Oleh: Xie Zheng Ming 谢峥明
Dalam sejarah yang panjang, pernah ada seekor Kuda Seribu Li yang dapat berjalan sejauh seribu mil sendirian. Ia memiliki tubuh yang kuat dan kecepatan yang luar biasa. Ia berlari seperti badai dan tak terkalahkan. Kuda Seribu Li ini selalu menegakkan kepalanya dan berjalan di sungai dan danau. Ia bangga dan sombong, dan dikenal sebagai kuda terbaik.
In the long river of history, there was once a Thousand-Li Horse that could walk a thousand miles alone. It had a strong body and amazing speed. It ran like a storm and was invincible. This Thousand-Li Horse always held its head high and walked in the rivers and lakes. It was proud and conceited, and was known as the best horse.
Suatu hari, Kuda Seribu Li bertemu dengan seekor kuda tua. Kuda tua itu berjalan sempoyongan dan membawa beban yang berat. Setiap langkahnya terasa sulit. Kuda Seribu Li menatap kuda tua itu dan tidak dapat menahan diri untuk tidak menggodanya: “Kamu bergerak lambat dan membawa beban yang berat. Bagaimana kamu bisa bergerak maju?”
One day, the Thousand-Li Horse met an old horse. The old horse was staggering and carrying a heavy burden. Every step seemed difficult. The Thousand-Li Horse looked at the old horse and couldn’t help teasing: “You move slowly and carry a heavy load. How can you move forward?”
Kuda tua itu tersenyum dan menjawab: “Meskipun aku tidak secepat kamu, aku memiliki kekuatan yang tak terbatas. Aku mengantarkan barang untuk tuanku setiap hari untuk membantu keluarga. Bagaimana denganmu? Selain berlari, apa lagi yang bisa kamu lakukan untuk orang lain?”
The old horse smiled and replied: “Although I am not as fast as you, I have infinite power. I deliver goods for my master every day to help with the family. And you? In addition to running, what else can you do for others?”
Setelah mendengarkan kata-kata kuda tua itu, Kuda Seribu Li pun berpikir. Dulu, ia hanya peduli untuk memamerkan kecepatannya, tetapi tidak pernah berpikir mendalam tentang bagaimana membantu orang lain.
After listening to the old horse’s words, the Thousand-Li Horse fell into thought. In the past, it only cared about showing off its speed, but never thought deeply about how to help others.
Sejak saat itu, Kuda Seribu Li tidak lagi sombong. Ia mulai belajar mengantarkan barang dan membantu pekerjaan tuannya. Lambat laun, aku menyadari bahwa melayani orang lain juga merupakan suatu kesenangan.
From that moment on, the Thousand-Li Horse was no longer arrogant. It began to learn to deliver goods and assist its master’s work. Gradually, I realized that serving others is also a kind of pleasure.
Suatu hari, pemilik kuda seribu mil itu perlu mengangkut barang-barang penting ke tempat yang jauh. Kuda seribu mil itu berinisiatif untuk ikut serta dan membantu kuda tua itu dalam pengangkutan. Sepanjang perjalanan, mereka saling mendukung, mengatasi berbagai kesulitan, dan akhirnya mengantarkan barang-barang itu ke tempat tujuan tepat waktu.
One day, the master of the thousand-mile horse needed to transport important goods to a distant place. The thousand-mile horse took the initiative to join and assisted the old horse in the transportation. Along the way, they supported each other, overcame various difficulties, and finally delivered the goods to the destination on time.
Usaha pemilik itu berangsur-angsur berkembang pesat, dan ia sangat berterima kasih atas bantuan kuda seribu mil dan kuda tua itu. Ia membuat pelana yang indah untuk kuda seribu mil itu dan berkata kepada kuda tua itu: “Meskipun kamu sudah tua, kamu masih penuh kekuatan. Aku akan selalu menjagamu.” Pada saat ini, kuda seribu mil itu akhirnya menyadari: “Anak kuda jantan tidak dipanggil karena kekuatannya, tetapi karena kebajikannya.” Nilai yang sebenarnya terletak tidak hanya pada kemampuan pribadi, tetapi juga pada dedikasinya kepada orang lain.
The owner’s business gradually prospered, and he was deeply grateful for the help of the thousand-mile horse and the old horse. He made a gorgeous saddle for the thousand-mile horse and said to the old horse: “Although you are old, you are still full of strength. I will always take care of you.” At this time, the thousand-mile horse finally realized: “The colt is not called for its strength, but for its virtue.” The true value lies not only in personal ability, but also in dedication to others.
Ada pepatah terkenal dari Konfusius dalam “The Analects“: “Anak kuda jantan tidak dipanggil karena kekuatannya, tetapi karena kebajikannya.” Konfusius menekankan pembinaan moralitas pribadi dan percaya bahwa moralitas adalah dasar dari semua perilaku. Seperti yang dikatakan dalam kisah kuda seribu mil, hal itu tidak hanya bergantung pada kemampuan pribadi, tetapi juga pada apakah moralitasnya mulia. Seseorang bisa saja tidak berbakat, tetapi tidak bisa tidak memiliki kebajikan. Kebajikan bagaikan landasan kualitas pribadi. Hanya ketika seseorang memupuk moralitasnya sendiri, ia dapat melakukan pekerjaan lain. Jika fondasi kebajikan lemah, ia bagaikan gedung bertingkat tinggi dengan fondasi yang tidak stabil, yang sewaktu-waktu terancam runtuh.
There is a famous saying of Confucius in “The Analects”: “The colt is not called for its strength, but for its virtue.” Confucius emphasized the cultivation of personal morality and believed that morality is the foundation of all behavior. As the story of the thousand-mile horse said, it depends not only on personal ability, but also on whether his morality is noble. A person can be without talent, but cannot lack virtue. Virtue is like the cornerstone of personal quality. Only when a person cultivates his own morality can he do other work. If the foundation of virtue is weak, it is like a high-rise building with an unstable foundation, which is in danger of collapse at any time.
Dalam budaya Tiongkok, “kuda” selalu dianggap sebagai simbol kekuatan, kecepatan, dan kesetiaan. Konfusius berkata bahwa “kuda jantan tidak dipanggil karena kekuatannya, tetapi karena kebajikannya”, seperti transformasi kuda seribu mil dalam cerita tersebut, yang menuntun orang untuk berpikir mendalam tentang cara pengembangan diri. Dalam kehidupan, daripada berhenti pada kekuatan kemampuan, lebih baik fokus pada bagaimana menjadi orang yang jujur dan penuh kasih. Yang dipraktikkan adalah “berdasarkan moralitas”, bukan “berdasarkan kekuatan”, yang merupakan kuda seribu mil yang sebenarnya.
In Chinese culture, “horse” has always been regarded as a symbol of strength, speed and loyalty. Confucius said that “the colt is not called for its strength, but for its virtue”, just like the transformation of the thousand-mile horse in the story, which guides people to think deeply about the way of self-cultivation. In life, instead of stopping at the strength of ability, it is better to focus on how to become an upright and loving person. What is practiced is “morality-based”, not “strength-based”, which is the real thousand-mile horse.
千里马与老马
在历史长河中，曾经有一匹独步千里的千里马，它拥有矫健的身姿和惊人的速度，奔跑之间如同疾风骤雨，无往不利。这千里马总是昂首挺胸，行走于江湖间，骄傲而自负，被誉为马中翘楚。
某日，千里马与一匹老马相遇。老马的步履蹒跚，肩负着沉重的负担，每一步都显得艰难。千里马看着老马，忍不住揶揄道：“你行动缓慢，负荷沉重，如何能够向前迈进呢？”
老马微笑回答：“虽然我不及你快速，却拥有无穷的力量。我每日为主人运送货物，协助家计。而你呢？除了奔跑，还能为他人做些什么呢？”
听了老马的话，千里马陷入思考。过去，它只顾显露自己的速度，却未曾深思如何帮助他人。
从那刻起，千里马不再骄傲自大。它开始学习运送货物，协助主人的工作。渐渐地明白，为他人服务也是一种乐趣。
有一天，千里马的主人需要将重要货物运送至远方。千里马主动加入，与老马并肩协助运送。一路上，彼此互相支持，克服种种困难，最终准时把货物送达目的地。
主人的生意逐渐兴旺，对千里马和老马的帮助深表感激。他为千里马制作了华丽的马鞍，对老马说：“虽然你已年迈，仍然充满力量。我将一直照顾你。”
这时，千里马终于领悟：“驹不称其力，称其德也。”真正的价值，不仅在个人的能力，更在于为他人的奉献。
《论语》中有孔子的名言：“驹不称其力，称其德也。”孔子强调个人品德修养，认为道德是一切行为的根基。就如千里马这个故事中所说的，不仅取决于个人的能力，更在于他的品德是否高尚。
一个人可以没有才能，但不能缺乏德行。德行就如同个人素质的基石，当一个人修养好自己的品德，才有可能进行其他方面的工作。如果德行基础薄弱，就如同高楼地基不稳，随时都有倒塌的危险。
在中国文化中，“马”一直被视为力量、速度和忠诚的象征。孔子所提的“驹不称其力，称其德也”，正如千里马在故事中的转变，引导着人们深思修身养性之道。
生活中，与其止于能力的强弱，不如将心力放在如何成为一个正直、有爱心的人。实践出来的是“道义为本”，而非“强弱为本”，这才是真正的千里马。
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).