Oleh: Xie Zhen Ming 谢峥明
Tit…Tit… Tit… Smartphone saya berdering dan bergetar, tanda pesan masuk pada aplikasi WA. Ternyata, seorang siswa telah mengirim pesan:”Lao shi, hari ini saya tidak bisa datang les karena banyak tugas sekolah dan ulangan.””Ok. Mei guan xi, jia you! (Baik, tidak apa-apa, semangat!)” Dari 8 murid, 7 orang mengabarkan tidak bisa ikut les dengan berbagai alasan. Saya pun menyusun sebuah rencana untuk menonton bioskop di 21, film yang menarik hati adalah: Avatar. Sesampainya di tempat tujuan saya terkejut karena melihat 1-2 murid saya yang ijin tidak masuk juga hendak nonton. Rasa terkejut itu sampai pada puncaknya ketika mengetahui jika mereka ber-8 sudah membuat janji untuk nonton bersama. Dalam hati bertanya-tanya, mengapa anak-anak sekarang masih kecil-kecil sudah pandai berbohong ya?!
Sebuah referensi dalam internet mengatakan: terdapat 3 kebiasaan orang tua, yang tanpa disadari mengajarkan anak untuk berbohong. Pertama, memberikan ancaman yang tidak ditepati. Ancaman yang ditepati, sama dengan kata-kata omong kosong. Sejatinya, ancaman biasa digunakan orang tua agar anak mau menuruti atau menghindari perilaku/ perbuatan yang dilarang. Namun sayangnya orang tua terkadang memberikan ancaman yang berlebihan. Yang mana, ancaman tersebut sulit direalisasikan. Contohnya: “Ayo lekas pamit dan pulang, nanti mama tinggal sendiri di rumah a yi lho”. Kedua, berjanji yang tidak ditepati. “Nanti mama belikan baju baru” “Nanti kalau mama mengisi khotbah di Pak Kik Bio, mama belikan mainan.” “Besok saja kita mainnya, papa hendak rapat FKUB provinsi.” Tapi semuanya PHP, tak terwujud. Ketiga, menakuti dengan sesuatu yang tidak benar. “Eh kalau masih nangis nati digigit nyamuk“. “Nak tidurlah, kalau tidak tidur didatangi hantu lho“.Meskipun sekilas seperti main-main saja, ini jelas-jelas ngajarkan berbohong.
Usai membaca artikel dalam internet, saya menjadi teringat akan sebuah cerita. Alkisah, pada suatu hari istri Zeng Zi ingin pergi ke pasar. Anak mereka mengetahui hal itu dan ingin sekali ikut pergi bersama. Karena Sang ibu keberatan untuk mengajaknya, ia mengekspresikan kekecewaannya dengan menangis. Untuk menenangkan hatinya, sang ibu berbohong:” Nanti, sepulang dari pasar akan ibu masakkan daging babi kesukaan mu.” Ketika pulang dari pasar, sang istri mendapati Zeng Zi bersiap hendak menangkap babi untuk disembelih. Sang istri berkata:” Untuk apa kau menangkap seekor babi? Aku tadi hanya bermaksud menghibur hati anak-anak.” Zeng Zi berkata: ” Anak-anak tidak tahu apa-apa dan bergantung pada orang tua mereka untuk belajar dan mengikuti ajaran orang tua mereka. Sekarang dengan membujuknya, kamu telah mengajarinya untuk berbohong. Jika seorang ibu membohongi putranya, putranya tidak akan lagi mempercayai perkataan ibunya, ini bukan cara yang benar dan tepat untuk mendidik seorang anak.” Zeng Zi segera menangkap babi itu dan memasaknya untuk dimakan.
Dalam kitab Li Ji礼记 IA. Qu Li bagian II. 5.17 tertulis:
幼子常视毋诳
yòu zǐ cháng shì wú kuáng
Seorang anak tidak diperkenankan melihat kebohongan biar sekejab
Selamat belajar, semoga bermanfaat dan memberikan inspirasi. Semoga ke depannya, bahan belajar kita bisa lebih menyeluruh tidak terkonsentrasi pada beberapa kitab Si Shu Wu Jing 四书五经 (Kitab suci agama Khonghucu). Yang jarang dibahas semoga banyak yang mempelajarinya dan mau berbagi ilmu. Jia you!
- REDAKSI MENYEDIAKAN RUANG SPONSOR (IKLAN) Rp 500.000,- PER 1 BULAN TAYANG. MARI BERIKLAN UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM
- REDAKSI TURUT MEMBUKA BILA ADA PENULIS YANG BERKENAN BERKONTRIBUSI MENGIRIMKAN ARTIKEL BERTEMAKAN KEBIJAKSANAAN TIMUR (MINIMAL 800 KATA, SEMI ILMIAH)
- SILAHKAN HUBUNGI: MAJA 089678975279 (Chief Editor)
Daftar Pustaka
Gambar: http://chinese-tales.blogspot.com/2009/04/zengzi-confucius-student-kills-pig.html. Diakses 16 Desember 2022.
Adegunawan, Suyena (陳書源 Tan Su Njan). 2018. Kompilasi《礼记》- Liji – Catatan Kesusilaan. Bandung. TSA.