Masih Adakah Cinta Dalam Sebungkus Cokelat?

Home » Artikel » Masih Adakah Cinta Dalam Sebungkus Cokelat?

Dilihat

Dilihat : 17 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 30
  • 124
  • 15,145
IMG-valentine

Oleh: Jo Priastana

 

Love, to be really love, has to be being-love, gift-love

(Osho)

 

          Bagi muda-mudi masa kini,  tanggal 14 Februari merupakan tanggal yang sangat berarti dan istimewa, yang dikenal sebagai Valentine’s Day. Pada hari Valentine itu muda-mudi akan memperingatinya dengan warna merah jambu, kadang disertai kartu ucapan love dalam bentuk hati berwarna merah, maupun sebuah bingkisan, sekuntum bunga, secarik kertas dan sebagainya.

Karenanya, hari Valentine yang dikatakan sebagai hari kasih sayang itu penuh dengan kandungan cinta dihati semua anak muda yang memperingatinya,. Dalam merayakan peringatan tersebut, biasanya sepasang muda-mudi saling menukar bunga, permen, coklat dan hadiah lainnya, sebagai ungkapan perasaan cintanya.

 Hari yang istimewa bagi muda-mudi dalam menyampaikan cintanya itu kini dirayakan pula melalui hiburan-hiburan dan pesta-pesta. Mal-mal dan  hotel-hotel, diskotik, café dan sejenisnya menyambut hari Valentine, dan seringkali dampak yang negatif pun menyertai pesta itu, dimana dalam suasana pesta itu mereka merangkainya dalam mencari pasangan untuk bercinta yang memungkinkan menggejalanya pergaulan bebas.

 

Hut Santa Valentine

Darimanakah awal mula atau asal dari tradisi yang kini identik dengan ungkapan kasih sayang dianatara muda-mudi ini? Dikisahkan bahwa pada tahun 489, Pope Gelasius penganut Kristen dari Prancis, mendeklarasikan 14 Februari sebagai hari peringatan buat Santa Valentine.

Valendtine’s Day dideklarasikan karena Valentine adalah figur seorang pendeta yang memiliki cinta dan kasih sayang yang besar terhadap seorang gadis, yang kemudian ia nikahi. Ia mengambil risiko menikahi gadis itu karena disaat itu kerajaan melarang seluruh laki-laki menikahi perempuan.

 Masyarakat Prancis dan Inggris sendiri pada awalnya telah meyakini tanggal 14 Februari sebagai awal bertemunya burung-burung. Pertemuan para burung itu kemudian mengilhami mereka, dan menganggapnya sebagai hari romantis, saat pasangan-pasangan kekasih saling bertemu. Mengingat pertengahan Februari adalah juga hari kematian Sang pendeta Valentine, maka jadilah 14 Februari sebagai hari Valentine. 

Di Inggeris sendiri, hari Valentine mulai semarak dirayakan sebagai hari bersejarah sekitar abad ke-17.  Pada pertengahan abad ke-18 muncul tradisi, para muda-mudi dan pasangan kekasih dari berbagai kelas bertukar hadiah atau catatan kecil yang saat ini berubah menjadi kartu ucapan.

 

Valentine’s Day

Tradisi ini kemudian menyebar sampai ke belahan Amerika dan kemudian ke seluruh daratan Eropa dan Asia, termasuk Indonesia. Di Amerika misalnya, setiap tahun pengirim kartu valentine menduduki tempat kedua setelah pengiriman kartu Natal, dan para remajanya menyelipkan hari kasih sayang itu dengan merayakannya sambil berpesta pora mengumbar hawa nafsunya.

 Sangat mengkhawatirkan kan, jika sepasang muda-mudi memanfaatkan moment itu dengan melakukan hubungan sex (free sex) atas dasar suka sama suka. Hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari memang telah dibaptis oleh anak-anak muda di seluruh dunia sebagai hari kasih sayang yang dikenal dengan sebutan Valentine’s Day, dan telah menjadi bagian gaya hidup anak muda masa kini, sebuah gaya hidup masyarakat yang katanya modern, gaul, dan fungky.

Namun untuk ini, tetap saja masih bisa dipertanyakan untuk mengembalikan makna hari Valentine yang sesungguhnya.  Masih adakah cinta atau kasih sayang yang tulus di hari kasih sayang itu, sebagaimana kasih sayang Valentine kepada kekasihnya? Masih adakah cinta yang tulus di dalam sebungkus coklat yang kau berikan, dan apakah kasih sayang yang tulus itu hanya bersemi di hari Valentine?

 

Menyalakan Lilin Cinta

Tidakkah lebih baik menjadikan hari Valentine sebagai kesempatan sepenuhnya unutk menghayati dan memaknai cinta. Cinta yang kadang misteirus dan sering tidak dimengerti. Cinta yang memang dibutuhkan semua orang dan kerap dinyatakan sebagai obat dalam menyembuhkan kesakitan hati manusia, dan yang selalu dirindukan, diperlukan  di dalam pertumbuhan dan perjalanan hidup manusia.

Baik kita simak saja, apa kata Begawan Osho tentang cinta, sebuah kutipan tentang cinta dari sekian banyak kata-kata Cinta, yang mungkin baik untuk menghayati dan memaknai dan memahami tentang cinta.

“falling in love, you remain a child: rising in love, you mature. By and by love becomes not a relationship. It becomes a state of your being. Not that you are in love – now you are love”.  

Kita adalah cinta itu sendiri, menumbuhkan pribadi yang penuh cinta, menjadikan diri tiada lain adalah cinta itu sendiri, dan dengan begitu dapat memaknai bahwa cinta itu universal. Semua membutuhkan cinta, cinta menyembuhkan semua, sebagaiman doa dan harapan Buddha: “Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata, Semoga Semua Makhluk Berbahagia”.

Mari kita nyalakan lilin cinta yang siap berkoban dan berbagi untuk pencerahan dan kebahagiaan semua. lilin cinta menyala, menerangi dunia, membagi cahaya ke seluruh semesta. Berbagi cinta saling meneruskan cahaya penerang yang tidak akan pernah berkurang. Ribuan lilin dapat dinyalakan dari satu lilin dan nyalanya tidak akan berkurang. Begitupun kebahagiaan didasari cinta tidak akan pernah berkurang walau dibagi-bagi. (JP)

***

Butuh bantuan?