Oleh: Majaputera Karniawan, S.Pd.
Khut Kiong (Jue Jiang) 倔強 secara harfiah berarti ‘Bersikeras’, ‘Ngotot’. ‘Berkemauan keras’. Kata ini seringkali dipakai oleh orang-orang Tionghoa untuk menyatakan sifat ngototnya, misalnya:
“Ah gua mah Khut Kiong sama dia, gak mau pindah ke lain hati!”
“Eh lu orang jangan Khut Kiong invest crypto lah kalo tidak paham, hati-hati jangan asal ikut-ikutan!”
Sebenarnya salahkah khut kiong? Ada kalanya kita perlu khut kiong dan ada kalanya kita perlu bersikap Bo khut kiong (Tidak bersikeras).
Konfusius dengan sudut pandang pengembangan perilaku moralitas sendiri pernah berkata ada dua tipe kekerasan hati. Pada umumnya orang-orang dimasa lampau yang memiliki kekerasan hati menunjukkan bahwa ia tidak puas berhasil hanya dengan urusan-urusan kecil saja. Tetapi kemudian lebih banyak orang yang menunjukan kekerasan hati semata demi menunjukkan perbuatan sewenang-wenang saja (Lun Gi XVII: 16).
Belum lagi terkadang, manusia itu bisa lain di mulut lain diperbuatan. Didalam kata-katanya bisa saja ia khut kiong setengah mati, tetapi dalam perbuatannya hasilnya nol besar. Setidaknya inilah yang membuat seorang Konfusius setelah mendengar kata-kata seseorang lantas tidak segera percaya, melainkan memeriksa perbuatannya (Lun Gi V: 10), karena biar bagaimanapun banyak orang-orang yang modal mulut saja, bersikeras tanpa batas tetapi minim realisasi.
Malu gak sih kalo lu khut kiong setengah mati tetapi nyatanya cuma jadi arogansi tanpa realisasi??? Bagi yang terbiasa tebar janji manis sih mana malu, tetapi bagi yang jujur tidak akan mudah melempar janji, apalagi sampai khut kiong.
Sementara Buddha dengan sudut pandang mengatasi sebanyak mungkin penderitaan memiliki pendapat dengan alegori orang yang rambut atau bajunya terbakar, rata-rata akan khut kiong sesegera mungkin memadamkan api tersebut, sekalipun tanpa disuruh! Buddha mengatakan bahwa tetapi mungkin saja masih ada orang yang tidak peduli sekalipun rambutnya atau bajunya terbakar. Berbeda dengan orang yang berkemauan keras menembus kebenaran sejati dan mengatasi penderitaan, maka ia harus khut kiong mengerahkan keinginan dan usaha luar biasa untuk menembus kebenaran sejati dan mengatasi penderitaan (Samyutta Nikaya 56.34).
Setidaknya untuk mengatasi penderitaan seseorang perlu mencapainya dengan mengeliminir hal-hal tidak bermanfaat dalam dirinya. Buddha menjelaskan ada empat hal caranya, dimana seseorang harus khut kiong sekali untuk mencegah kondisi buruk yang belum muncul, berusaha meninggalkan kondisi buruk yang telah muncul, menumbuhkan kondisi baik yang belum muncul, dan terakhir mengembangkan kondisi baik yang telah muncul (ini dikenal dengan Empat Usaha Benar/Sammapadhana, MN78). Dalam hal belajar pengetahuan, Buddha mengatakan bahwa khut kiong untuk mendengar dan bertanya menjadi makanan bagi munculnya kebijaksanaan (Anguttara Nikaya 10.73).
Orang seharusnya khut kiong jika dia memiliki alasan yang kuat, misalnya demi belajar khut kiong kuliah di luar negeri dan mencari beasiswa, atau demi mengobati penyakit khut kiong bertemu seorang tabib bahkan di malam hari. Tetapi ada sebagian orang khut kiong karena alasan lainnya seperti karena cinta, karena dendam, ataupun karena keinginan lainnya.
Laozi dengan pemikiran tanpa intensinnya (non intention/wu wei 无为) mengajarkan bahwa seseorang bisa saja khut kiong hanya sebatas mengikuti obsesinya semata bukan sebagaimana seharusnya. Ada yang mau memperbaiki sedikit tetapi karena tidak mengukur diri malah mengacaukan semuanya. Ada yang khut kiong mau menjadi yang paling hebat tetapi akhirnya selalu akan ada yang lebih hebat daripada dia.
Laozi mengajarkan untuk berbuat sebagaimana mestinya saja, jangan melakukan hal-hal ekstrim diluar batas kemampuan, terlebih melakukan hal-hal yang palsu, terlalu dibesar-besarkan, ataupun sesuatu yang tidak bermanfaat, karena hal-hal tersebut tidak semestinya, percuma khut kiong melakukan hal-hal seperti itu karena pada akhirnya akan membawa penderitaan bagi diri sendiri (Dao De Jing Bab 29).
Konklusi dari semuanya, ketika anda khut kiong melakukan sesuatu harus memiliki dasar yang kuat. Tidak salah memiliki asa yang besar dan tidak salah ingin senantiasa memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Hanya saja anda tidak perlu menarik diri sampai diluar batas kemampuan anda, terlebih khut kiong demi eksistensi semata melakukan hal-hal manipulatif, membesar-besarkan masalah, ataupun melakukan hal-hal tidak bermanfaat. Ini hanya akan menyiksa anda. Pastikan ketika anda khut kiong melakukan sesuatu, itu haruslah hal yang bermanfaat dan memang semestinya diperlukan.
***
Daftar Pustaka
Lika. ID. Dao De Jing Kitab Suci Utama Agama Tao. Jakarta. Elex Media Komputindo.
MATAKIN. 2010. Su Si (Kitab Yang Empat). Jakarta. Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN).
Suttacentral.net (Online legacy version). Majjhima Nikaya, Samyutta Nikaya, Anguttara Nikaya. http://www.legacy.suttacentral.net/ Diakses Desember 2021.