with them justly,” and work together to build a more equitable and thriving future.

“Bumi di atas gunung: kesederhanaan. Seorang pria yang unggul menimbang kepentingannya sendiri dengan kepentingan orang lain dan memperlakukan mereka dengan adil.”

Earth above mountain: modesty. A superior man weighs his own importance against that of others and deals justly with them.”

Yi Jing – Qian Trigram 易·谦

 

《易经》中的男女平等

 

在古代经典《易经》中,有一句非常著名的话:“地中有山,谦;君子以捊多益寡,称物平施。”这句话所表达的含义是指人们在处理事物、待人处事时,应该谦虚谨慎,公平合理地对待他人。通过权衡事物的轻重、多少,不分厚薄,给予人们应有的待遇。这种态度被认为是高尚的,代表了一种现代社会非常重要的价值观——男女平等。

这种男女平等的观念在古代并不被广泛接受,在很多社会中,男性往往被视为更重要、更强大的存在,而女性则被边缘化或歧视。然而,随着社会的进步和人们观念的转变,男女平等的概念逐渐被提倡和重视。就像《易经》中所讲的“称物平施”,即无论男女,皆应该被平等对待,不应该因为性别而受到偏见或歧视。

这种观念在一个小村庄的一次拔河比赛中得到了生动的体现。在这个村庄里,男人们一直认为拔河比赛是属于男性的活动,而女人们并不适合参加。然而,当妇女们要求参加比赛时,男人们起初并不同意,认为女人太弱,会输掉比赛。但在村长的支持下,妇女们终于得以参加比赛。

比赛开始后,男女队都拼尽全力,展现出了团结和力量。最终,令人意想不到的是,妇女队居然赢得了比赛。这场比赛让整个村庄都感到震惊,男人们也最终接受了事实——女性并不比男性弱,每个人都应该平等对待,不应该被性别所限制。

从这个小故事中可以看出,男女平等是一种理念和精神,不仅体现在法律制度中,更应该深植于人们的心灵深处。每个人都应该享有平等的机会和权利,不应该因为性别而受到任何形式的歧视。正如《易经》中所言,“君子以捊多益寡,称物平施”,男女平等应当贯穿于我们的日常生活中,以此促进社会的和谐与进步。

在当今社会,男女平等依然是一个重要的议题和挑战。我们需要共同努力,推动男女平等的价值观深入人心,实现性别平等的目标。只有当每个人都受到公平对待,才能让社会更加和谐、进步和美好。愿我们都成为“君子”,在生活中秉持着“称物平施”的精神,努力实现男女平等,共同创造一个更加美好的未来。

“君子以裒多益寡,称物平施。”孔颖达 疏:“称物平施者,称此物之多少,均平而施。”

《易·谦》

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Daftar Pustaka

Adegunawan, Suyena. 2020. Kompilasi (易經) – Yi Jing KITAB PERUBAHAN The Book of Changes. Bandung. USA.

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?