Lawan Loksun dengan Kebijaksanaan Timur

Home » Artikel » Lawan Loksun dengan Kebijaksanaan Timur

Dilihat

Dilihat : 8 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 0
  • 89
  • 23,130
Loksun

Oleh: Majaputera Karniawan, S.Pd.

Setiap orang akan berusaha menggapai kebahagiaan apapun caranya. Hal pertama yang anda akan temui ketika mencoba mencapai kebahagiaan lewat kebijaksanaan timur adalah belajar untuk berusaha pada momen masa kini (Fight In Present Moment). Memang banyak diantara orang tua kita yang bangga pada masa lalu, membandingkan keadaan sekarang dengan masa-masa jaya mereka. ”Dulu tuh ama di usia 21 tahun sudah punya usaha sendiri…”, kalau sekedar komparasi sih tidak masalah, hanya saja terkadang orientasinya hanya sekedar mengulang cerita lalu dan meratapi kondisi saat ini. Buddhisme mengajarkan untuk tidak terlarut pada masa lalu, karena memang sudah berlalu! Ataupun berharap pada masa depan, karena memang belum tentu tercapai, tetapi apa yang perlu dilihat adalah apa yang bisa dilakukan pada saat ini, berusahalah saat ini juga (MN131. Bhaddekaratta Sutta).

Konfusius juga menekankan semangat juang yang gigih. Baginya bila hal yang dipelajari belum didapatkan jangan dilepaskan, bila yang ditanyakan belum benar-benar mengerti jangan dilepaskan, bila yang dipikirkan belum tercapai jangan dilepaskan, bila yang diuraikan belum terperinci maka jangan dilepas, dan apa yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya jangan dilepaskan. Ia juga menambahkan bila orang lain dapat melakukan sekali, diri sendiri harus bertekad dan berupaya agar bisa 100 kali, jika orang lain bisa 10 kali maka kita harus bisa 1000 kali, pungkasnya (Tiong Yong XIX:20).

Jangan Berusaha Sampe “Loksun” (Bahasa jaman dahulu di Tangerang) secara harfiah adalah penyakit batuk kering (TBC salah satunya) tetapi secara resepsi lebih berarti pusing karena terlalu memikirkan sesuatu. Ya “berusaha sampai loksun” karena over motivasi justru malah semakin menjadi toxic positivity! Toxic positivity yaitu perilaku yang mendorong seseorang untuk berusaha keras berbuat dan berfikir positif hingga menekan emosi negatif keluar. Jika seseorang menjadi terlalu positif sehingga menekan habis-habisan emosi buruk yang keluar, mampu menyebabkan stres berlebihan dan membuat orang tersebut tidak bisa rileks (Talitha, 2021).

Nah ketika anda over usaha sampai loksun dan tercandu toxic positivity, pasti mengalami kondisi kesedihan atau terpuruk, maka akan timbul sejumlah reaksi berantai! Berdasarkan teori Kübler-Ross (dalam Hello Health Group, 2021), ada lima tahapan yang dialami seseorang saat mengetahui kabar buruk: Penyangkalan (denial), marah (anger), menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance). Semakin seseorang menolak menerima kabar tersebut, semakin menderita dan tersiksa orang tersebut. Sebaliknya kondisi menerima membuat orang tersebut bisa semakin lebih tenang.

Kunci untuk bangkit melawan keterpurukan adalah tidak memaksakan sampai loksun, menerima keadaan, dan berusaha saja dengan apa yang bisa dilakukan. Tahu batasan adalah kuncinya! Ada hal-hal yang memang diluar kendali diri kita dan tidak mungkin kita menggapai hal tersebut, ini dijelaskan dalam konsep Anatta versi Buddhisme, karena segala sesuatu yang terbentuk tidak kekal (Anicca), dan juga bukan aku atau bukan milikku (Anatta) maka anda tidak bisa seenak hati berkehendak seakan harus terjadi! Jika tidak terjadi, anda akan mengalami penderitaan (Dukkha), ya loksun lagi kan? Buddhisme memandang hal ini simple, sadari bahwa “Ini pun akan berlalu”, baik hal yang bahagia ataupun menderita, semua bergantung pada kondisi dan ada beberapa hal diluar kendali diri kita. Kita harus tahu perhitungan batas kemampuan diri sendiri. Siapapun yang berusaha tanpa memperhitungkan hal-hal yang akan terjadi, pasti akan menjadi korban dari rencana yang disusunnya sendiri! (JA152 Singala Jataka).

Laozi dengan filsafat Taoisme nya memandang bahwa hukum kebenaran (dao) bersifat alamiah (Dao Fa Zi Ran道法自然)bahkan ada istilah manusia mengikuti bumi (Ren Fa Di 人法地), bumi mengikuti langit (Di Fa Tian 地法天), langit mengikuti Tao/dao (Tian Fa Dao 天法道) dan terakhir Dao sendiri mengikuti kealamiahan (Dao Fa Zi Ran 道法自然).Banyak manusia memaksakan kehendak dengan berdoa pada para suci agar terkabul apa yang diinginkannya, padahal menurut Laozi bahkan sifat alamiah dao tidak bisa diperbudak bahkan oleh langit dan bumi! Maka yang terpenting adalah tahu batasan kemampuan dan menjalankan kewajiban masing-masing agar selamat jauh dari bahaya (Dao De Jing 32). Anda tidak perlu merasa serba bisa, memaksakan kehendak bak superman atau orang sakti mandraguna yang bisa segalanya. Dalam teori Yak King (Yi Jing 易te經), ada siklus pergerakan yang disimbolkan dengan Yang 陽 dan ketenangan atau diam yang disimbolkan dengan Yin 陰. Ketika pergerakan sampai pada titik maksimalnya, malah justru menjadi awal dari ketenangan, sebaliknya ketika ketenangan sampai pada klimaksnya, maka menjadi awal dari satu pergerakan.

Saat anda tahu hal yang diusahakan tidak akan tercapai walau anda telah mati-matian berusaha, anda hanya perlu menerima bahwa hal itu diluar jangkauan anda. Cobalah menjadi lebih tenang dan berikan kesempatan bagi diri anda untuk tenang dan menerima keadaan, jangan sampai anda menjadi loksun karena terlalu memaksakan diri. Ketika anda cukup tenang, anda akan lebih jernih melihat keadaan, menganalisa peluang apa yang bisa anda lakukan, baru memulai satu pergerakan langkah baru di waktu dan situasi yang berbeda. Jadi, menerima dan bersikap tenang justru menjadi langkah awal pergerakan besar, bukan? (^_^)

 

Daftar Pustaka

Hello Health Group. 2021. 5 Tahap Kesedihan Setelah Menghadapi Peristiwa Buruk. https://hellosehat.com/mental/gangguan-mood/lima-tahap-kesedihan/. Diakses 10 November 2021

Ing, Tjhie Tjay (Penerjemah). 2005. Kitab Suci Yak King (Kitab Wahyu Kejadian Semesta Alam Beserta Segala Perubahan Dan Peristiwanya). Jakarta. MATAKIN

Karniawan, Majaputera. 2020. Kumpulan Petikan Dhamma (Dhammaquote) Seri Jataka Atthakatha. Jakarta. Yayasan Yasodhara Puteri.

Lika, ID (Penafsir). 2015. Dao De Jing. Jakarta. Elex Media Komputindo.

Matakin. 1970. Su Si, (kitab yang empat). Jakarta. MATAKIN

Suttacentral.net (Legacy Version). 2015. Majjhima Nikaya. http://legacy.suttacentral.net/mn. Diakses 10 November 2021.

Talitha, Tasya. 2021. Apa itu Toxic Positivity? Kenali Lebih Dalam Apa Saja Ciri dan Dampaknya. https://www.gramedia.com/best-seller/toxic-positivity/ Diakses November 2021

Butuh bantuan?