Kisah Nyata Menjadi Sarjana Berkat Pertolongan Dewa

Home » Artikel » Kisah Nyata Menjadi Sarjana Berkat Pertolongan Dewa

Dilihat

Dilihat : 111 Kali

Pengunjung

  • 3
  • 2
  • 29
  • 31,188
Foto wisuda

Oleh: Majaputera Karniawan, S.Pd.

“… Kedua jenis individu ini adalah jarang di dunia ini. Siapakah dua ini? Seseorang yang berinisiatif dalam menolong orang lain (Pubbakārī) dan seorang yang bersyukur dan berterima kasih (Kataññū katavedī)” (Aṅguttara Nikāya 2.119).

Bagi orang berada, menjadi seorang sarjana bukan perkara sulit, tetapi bagi orang yang dalam keadaan ekonomi terpuruk, rasanya bisa menjadi seorang sarjana seperti berada dalam mimpi.

Kisah ini saya tulis sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas segala kebaikan dan bimbingan YM Kongco Ngo Kok Ong 五穀王atau yang biasa dikenal dengan nama Sin Long Thay Tee 神農大帝, Sang Kaisar purba pertanian, penemu herbal TCM, penemu teh, serta penguasa lima biji-bijian.

Beliau adalah pembimbing urusan akademik saya selama menempuh perkuliahan S1 Dharma Acariya (Sekarang Pendidikan Keagamaan Buddha) di STAB Nalanda, Jakarta. Pada hari saya diwisuda, saya berfoto bersama Sinci 神主 (Papan Roh Dewa) Milik Kongco Ngo Kok Ong yang telah dihias dengan bunga emas (Kim Hoa 金花) guna menjadi cerita pada generasi mendatang.

Kisah diawali sekitar awal 2017. Dimana pada masa itu saya masih menjadi pedagang miskin yang berharap bisa kuliah. Saya memilih mengalah agar kakak saya dapat berkuliah dahulu pada masa itu. Hasrat ingin kuliah namun tidak ada biaya, akhirnya saya datang bersembahyang ke Kelenteng Ngo Kok Ong (Wihara Wiriya Dharma) di Jalan Raya Loji, Cibarusah – Kab. Bekasi, Jawa Barat.

Di sana saya berdoa dengan tulus kepada YM Kongco, mengutarakan keinginan bisa berkuliah. Sang dewata memberikan petunjuk berupa syair Ciamsi yang menyatakan saya harus melanjutkan studi agar bisa menjadi “Orang yang lebih baik & beruntung”. Saat itu saya hanya mengeluh “Bagaimana mau kuliah Kongco, saya tidak punya uang!”.

Ajaib, 2 (dua) bulan kemudian saya diterima di STAB Nalanda dengan mendapatkan beasiswa penuh dari Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda (Padahal waktu itu, beasiswa diperuntukan khusus Pandita saja). Agustus 2017 saya bisa berkuliah di kampus Nalanda, Pulogebang, Cakung Jakarta Timur.

Saking girangnya, saya bertekad membuat sinci beliau dan diletakan di altar saya untuk sembahyang setiap hari. 

Pada 2019, saya diberi kepercayaan mewakili almamater mengikuti kompetisi Kajian Tipitaka tingkat Nasional yang diselenggarakan Kementrian Agama RI. Ditengah jenuhnya proses penelitian, saya memohon petunjuk kepada YM Kongco agar bisa berhasil, Kongco meminta saya memohon ciamsi di Altar dewi Kwan Im Pho Sat 觀音菩薩.

Berbekal nasihat ciamsi tersebut saya mengarahkan kajian penelitian sesuai dengan arah yang dimaksud dalam ciamsi. Berkah bagi saya bisa menjadi juara 1 nasional kala itu.

Lalu di tahun 2020, kompetisi serupa dilaksanakan, kembali saya memohon petunjuk. Kongco bilang jalan saja terus, tidak usah takut. Untuk kedua kalinya, juara 1 nasional kembali menjadi milik saya meski saat itu kompetisi secara daring.

Lalu dipertengahan 2020 juga diadakan lomba Dhammadesana tingkat DKI Jakarta, saya memohon kepada Sang Dewa agar tidak menjadi juara 1, cukup juara 2 (Karena juara 1 harus ikut karantina dan mewakili provinsi ke tingkat nasional). Permohonan saya terkabul dan saya membawa pulang trofi juara 2 ke Kampus saya.

Selama saya kuliah, saya membuat setidaknya 4 buku yang semuanya tidak lepas dari bimbingan Sang Dewa. Bahkan judul skripsi pun tidak lepas dari bimbingan Sang Dewa. Puncaknya 27 November 2021 lalu, saya diwisuda sebagai Sarjana Pendidikan dengan pujian (Cum Laude), IPK Tertinggi, serta nilai Yudisium tertinggi.

Sebenarnya adakah Dewa dan leluhur? Meskipun eksistensi mereka tidak bisa dibuktikan secara empirik, tetapi Ajaran Buddha mengakui keberadaan mereka. “Para dewa dan leluhur sungguh ada, ada alam lain seperti yang dikatakan orang-orang. Namun manusia yang tamak dan  tergila-gila dengan kenikmatan, tidak mengetahui alam lain dalam  khayalan mereka”. (Jātaka Aṭṭhakathā 544, Mahānāradakassapa Jātaka).

Karena mengingat budi baik termasuk salah satu berkah utama (Khuddaka Patha 6, Manggala Sutta). Dikatakan Orang yang setia tidak akan dapat melupakan kejadian yang sudah lewat. Persahabatan dan temannya akan selalu diingat.  Orang yang demikian dapat dipercaya dan tahu berterima kasih. (Jātaka Aṭṭhakathā 456, Juṇha Jātaka) maka, dengan cara ini saya mengingat segala kebaikan yang diterima saya atas  bantuan Kongco pada saya.

Dalam sembahyang tradisi Tionghoa juga tidak terlepas dari pemikiran Konfusianisme dan Taoisme, maka tidak heran saya menerapkan sejumlah ajaran moral konfusius dan taoisme dalam kuliah saya. Sembahyang dengan 3 batang hio (Simbol keserasian langit, bumi, dan Manusia) kerap saya lakukan.

Ciamsi yang sering dilakukan adalah penyederhanaan dari metode memohon petunjuk berdasarkan kitab wahyu perubahan alam semesta (I Ching/Yak Keng 易經), pada masa lalu leluhur kita sudah sering memohon petunjuk dari para dewa dengan potongan-potongan bilah Yang Rouw dan kulit kerang yang dilempar sebagai Local Genius nya orang tionghoa.

Mengapa sekarang banyak yang menganggapnya takhayul? Padahal tidak ada salahnya meminta nasihat dari para dewa suci, layaknya meminta nasihat dari guru ataupun orang tua. Para suciwan pandai menolong dan tidak pernah menelantarkan mahluk lain yang menderita, maka suciwan harus dijadikan guru bagi orang yang bermasalah, sebaliknya orang yang bermasalah harus bisa menemukan panutan untuk memperbaiki dirinya (Dao De Jing 27).

Setelah memohon nasihat, hal yang perlu dilakukan adalah berusaha keras. Bingcu (Mencius) berkata: “Yang hidup itu berasal dari kepedihan & penderitaan, dan yang binasa karena  hanya mau senang gembira saja” (Bingcu VI B:15).

Jika ingin mencapai keberhasilan, selain berusaha dan berbuat baik, jangan segan untuk memohon nasihat bimbingan pada para dewata suci dimanapun kalian berada, luruskan sikap kalian layaknya sifat suciwan yang kalian puja, yakinlah bahwa keberhasilan akan ada pada anda.

 

Daftar Pustaka:

Ing, Tjhie Tjay & Tim penerjemah MATAKIN. 2017. Kitab Suci Yak King. Sala. Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu SEKJEN KEMENAG RI.

Karniawan, Majaputera. 2020. Kumpulan Petikan Dhamma (Dhamma Quote) Seri Jataka Atthakatha. Jakarta. Yayasan Yasodhara Puteri.

Lika. ID. Dao De Jing Kitab Suci Utama Agama Tao. Jakarta. Elex Media Komputindo.

MATAKIN. 2010. Su Si (Kitab Yang Empat). Jakarta. Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN).

Suttacentral.net (Online legacy version). Anguttara Nikaya. http://www.legacy.suttacentral.net/an Diakses  30 November 2021.

Suttacentral.net (Online legacy version). Khuddaka Nikaya. http://www.legacy.suttacentral.net/kn Diakses  30 November 2021.

 

Butuh bantuan?