Oleh: Xie Zheng Ming 谢峥明
Chinese idiom says:, “A little impatience spoils great plans.” “小不忍,则乱大谋” , tells us a fable about a bull and a herd of wild goats. One day, the bull was being chased by a lion, and he rushed into a cave where a herd of wild goats lived. Though the wild goats kicked and toppled at the bull, the bull endured the pain and said to them, “I am not afraid of you by enduring my humiliation here, but of the lion that stands at the entrance of the cave.” This parable tells us that we must endure small pains in order to escape greater disasters. As the saying goes, a little intolerance goes a long way.
Ada pepatah Tionghoa berkata: “Sebuah ketidak-sabaran kecil membocorkan rencana besar”. menceritakan kita sebuah cerita fabel tentang seekor banteng dan kumpulan kambing liar. Satu hari, sang banteng dikejar-kejar oleh seekor singa, ia lari masuk ke dalam gua dimana sekumpulan kambing liar tinggal. Sontak saja kawanan kambing liar itu tertendang dan terseruduk banteng, sang banteng menahan rasa sakit dan berkata kepada mereka: “Aku tidak takut kepadamu dan menahan penghinaanku di sini, tetapi aku takut singa yang berdiri di depan gua”. Cerita ini memberitahu kita bahwa kita harus menahankan rasa sakit kecil untuk bisa bebas dari bahaya besar. Seperti kata pepatah: “Sebuah penolakan kecil membuat segalanya lebih panjang.”
This idiom comes from the Analects of Confucius – Wei Ling Gong (XV: 27), which reads, Confucius said: “Smooth talk confounds virtue. Impatience in small matters confounds great plans.” It signifies the importance of personal cultivation to the overall big picture. Coquettish words refer to bragging, exaggeration, false compliments and empty words. Though they may sound nice and easy to fool people, coquettish words are a distraction from proper morality. The other phrase, “A little intolerance leads to a big mess”, tells us that we need to be patient and tolerant, and not to lose our heads because of a little thing, because the failure of many big things often stems from tiny details.
Idiom ini berasal dari Analek Nabi Konfusius (Kitab Lun Gi XV: 27) bagian Wei Ling Gong, yang mana tertulis, Nabi Konfusius berkata: “Perkataan yang halus (memutar lidah) akan mengacaukan kebajikan. Ketidaksabaran dalam menahankan hal-hal kecil akan mengacaukan rencana besar”. Ini menunjukan betapa pentingnya kultivasi seseorang terhadap keseluruhan gambaran besar. Kata-kata menarik perhatian seperti menyombongkan diri, melebih-lebihkan, pura-pura memuji, dan kata-kata kosong. Meskipun kedengarannya bagus dan mudah untuk membodohi orang, kata-kata seperti ini dapat mengalihkan perhatian dari moralitas yang baik.
Ungkapan lainnya, “Sedikit intoleransi akan menyebabkan kekacauan besar”, memberitahu kita bahwa kita perlu bersabar dan toleran, dan tidak kehilangan akal karena hal kecil, karena kegagalan banyak hal besar sering kali disebabkan oleh hal-hal kecil.
In Chinese history, there is an example that can verify the principle of “a small intolerance will lead to chaos in a big plan”, that is, Han Xin endured the humiliation of his crotch. At that time, Han Xin had the ability to kill the bad boy who was bullying him, but he chose to endure the humiliation by drilling through the bad boy’s crotch and letting the onlookers laugh at him for being a coward. However, instead of being afraid of the kid, Han Xin understood that his goal was not to fight and contend with people, but to raise his eyebrows on the big stage. If he killed someone because of a trivial matter, apart from venting his momentary resentment and letting others fear him, it would not help to realise his big plan but might do harm, and perhaps there would not be any Great General Han on the battlefield in the future.
Dalam sejarah Tiongkok, ada contoh yang dapat membuktikan prinsip “intoleransi kecil akan menyebabkan kekacauan dalam rencana besar“, yaitu Han Xin menanggung penghinaan di selangkangannya. Pada saat itu, Han Xin memiliki kemampuan untuk membunuh bocah nakal yang menindasnya, tetapi dia memilih untuk menanggung penghinaan dengan membiarkannya terjepit di antara selangkangan bocah nakal itu dan membiarkan orang-orang yang melihatnya menertawakannya karena pengecut. Namun, alih-alih takut pada anak itu, Han Xin memahami bahwa tujuannya bukanlah untuk berkelahi dan bersaing dengan orang lain, tetapi untuk unjuk diri di panggung yang lebih besar. Jika dia membunuh seseorang karena masalah sepele, selain melampiaskan kebencian sesaat dan membiarkan orang lain takut padanya, rencana besarnya akan berantakan, hal tersebut tidak akan membantu tetapi mungkin merugikan, dan mungkin tidak akan ada Jenderal Besar Han di medan perang masa depan.
In real life, if we cannot handle things with patience and tolerance, we may easily get impatient over a small matter, leading to the failure of the whole plan. People often make mistakes in the details, and tiny errors may trigger a chain reaction that eventually affects the smooth progress of the plan. Therefore, we need to cultivate ourselves from small things and focus on cultivation and cultivation in order to make accurate decisions and actions in big plans.
Dalam kehidupan nyata, jika kita tidak bisa menangani segala sesuatunya dengan kesabaran dan toleransi, kita mungkin mudah menjadi tidak sabar karena masalah kecil, sehingga menyebabkan kegagalan seluruh rencana. Orang sering kali membuat kesalahan dalam detailnya, dan kesalahan kecil dapat memicu reaksi berantai yang pada akhirnya mempengaruhi kelancaran kemajuan rencana. Oleh karena itu, kita perlu mengultivasi diri kita dari hal-hal kecil dan fokus pada kultivasi berulang kali agar dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat dalam rencana besar.
In order to achieve the “small intolerance, then mess up the big plan”, we need to have a certain character and quality. Firstly, we should learn to regulate our emotions, not to be impatient or lose our temper over trivial matters, but to have patience and the ability to think calmly. Secondly, we should cultivate a tolerant mindset, not to be too harsh on others’ mistakes, but to be good at understanding and tolerance. Lastly, we should remain humble and prudent, not pursuing superficial vanity and short-lived success, but focusing on inner enhancement and development.
Untuk mencapai hal tersebut, kita perlu memiliki karakter dan kualitas tertentu. Pertama, kita harus belajar mengatur emosi, tidak menjadi tidak sabar atau mudah marah karena hal-hal sepele, namun harus memiliki kesabaran dan kemampuan berpikir dengan tenang. Kedua, kita harus memupuk pola pikir yang toleran, tidak terlalu keras terhadap kesalahan orang lain, namun pandai dalam pengertian dan toleransi. Yang terakhir, kita harus tetap rendah hati dan bijaksana, tidak mengejar kesombongan yang dangkal dan kesuksesan sekejap, namun berfokus pada peningkatan dan pengembangan batin.
Only through such cultivation can we make wise choices in interpersonal interactions, not be deceived by falsehoods and not be disturbed by trivialities. By doing this, we are better able to maintain our strength and purpose, and not to be lost in external interference and environmental changes. At the same time, we will be able to better manage our relationships, gain more cooperation and support, and realise our big plans.
Hanya melalui kultivasi seperti ini kita dapat membuat pilihan bijak dalam interaksi antarpribadi, tidak tertipu oleh pujian kosong dan tidak diganggu oleh hal-hal sepele. Dengan melakukan hal ini, kita akan lebih mampu mempertahankan kekuatan dan tujuan kita, serta tidak tersesat dalam campur tangan eksternal dan perubahan suasana lingkungan. Pada saat yang sama, kita akan mampu mengelola hubungan kita dengan lebih baik, mendapatkan lebih banyak kerja sama dan dukungan, serta mewujudkan rencana besar kita.
In conclusion, the lessons of tricky speech and small intolerance remind us of the need to maintain a level-headed and patient attitude in handling affairs and getting along with others. By cultivating our character and cultivation, we can better cope with challenges and difficulties and achieve our goals in life. Let us always bear in mind the truth that “a small intolerance leads to a big plan”, become cultivated people and create a brighter future.
Kesimpulannya, hikmah dari ucapan yang licik dan sedikit intoleransi mengingatkan kita akan perlunya menjaga sikap berkepala dingin dan sabar dalam menangani urusan dan bergaul dengan orang lain. Dengan memupuk karakter dan kultivasi, kita dapat mengatasi tantangan dan kesulitan dengan lebih baik serta mencapai tujuan hidup kita. Mari kita selalu mengingat kebenaran bahwa “intoleransi kecil membawa kita pada rencana besar”, jadilah manusia yang terkultivasi dan ciptakan masa depan yang lebih cerah.
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).
Daftar Pustaka
https://img.freepik.com/free-photo/angry-aggressive-guy-grimacing-shaking-fist-threatening_176420-19633.jpg. Diakses 20 Oktober 2023.
Adegunawan, Suyena. 2018. Kompilasi 《四书》– Si Shu – Empat Kitab Klasik. Bandung. TSA.