Oleh: Xie Zhen Ming 谢峥明
Kebiasaan sebagian besar manusia senantiasa memiliki kebiasaan ingin bertumbuh secara cepat, ingin menyelesaikan segala sesuatu se-segera mungkin. Kalau bekerja, ingin pekerjaan selesai secepat-cepatnya agar besok bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lain, dalam studi ingin segera selesai studi agar bisa meneruskan studi yang lebih tinggi, ingin cepat dan ingin buru-buru membuat segala sesuatunya kehilangan esensi dan nilai, karena semua terlalu pragmatis. Sebenarnya tidak salah bersifat pragmatis, hanya saja bila terlalu pragmatis akan terjadi banyak degradasi makna karena orientasi kepada tujuan semata, bukan pada proses.
Alkisah, pada akhir periode musim semi dan musim gugur春秋末期 terdapat sebuah kerajaan yang bernama: Qi齐国. Suatu hari, sang raja: Qi Jing Gong齐景公, sedang bertamasya di tepi laut, tiba-tiba seorang utusan datang menghadap. Ternyata, si utusan mengabarkan jika: “Sang perdana menteri: Yan Ying 晏婴, mendadak sakit parah dan mengalami kritis! ” Yan Ying merupakan pejabat senior dan banyak berjasa terhadap kerajaan Qi. Mendapat kabar tersebut, baginda Qi Jing Gong merasa sangat cemas, segera kembali ke ibukota. Beliau memilih pengemudi kereta kuda, kereta, kuda terbaik dengan harapan dapat cepat sampai ke tujuan.
Sepanjang perjalanan, baginda Qi Jing Gong berulang kali mengatakan: “Lebih cepat! Lebih cepat lagi!” Meskipun kereta telah berjalan sangat cepat, baginda Qi Jing Gong masih merasa itu terlalu lambat. Oleh sebab itu, beliau merebut kendali keret dari kusir. Selah menyaisi sendiri kereta untuk sementara waktu, beliau masih merasa kurang cepat. Baginda Qi Jing Gong merasa sangat cemas sampai-sampai melompat keluar dari kereta dan berlari.Setelah berlari beberapa saat, beliau berkeringat-kehabisan napas karena kelelahan. Tentu saja secepat apapun baginda Qi Jing Gong berlari tidak bisa lebih cepat daripada kuda yang berkaki empat.
Cerita di atas isinya kurang lebih hampir sama dengan sebuah proverb dalam bahasa Inggris yang berbunyi: haste makes waste. Dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan dari kita menginginkan segala sesuatunya bisa lebih cepat untuk tercapai. Ingin cepat kaya, ingin cepat naik pangkat, ingin cepat punya pasangan. Begitu pula dengan saya pribadi. Pada kenyataannya kita semua harus belajar untuk bersabar menikmati proses yang sedang terjadi.
Setelah beberapa tahun belajar bekerja, wajar saja jika memikirkan untuk hidup berpasangan. Waktu itu, saya punya keinginan: dari hasil bekerja, sebagian ada yang bisa disisihkan untuk membelikan sesuatu yang berharga untuk orang yang terpilih. Kesempatan itu beberapa kali ada, sayang tidak happy ending. Ada yang ditolak mentah-mentah, ada juga yang dikembalikan. Sampai akhirnya, beberapa waktu yang lalu, niatan ini baru terealisasikan. Saya sangat bersyukur sekali.
Nabi Kong Zi dalam kitab Lun Yu jilid XIII. 17 mengajarkan kepada kita semua untuk menikmati proses yang sedang berjalan, sabar, mengabaikan keuntungan/hal-hal kecil di depan mata demi mencapai tujuan yang lebih besar. Ingin lebih awal sampai di tempat kerja ya bangun lebih awal, berangkat lebih awal adalah solusi yang terbaik. Ngebut di jalan raya/menerobos lampu merah sangat beresiko. Terkena tilang justru menambah lama waktu perjalanan kita. Mengisi air dalam wadah adalah hal sederhana. Karena ingin cepat selesai, kita besarkan kran airnya. Wadah kecil, tekanan air besar, air meluber kemana-mana. Bukannya pekerjaan cepat selesai, justru mendapatkan tambahan pekerjaan: mengepel ceceran air.
子夏为莒父宰,问政。子曰:“无欲速,无见小利。欲速,则不达,见小利,则大事不成。(《论语·子路》)
Zi xià wèi jǔ fù zǎi, wèn zhèng. Zǐ yuē:“Wú yù sù, wú jiàn xiǎo lì. Yù sù, zé bù dá, jiàn xiǎo lì, zé dàshì bùchéng.(“Lúnyǔ – zilù”)
Cu-he menjadi Kepala Daerah Ki-hu bertanya tentang pemerintahan. Nabi bersabda: “Janganlah ingin cepat-cepat berhasil dan janganlah mengutamakan keuntungan kecil. Kalau engkau ingin cepat-cepat berhasil, engkau takkan maju. Kalau engkau mengutamakan keuntungan kecil, perkara-perkara besar takkan dapat kau sempurnakan.”
Selamat beraktivitas, semoga kabar baik menanti kita semua. Shanzai
Daftar Pustaka
Adegunawan, Suyena. 2018. Kompilasi Si Shu Empat Kitab Klasik The Classic of Four Books. Bandung. Penerbit TSA.