Oleh: Xie Zheng Ming 谢峥明
Dalam arus era modern yang terus berkembang, menegakkan dan memajukan berbagai tradisi budaya menjadi sangat penting. Khususnya bagi negara dan wilayah dengan latar belakang sejarah dan budaya yang kaya, pelestarian tradisi budaya yang patut dicontoh menjadi tanggung jawab dan misi yang tidak dapat disangkal. Di Indonesia, negara yang penuh dengan nilai-nilai budaya yang beragam, budaya Konfusianisme secara konsisten memainkan peran penting. Namun, untuk benar-benar menegakkan dan mengembangkan budaya Konfusianisme, para pemimpin harus memimpin dengan memberi contoh, dengan tekun mempelajari Bahasa Mandarin Klasik. Melalui pemberian contoh pribadi, mereka dapat menginspirasi generasi mendatang dan secara efektif mencapai pelestarian dan pengembangan budaya.
In the ever-evolving currents of the modern era, upholding and advancing various cultural traditions is of paramount importance. Particularly for countries and regions with rich historical and cultural backgrounds, the preservation of exemplary cultural traditions becomes an undeniable responsibility and mission. In Indonesia, a nation brimming with diverse cultural values, Confucian culture has consistently played a significant role. However, to truly uphold and develop Confucian culture, leaders must lead by example, diligently studying Classical Chinese. It is through setting a personal example that they can inspire future generations and effectively achieve cultural preservation and development.
Ungkapan “memimpin dengan memberi contoh” berawal dari anekdot yang menggambarkan dengan jelas peran penting perilaku pribadi seorang pemimpin dalam sebuah organisasi atau masyarakat. Ketika Ji Kang Zi bertanya dua kali tentang masalah politik, Konfusius menekankan pentingnya pemimpin yang memimpin dengan memberi contoh. Hal ini mencerminkan penekanan Konfusianisme pada peran pemimpin sebagai panutan. Seperti pepatah kuno yang mengatakan, “Jika balok atas lurus, maka balok bawah pun lurus.” Perilaku pemimpin secara langsung memengaruhi etos masyarakat secara keseluruhan dan efektivitas pelestarian budaya.
The idiom “lead by example” finds its origins in anecdotes that vividly illustrate the crucial role of a leader’s personal conduct in an organization or society. When Ji Kang Zi inquired twice about political matters, Confucius emphasized the importance of leaders leading by example. This reflects the Confucian emphasis on the role of leaders as role models. As the ancient saying goes, “When the top beam is straight, so is the bottom beam.” The behavior of leaders directly impacts the overall societal ethos and the effectiveness of cultural preservation.
Tindakan lebih bermakna daripada kata-kata, sebuah prinsip yang memiliki makna khusus dalam konteks pelestarian budaya Konfusianisme. Bahasa Mandarin Klasik, sebagai salah satu bahasa representatif budaya tradisional, memungkinkan pemahaman dan transmisi budaya Konfusianisme yang lebih dalam. Prinsip inti Konfusianisme – kebajikan, kebenaran, kesopanan, kebijaksanaan, dan kepercayaan – memiliki asal-usul yang dalam dalam Bahasa Mandarin Klasik. Hanya dengan menguasai bahasa ini kita dapat benar-benar memahami kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya.
Actions speak louder than words, a principle that holds particular significance in the context of Confucian cultural preservation. Classical Chinese, being one of the representative languages of traditional culture, enables a deeper understanding and transmission of Confucian culture. The core tenets of Confucianism – benevolence, righteousness, propriety, wisdom, and trust – have deep origins in Classical Chinese. Only by mastering this language can we truly grasp the wisdom embedded within.
Bagi para pemimpin Konghucu di Indonesia, mempelajari Bahasa Mandarin Klasik harus dipandang sebagai tanggung jawab dan misi. Hanya melalui pemahaman yang mendalam tentang bahasa ini, mereka dapat melestarikan dan mengembangkan budaya Konghucu dengan lebih baik. Dengan memberi contoh, mereka menunjukkan rasa hormat dan nilai terhadap budaya tradisional, mendorong generasi muda untuk mempelajari dan menjunjung tinggi warisan budaya yang tak ternilai ini. Mempelajari Bahasa Mandarin Klasik tidak hanya memperdalam pemahaman tentang budaya Konghucu, tetapi juga memenuhi misi pelestarian budaya. Ini bukan hanya untuk pengembangan budaya nasional yang berkembang pesat, tetapi juga komitmen untuk mengeksplorasi dan melestarikan akar budaya seseorang.
For the Confucian leaders in Indonesia, the study of Classical Chinese should be viewed as a responsibility and a mission. Only through a profound understanding of this language can they better preserve and develop Confucian culture. Leading by example, they demonstrate respect and value for traditional culture, encouraging younger generations to learn and uphold this invaluable cultural heritage. The study of Classical Chinese not only deepens the understanding of Confucian culture but also fulfills the mission of cultural preservation. This is not just for the flourishing development of national culture but also a commitment to the exploration and preservation of one’s cultural roots.
Oleh karena itu, para pemimpin Konghucu di Indonesia perlu menyadari pentingnya mempelajari Bahasa Mandarin Klasik untuk pelestarian dan pengembangan budaya Konghucu. Hanya dengan memberi contoh, dengan memimpin dalam pembelajaran, mereka dapat menetapkan standar budaya baru bagi generasi mendatang. Pelestarian dan pengembangan budaya Konghucu bergantung pada upaya tekun setiap pemimpin dan dedikasi generasi muda untuk belajar, melestarikan, dan memajukan. Marilah kita bekerja sama untuk menegakkan tradisi budaya yang patut dicontoh, meneruskan warisan budaya Konghucu, dan berkontribusi pada perkembangan budaya dan keberlangsungan tradisi.”
Therefore, the Confucian leaders in Indonesia need to recognize the significance of studying Classical Chinese for the preservation and development of Confucian culture. Only by leading by example, by taking the lead in learning, can they set a new cultural standard for future generations. The preservation and development of Confucian culture hinge on the diligent efforts of every leader and the dedication of the younger generations to learning, preserving, and advancing. Let us work together to uphold exemplary cultural traditions, carry forward the heritage of Confucian culture, and contribute our part to the flourishing of culture and the continuity of traditions.”
“Bila diri telah lurus, dengan tanpa memerintah semuanya akan berjalan beres. Bila diri tidak lurus, sekalipun memerintah tidak akan diturut. Kalau seseorang dapat meluruskan diri, apa sukarnya mengurus pemerintahan? Kalau tidak dapat meluruskan diri, bagaimanakah mungkin meluruskan orang lain?”
“When a prince’s personal conduct is correct, his government is effective without the issuing of orders. If his personal conduct is not correct, he may issue orders, but they will not be followed. If a minister make his own conduct correct, what difficulty will he have in assisting in government? If he cannot rectify himself, what has he to do with rectifying others?”
(Lun Yu, Zi Lu)
认识到学习汉语–文言文对于传承和发展儒家文化的重要性
在不断进步的时代潮流中,传承和发展各种文化传统显得尤为重要。尤其对于拥有丰富历史文化背景的国家和地区来说,传承优秀文化传统更是当仁不让的责任与使命。在印尼,作为一个充满着多元文化和价值观的国家,儒家文化一直扮演着重要的角色。然而,要想真正传承和发展儒家文化,领导者们必须以身作则、努力学习汉语-文言文,为后辈树立榜样,才能真正实现文化的传承和发展。
“以身作则”这个成语来源于典故,清晰地阐述了一个以身作则的领导者对于组织或社会的重要性。季康子两次问政,孔子回答都是执政者以身作则。这反映了儒家思想对于领导者榜样作用的强调。正如古人云:“上行下效,上梁不正下梁歪。”领导者的行为模范将直接影响到整个社会风气及文化传承的效果。
言传不如身教,对于儒家文化传承来说,尤为重要。正因为汉语-文言文是传统文化的代表性语言之一,学习汉语-文言文可以帮助我们更深入地理解和传承儒家文化。儒家的核心理念——仁、义、礼、智、信等在汉语-文言文中有着深厚的渊源,只有真正掌握这门语言,我们才能更好地领会其中蕴含的智慧。
对于印尼的儒家领导者来说,学习汉语-文言文更应成为一种责任和使命。只有深度理解这门语言,才能更好地传承和发展儒家文化。以身作则,展现出对传统文化的尊重和重视,呼吁广大后辈学习并传承这份宝贵的文化遗产。汉语-文言文的学习不仅有助于加深对儒家文化的理解,更能实现文化传承的使命。这不仅是为了国家文化的繁荣发展,也是对自身文化根脉的追寻和坚守。
因此,印尼的儒家领导者们应该认识到学习汉语-文言文对于传承和发展儒家文化的重要性。只有以身作则、率先学习,才能为后辈树立起崭新的文化风采。儒家文化的传承与发展离不开每一位领导者的努力,更需要后辈踏实学习、传承发展。让我们共同努力,传承优秀文化传统,把儒家文化传承与发展进行到底,为文化的繁荣和传统的传承贡献自己的一份力量。
其身正,不令则行;其身不正,虽令不从……苟正其身矣,于从政乎何有?不能正其身,如正人何?
《论语·子路 (Adegunawan, 2018) 》
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).
Daftar Pustaka:
Adegunawan, S. (2018). Kompilasi Si Shu Empat Kitab Klasik. USA.
Gambar: https://images1.epochhk.com/pictures/189565/20180911023519480-1111@1200×1200.jpg. Diakses 19 Agustus 2024.