Melirik Lagu “Meraih Bintang” Via Vallen (1) – Meraih kesuksesan dan Hidup Bernilai

Home » Artikel » Melirik Lagu “Meraih Bintang” Via Vallen (1) – Meraih kesuksesan dan Hidup Bernilai

Dilihat

Dilihat : 144 Kali

Pengunjung

  • 22
  • 16
  • 31
  • 30,859

Oleh: Jo Priastana

 

“Kehidupan Yang Tidak Teruji adalah Kehidupan Yang Tidak Bernilai”

(Socrates, Filsuf Yunani)

Lagu Meraih Bintang merupakan lagu resmi “official theme song” Asian Games 2018. Lagu ini dibawakan oleh Via Vallen dan tampaknya masih banyak orang yang mendengarnya dan senang mendengarnya. Lagu itu, tidak hanya karena dinyanyikan oleh perempuan cantik, nada dan irama yang menyemangati namun juga esensi dan lirik lagu yang mengajak orang untuk bergerak meraih kesuksesan. 

Sebagai produk budaya populer dan dipergunakan sebagai sebuah penanda untuk kesuksesan, makna lirik lagu Meraih Bintang dapat ditinjau dari studi semiotika dan juga dalam perspektif Buddhadharma. Makna lagu yang memberi semangat dalam pencapaian di bidang olah raga tersebut memiliki kesesuaian dengan ajaran dan spiritualitas Buddha yang memiliki tujuan dalam meraih kesuksesan spiritual dalam kehidupan dan cita-citanya menjadi Buddha. 

Ilmu semiotika mencoba memahami esensi dan makna sebuah penanda secara interpretatif-konstruktif dan menemukan makna konotatifnya. Begitu pula ketika mengkaji dari perspektif spiritualitas Buddhadharma dalam melirik lagu “Meraih Bintang” yang dibawakan oleh Via Vallen itu. Lagu Meraih Bintang yang khusus diciptakan untuk pesta olahraga bangsa Asia di tahun 2018 itu seakan mengingatkan bahwa dalam olahraga pun memiliki terkandung spiritualitas, tentang sebuah semangat untuk meraih kesuksesan dan keberhasilan yang mengandaikan kesesuaian, keharmonisan dari jiwa dan raga dan hidup yang bernilai.

 

Jiwa dan Raga Sehat

Orang Yunani menyatakan: men sana in corpora sano: dalam badan yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Bukankah bangsa Yunani menciptakan Olympiade untuk membangun nilai-nilai luhur bagi para pemudanya. Karenanya, menjadi sangat relevan bila lirik lagu Meraih Bintang itu mengandung makna spiritualitas sebagaimana spiritualitas yang juga terkandung dalam Buddhadharma. Dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang kuat, dan dalam jiwa yang kuat terwujud badan yang sehat.

Dalam perspektif Abhidhamma ajaran Buddha dikatakab bahwa manusia merupakan kesatuan dari rupa dan nama (jasmani dan rohani). Segala aspek yang berkenan dengan nama atau rohani akan memberi pengaruh pada jasmani atau rupa, dan begitu pula sebaliknya. Karenanya keseimbangan kerja diantara keduanya harus tetap terpelihara dan terjaga.

Lagu Meraih Bintang sebagai lagu resmi Asian Games 2018 dan diciptakan khusus untuk menyemangati para atlit yang sedang berlaga dalam pesta olahraga negara-negara di Asia. Lrik lagu Meraih Bintang menyemangat pada olahragawan, mengisi aspek kognitifnya dan menggerakkan aspek afektifnya dalam nada yang begitu riang penuh semangat sehingga aspek psikomotorik pun menjadikan fisik bergerak.

Olahraga juga tidak sekedar persoalan menang kalah dan dalam meraih kemenangan meski motto olimpiade sejak zaman Yunani kuno mengatakan:  citius, altius, dan fortius: lebih cepat, lebih tinggi, dan lebih kuat. Ada nilai keutamaan di balik motto tersebut yang berkenan dengan fair plat dan suportivitas. 

Di balik motto itu dan semboyan olahraga: vini vidi vici, saya datang, saya bertanding dan saya menang juga terkandung nilai keutamaan seperti sportivitas dan solidaritas. Begitu pula di balik motto olahraga men sana in corpora sano, di balik badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat, jelas terkandung makna bahwa olahraga adalah juga sarana pembentukan jiwa dan spiritualitas manusia.

Bangsa Yunani melahirkan pesta olahraga Olimpiade, sebuah pesta olahraga yang diselenggarakan juga dengan maksud sebagai perwujudan keutamaan manusia dan nilai-nilai luhur. Ada makna filosofi dan spiritualitas di balik keindahan berlaga dalam olahraga. Begitu pula dalam melirik lagu Meraih Bintang itu terkandung makna nilai-nilai spiritual yang dapat diinterpretasi dan dikonstruksi dalam perspektif Buddhis sehingga terlihat adanya kesesuaian pesan dan makna dengan nilai-nilai Buddhadharma.

Spiritualitas berhubungan dengan tubuh. Buddhadharma menyatakan manusia terdiri dari kesatuan rupa dan nama, atau badan dan jiwa. Kesatuan badan dan jiwa yang menunjukkan bahwa badan dan jiwa saling berhubungan satu sama lain. Gejala yang tampak pada badan mencerminkan apa yang terkadung dalam jiwa, begitu pula, segala apa yang bergejolak dalam jiwa terwujud dalam badan.

Dalam perspektif psikologi Buddha, badan merupakan sisi jiwa atau nama bagian luar, sedangkan jiwa adalah badan atau rupa bagian dalam. Begitulah rupa dan nama saling bekerja sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan melirik lagu “Meraih Bintang” kita akan mendapati lirik-lirik lagu yang memperlihatkan pesan akan kesatuan badan dan jiwa itu di dalam meraih sesuatu, keberhasilan dan kesuksesan yang melibatkan sepenuhnya daya-daya jiwa dan dinamika badan.

 

Komunikasi dan Semiotika

Secara semiotika, sebuah tanda merupakan bentuk komunikasi, sebuah tanda mengandung pesan makna yang mau disampaikan. Lagu juga merupakan sebuah tanda yang memiliki makna konotatif. Lagu sebagai suatu bentuk komunikasi yaitu penyampaian pesan yang berisikan makna. Lagu Meraih Bintang yang menjadi fenomenal dapat termasuk dalam kajian semiotika komunikasi yang menekuni tanda sebagai bagian dari proses komunikasi.

Semiotika merupakan ilmu komunikasi tentang tanda, tokoh-tokohnya, Ferdinand de Saussure, Charles Sanders Pierce, Roland Barthes, Schleimacher, dan lain-lainnya. Begitu pula dalam Buddhadharma, semiotika mendapat tempat yang sangat berarti karena Buddhadharma kaya dengan simbol-simbol yang berisikan pesan-pesan ajaran Buddha.

Dalam kehidupan sehari hari, manusia tidak akan bisa lepas dari peran komunikasi. Menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss (Mulyana, 2004:69) komunikasi merupakan proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih. Ada komunikasi interpersonal, intrapersonal, kelompok dan komunikasi massa. Komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan pesan, baik yang bersifat verbal ataupun non verbal.

Dalam model komunikasi Laswell terdapat unsur-unsur komunikasi yang terdiri dari: komunikator, pesan (lisan atau tulisan), media, komunikan dan efek (Sumartono, 2004:4).

Pada lagu, musik juga suatu bentuk komunikasi. Ada ada pesan yang hendak disampaikannya, seperti pada lirik lagu terkait pada bahasa.

Lagu meski ada bunyi nada sebagai sebuah lagu juga mengandung lirik, dan teristimewa adalah adanya  hubungan bunyi dan kata-kata atau lirik lagu. Apa yang menarik komponis pada sebuah sajak atau lirik sama dengan apa yang di jumpai seseorang penyanyi dan seorang pembaca yang musical dalam sajak itu: yakni musikalitas dari sajak (Soekarno, 2006; 176).

Lagu Meraih Bintang merupakan lagu resmi atau “official theme song” Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus sampai 2 Sepetember 2018. Lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi Via Vallen pada acara pembukaan Asian Games, 18 Agustus 2018 begitu mempesona, mengesankan sehingga dalam waktu singkat lagu tersebut dinyanyikan dalam berbagai bahasa oleh penyanyi tenar: Malaysia, Thailand, Mandarin, Korea, Jepang, India dan lainnya.

Lagu itu memberi impresi yang sangat kuat dan menjadi mitos yang secara bebas tak putusnya dinyanyikan, diinterpresi dan dikonstruksi. Lagu beserta bunyi dan liriknya dapat dijadikan sarana untuk penyampaian pesan moral dan pemberi dukungan, inspirasi dan motivasi, serta perubahan sikap moral, keyakinan, maupun melepaskan prasangka. Hadirnya lagu Meraih Bintang dalam perhelatan Asian Games 2018 yang memiliki motto “Energy of Asia,” menjadi sungguh-sungguh telah berdaya-berenergi menghadirkan kebersamaam bangsa-bangsa di Asia.

 

Lagu Meraih Bintang

Marilah kita dendangkan lagu “Meraih Bintang” itu sambil meresapi pesan dan makna yang terkandung dari lirik-liriknya:

Setiap saat setiap waktu. Keringat basahi tubuh. Ini saat yang kutunggu. Hari ini kubuktikan. Ku yakin aku kan menang. Hari ini kan dikenang. Semua doa kupanjatkan. Sejarah kupersembahkan. Terus fokus satu titik. Hanya itu titik itu. Tetap fokus kita kejar. Lampaui batas. Yo, yo ayo, yo ayo yo yo yo ayo. yo ayo yo yo yo ayo, yo ayo. Terus fokus satu titik. Hanya itu titik itu. Tetap fokus kita kejar. Dan raih bintang. Yo, yo ayo, yo ayo yo yo yo ayo, yo ayo yo yo yo ayo, yo ayo. Kalau menang berprestasi. Kalau kalah jangan frustrasi. Kalau menang solidaritas. Kita galang sportivitas. Yo yo ayo, yo ayo yo yo yo yo ayo, Yo ayo yo yo, yo ayo, yo ayo yo yo. Kita datang, kita lihat, kita menang. Yo yo ayo, yo ayo yo yo yo yo ayo. Yo ayo yo yo ayo, yo ayo yo yo ayo.

Lirik-lirik dalam lagu “Meraih Bintang” merupakan sebuah tanda atau bahasa yang mengandung pesan yang dapat dibaca secara hermeneutik atau interpretatif. Teori semiotika Ferdinand de Saussure, (lahir di Jenewa tahun 1857) mengatakan tentang tanda bahasa yang mempunyai dua segi, yaitu: siginifier dan signified, penanda dan petanda.

Penanda (siginifier) adalah “bunyi yang bermakna’ atau ‘coretan yang bermakna’. Penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah aspek spiritual pesan atau makna. (Kaelan, 2009: 184-185). Pesan universal lagu “Meraih Bintang” yang juga dapat dibaca dalam konteks Buddhadharma. (JP) ***

 

  • REDAKSI MENYEDIAKAN RUANG SPONSOR (IKLAN) Rp 500.000,- PER 1 BULAN TAYANG. MARI BERIKLAN UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM
  • REDAKSI TURUT MEMBUKA BILA ADA PENULIS YANG BERKENAN BERKONTRIBUSI MENGIRIMKAN ARTIKEL BERTEMAKAN KEBIJAKSANAAN TIMUR (MINIMAL 800 KATA, SEMI ILMIAH)
  • SILAHKAN HUBUNGI: MAJA 089678975279 (Chief Editor)
Butuh bantuan?