Keterlibatan Sosial Sangha Zaman Now

Home » Artikel » Keterlibatan Sosial Sangha Zaman Now

Dilihat

Dilihat : 51 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 28
  • 271
  • 82,531
Pic 3 bhikkhu

Oleh: Jo Priastana

 

“Keluar dari meditasimu dan singkirkan bunga-bunga dupamu.

Apa ruginya jika pakaianmu menjadi compang-camping dan kotor?

Temui dia dan berdiri di sebelahnya,

dalam kerja keras dan dalam keringat di keningmu”.

(“Gitanjali”, Rabindranath Tagore, 1861-1941, Pujangga India)

 

Buddhadharma hadir untuk pencerahan dan pembebasan, baik bagi individu maupun masyarakat luas. Penderitaan (dukkha) bukan hanya terjadi dan disebabkan oleh individual semata namun juga bersifat sosial. Untuk itulah diperlukan kemampuan dari para aktivis Buddhis zaman “now” untuk dapat mengkomunikasikan, membabarkan, memperjuangkan spirit Buddhadharma yang universal terhadap berbagai masalah yang konkret seperti sosial ekonomi secara menyeluruh.

Peran besar dari para pejuang Dharma, aktivis Dharma zaman “now” untuk turut serta terlibat dalam memperjuangkan spirit pembebasan Buddhadharma yang penuh kecerdasan dan welas asih. Peran besar untuk mengatasi berbagai macam permasalahan derita secara sosial, derita masyarakat dengan berbagai macam cara yang terampil, cerdas dan bijaksana atau “upaya kausalya” bersama terang prajna, jiwa Bodhisattva yang altruistik, yang welas asih.

Para pejuang Dharma, aktivis Buddhadharma zaman now (kini) itu adalah Sangha atau para Bodhisattva zaman “now”. Bodhisattva zaman “now” yang bergerak dan melakukan keterlibatan dalam mengatasi berbagai fenomena penderitaan sosial, sejalan dengan misi “Engaged Buddhism, atau Socially Engaged Buddhism, yang berarti “Agama Buddha terlibat sosial” (Buddhadasa, “Dharma for Social Renewal: A Collection of Talks,” 2019.)

 

Komunitas Sadar dan Terlibat

Sangha dikenal sebagai persaudaraan atau komunitas dari mereka yang menekuni Buddhadharma dan bahkan menjadikan dirinya dan kehidupannya sebagai cermin Buddhadharma. Buddhadharma hidup dalam komunitas Sangha, pejuang Dharma dengan kualitas batin dan perilaku yang didasari oleh ketidak-melekatan, kelepasan, siap berkorban, serta keutamaan seperti kebenaran, kebajikan, kemurah-hatian, keadilan, kejujuran, ketekunan, kesederhanaan dan lain sebagainya.

Komunitas Sangha terbuka dan bersifat demokratis bahkan dikenal sebagai “pro-to-democracy” mengawali tumbuhnya cara berdemokrasi dalam komunitasnya, dengan keanggotaan egaliter dan dimaksudkan untuk mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi semua. Sebagai pejalan Buddhadharma, Sangha menyebarkan welas asih kepada seluruh umat manusia di dunia dan memperjuangkan pencerahan dan pembebasan, kesejahteraan dan kebahagiaan.

Disamping melakukan dan berjuang untuk mewujudkan transformasi personal dengan menjalani kesucian, Sangha juga berjuang mewujudkan transformasi sosial. Transformasi personal dan transformasi sosial tidak terpisahkan satu sama lain. Karena pelaksanaan meditasi untuk pencerahan batin, transformasi personal tidak terpisah dari perjuangan praksis welas asih dalam masyarakat mewujudkan transformasi sosial.

Keberhasilan meditasi dalam pencerahan atau penerangan mendukung tumbuhnya sikap altruisme dalam memperjuangkan mereka yang menderita. Meditasi memungkinkan tumbuhnya pengetahuan jernih terhadap kenyataan dan memudahkan tumbuhnya “upaya kausalya” dalam melakukan aksi keterlibatan sosial secara tepat, cerdas, dan bijak.

Aksi pembebasan dalam ranah sosial-politis juga harus disertai dengan kebijaksanaan, welas asih dari tumbuhnya prajna dan mekarnya karuna. Teori dan dan praktik harus selaras dan suatu kesatuan dari prajna dan karuna, kebijaksanaan dan welas asih. Sekejap penderitaan itu terlihat dan terasakan, sekejap itu pula tindakan welas asih “upaya kausalya” yang cerdas terjadi dengan penuh kesadaran, kejernihan pandangan dan bertindak tepat dan bijak.

Di zaman “now” ini, kerja atau aktivitas yang meditatif melihat ke-dalam-diri perlu diimbangi dengan aksi kepedulian dan keterlibatan sosial dalam mengatasi penderitaan yang merebak di masyarakat. Melihat ke dalam batin adalah juga melihat secara mendalam segenap kenyataan fenomena sosial dari dukkha, sebab dukkha, pembebasan dukkha, dan jalan pembebasan dukkha.

Pengenalan secara mendalam terhadap fenomena dukkha sosial akan menghantar kepada pemahaman secara mendalam, luas dan utuh mengenai dukkha sebagai sebab-musabab yang saling bergantungan, dimana dukkha juga terjadi secara institusional, sosial dan struktural. Praktik Sati (perhatian benar) yang mampu melihat obyek permasalahan secara mendalam dan jernih dengan menyadari objek apa adanya sebagaimana yang berlangsung dalam meditasi Vipassana menunjukkan adanya keterkaitan, bahwa dukkha itu merupakan permasalahan sosial.

Pikiran ibarat cermin yang memantulkan keadaan diri. Bahwa diri tidak terpisah dari lingkungan, dan karenanya pikiran yang jernih akan juga memantulkan keadaan yang sesungguhnya terjadi di masyarakat. Kesadaran terbangkitkan adalah kesadaran akan realitas penderitaan yang terjalin dalam hukum saling ketergantungan.

Buddhist means: Awake. Being a Buddhist means that we need to revive and get involved in life matters. Mindful of what is happening in one’s body, feelings, mind in the world. engaged is compassionate and if is not engaged it is not Buddhism, demikian tegas Thich Nhat Hanh, tokoh Engaged Buddhism.

 

Keterlibatan Sosial Aktivis Buddhis

Kesadaran kebangkitan dalam segenap aktivitas Buddhis, bahwa dia yang melihat realitas dukkha sosial pastinya tidak mungkin tidak akan terlibat, jika kesadaran Buddha itu penuh dengan welas asih. Karena itu, “awake” adalah “engaged”. Sadar adalah Terlibat. Kesadaran kebijaksanaan mewujud dalam welas asih aktif mengatasi penderitaan sosial.

Buddhadharma adalah sebuah kebangkitan kesadaran. Kesadaran akan keterlibatan mengatasi realitas penderitaan yang ada di sekitar, dan sebagai pemahaman yang sebenarnya tentang Triratna: Buddha, Dharma dan Sangha. Buddha seorang yang sadar dan humanis dengan Dharmanya yang bersifat saintifik dan revolusioner, serta Sangha sebagai wujud kesadaran dan keterlibatan welas asih.

Awareness is the realization of one’s full comprehension of Tri Ratna. Buddhadharma: religion of revival. Sang Buddha: Plausibly-enough, a radical humanist., and The Dhamma: A scientific and revolutionary theory” (Ken Jones, 2003).

The monastic Sangha” merupakan “a proto democracy, populis not elitis”. Sebagai komunitas yang dinamis Sangha hidup dan dihidupi masyarakat. Karenanya Sangha perlu selalu dimaknai sebagai kata kerja. Sangha tidak lain adalah mereka yang terlibat dalam permasalahan sosial-kemanusiaan untuk kemajuan budaya dan peradaban umat manusia, dan itu merupakan juga kerja para aktivis Buddhis zaman “now”.

Aktivis Buddhis zaman “now” mewujudkan etika sosial Buddhisme yang didasari oleh jiwa Bodhisattva dan keterampilan ber-upaya kausalya. Agar kerja welas asih yang membebaskan dan penuh keterlibatan ini terjadi, maka perlu untuk mereorientasi ajaran-ajaran Buddhis agar mampu dan berdaya dalam mengidentifikasi berbagai macam penderitaan dewasa ini.

Dukkha yang terjadi di masa kini sudah bersifat institusional dan struktural, seperti yang berhubungan dengan politik, sosial, ekonomi, masalah kesejahteraan, kekerasan, degradasi lingkungan dan sebagainya. Perlu kreativitas, ide-ide dan bentuk baru dalam beragam program dan kegiatan aktivis Buddhis zaman “now” dalam memperjuangkan transformasi sosial sejalan dengan disiplin kesadaran dan manifestasi welas asih.

The walking Bodhisattva as activists is venerated alongside the sitting Buddha as awakened is traditional disciplines and virtues of Buddhist practices and directed to the challenges of the modern world” (Ken Jones, 2003, 178).

Spirit kebangkitan adalah juga spirit pembebasan yang meliputi segenap aspek, dan tidak terkecuali bila menyentuh aspek politik. Spiritualitas tidak terpisahkan dengan politik. Mohandas Karamchand Gandhi atau lebih dikenal Mahatma Gandhi menyatakan:Those who say that politics and spirituality are non-connected to each other understand neither spirituality nor politics.”

Sangha dapat dimaknai secara luas adalah juga komunitas atau parisadha yang termasuk segenap umat Buddha, komunitas dharma pada umumnya. Terdiri dari bhikkhu dan bhikkhuni serta umat Buddha awam upasaka-upasika dan umat Buddha lainnya pejalan spiritualitas kesadaran, kebijaksanan dan welas asih aktif.

Sangha para pejuang Dharma, para Bodhisattva yang mengembangkan kesadaran penuh dalam kebijaksanaan (wisdom) dan mewujudkan welas asih aktif (compassion) dalam keterlibatan sosial mengatasi segenap penderitaan yang dialami makhluk hidup. Semoga Semua Makhluk Berbahagia! (JP) ***

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Sumber gambar: meta AI

error: Content is protected !!
Butuh bantuan?