Nilailah Seseorang Dari Tampilan Fisiknya

Home » Artikel » Nilailah Seseorang Dari Tampilan Fisiknya

Dilihat

Dilihat : 51 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 5
  • 31
  • 25,991
unnamed

Ditulis oleh: Gifari Andika Ferisqo 方诸德

 

Don’t judge the book by its cover! Itu adalah kalimat yang banyak orang katakan dan sering kali kita mendengarnya terutama dari kalangan orang Barat. Anjuran yang mengajak kita supaya tidak melihat hanya dari bungkusnya saja melainkan melihat dari isinya. Namun apakah itu sepenuhnya benar dan kita harus selalu mempratikkannya? Tidak juga! Jika kita melihat dari sudut pandang orang Barat, maka sebagai seorang yang belum mengetahui sisi-sisi dan karakter orang lain, rasanya tidak pantas jika kita memberikan penilaian bahwa si A itu jelek, si B itu pintar, si C itu keras hati, terlebih jika kita hanya melihat dari foto semata. Ketidak pantasan ini hadir karena setiap manusia memiliki dua sisi, seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan yaitu kelebihan dan juga kekurangan. 

Setiap manusia yang tampak memiliki kelebihan segudang, pasti juga memiliki kelemahan. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang tampak biasa-biasa saja, pasti juga memiliki kelebihan yang tersembunyi di balik sosoknya yang terlihat biasa saja. Sehingga menurut sudut pandang orang Barat, sudah sepantasnya kita tidak boleh memberikan penilaian atas sesuatu yang tampak sebagai kekurangan orang lain. Entah itu berdasarkan penampilan, fisik, warna kulit, maupun materi. Karena di balik itu semua, ada kelebihan dan kekurangan yang belum kita ketahui. 

Namun, dalam sudut pandang orang Timur, ini adalah kebalikannya. Tidak selalu benar bahwa kita tidak bisa menilai seseorang atau sesuatu hanya dari tampilan luarnya saja. Ketika kita melihat seseorang pada saat pandangan pertama, lalu mengenalinya dari isi pikiran dan percakapan yang diutarakan, ditambah dengan body language yang dimilikinya, rasanya kita jadi bisa menilainya pada tahapan pertama. Apalagi jika perasaan (intuisi) turut berperan memberitahu tentang seseorang tersebut. Penilaian pada tahapan ini berdasarkan hasil kumpulan analisis, perasaan (intuisi), serta tampilan fisik, dan memang ini juga bisa dikatakan subyektif tetapi juga bisa dikatakan obyektif jika dilandasi dengan ilmu yang mendasarinya.

 

Menilai Seseorang dari Wajah Berdasarkan Feng Shui ()

Mempelajari sifat seseorang dari wajah dalam Feng Shui (风水) juga biasa disebut dengan xiangshu (相术, terkadang disebur xiangmian 相面) yang berarti seni menilai, menganalisis dan mengamati wajah yang mana ilmu ini berasal dari Tiongkok, yang muncul muncul pertama kali pada abad ke-6 SM. Munculnya xiangshu (相术) pada mulanya hanya dianggap sebagai spesialisasi dari para Tao Shi (, Pendeta Tao), kemunculannya juga tidak dilatarbelakangi oleh ajaran apapun. Namun seiring dengan perkembangannya, banyak literatur yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara xiangshu (相术) dengan tiga ajaran besar yaitu Taoisme (道教), Konfusianisme (儒教) dan Buddhisme  (佛教). 

Menurut para praktisi xiangshu (相术) klasik, wajah manusia terbagi dalam 130 posisi dan titik-titik yang berjumlah banyak. Posisi-posisi tersebut      dikelompokkan dalam berbagai kategori. Salah satu kategori yang dianggap penting adalah kategori “Tiga Bagian Wajah” (三停) karena analisis pada kategori ini merupakan langkah pertama sebelum menganalisis instrumen wajah manusia atau titik-titik yang terdapat pada wajah dalam xiangshu (相术). 

Dalam kategori “Tiga Bagian Wajah” (三停), wajah manusia dibagi dalam  tiga bagian besar yakni bagian langit (), manusia (), dan bumi (). “Tiga Bagian Wajah” (三停), untuk lebih mudahnya adalah, (1) bagian Langit () dimulai dari garis rambut sampai dengan alis  mata atau daerah dahi. Bagian ini menunjukkan kualitas hidup manusia pada masa kecil sampai dengan usia 22 tahun. (2) bagian Manusia () dimulai dari alis mata sampai dengan ujung hidung bagian bawah. Bagian tengah ini merepresentasikan kualitas hidup manusia pada pertengahan umur, yakni usia 23-49 tahun. (3) bagian Bumi () adalah sisanya, yakni dari ujung hidung bagian bawah sampai dengan dagu. Bagian bawah dari wajah ini memperlihatkan kualitas hidup manusia pada masa tua, dimulai dari usia 50 tahun. 

Pembagian tersebut didasarkan atas pemikiran bahwa dalam kehidupan terdapat hubungan yang erat antara kekuatan-kekuatan langit (), manusia () dan bumi ( ) yang sesungguhnya. Langit ( ) dan bumi ( ) merupakan perumpamaan dari bapak dan ibu dari semua makhluk yang ada di bumi. Sedangkan manusia () merupakan bentuk perwujudan kesatuan langit () dan bumi (). 

Perlunya keseimbangan antara langit, bumi dan manusia juga diterapkan pada pembagian wajah dalam xiangshu (相术). Sejalan dengan konsep yin () dan yang () yang mengungkapkan keselarasan dalam kehidupan manusia, maka ketiga bagian wajah manusia dalam kategori kategori “Tiga Bagian Wajah”  (三停) juga harus seimbang atau berukuran sama. Jika salah satu bagian berukuran kurang dari sepertiga bagian wajah, maka seseorang dianggap akan mendapatkan berbagai kesulitan atau membutuhkan lebih banyak perjuangan dalam kehidupannya pada periode usia tertentu sesuai dengan bagian yang ukurannya lebih kecil tersebut. 

Sebagai contoh, bagian langit () yang pendek dan sempit mengindikasikan masa kanak-kanak yang kurang bahagia sehingga bisa berdampak pada masa dewasanya memiliki persepsi diri yang terganggu, dan sering merasa insecure sehingga bisa menjadi sering waspada pada lingkungan sekitar atau jika mendapat suatu jabatan tinggi bisa menjadi narsistik dan manipulatif. Sedangkan dahi atau bagian langit () yang lebar dan tinggi mengindikasikan seseorang yang menikmati masa kecil yang indah dan bahagia sehingga saat dewasa bisa menjadi pribadi yang menyenangkan, baik, dan good looking sehingga tidak menularkan efek negatif dari hasil trauma masa kecilnya pada orang lain. 

Berdasarkan xiangshu (相术), bentuk wajah manusia dianggap  dapat mencerminkan watak atau sifat manusia. Walaupun demikian, secara keseluruhan xiangshu (相术) juga tetap memperhatikan proporsi rambut, dahi, mata, pipi, hidung dan dagu, semakin proporsional maka semakin good looking dan kemungkinan semakin baik watak/sifatnya. Itu hanya sedikit dari uraian mengenai penilaian seseorang berdasarkan penampilan fisik menurut feng shui () dalam xiangshu (相术), dan jika diuraikan lebih lanjut maka akan sangat panjang dan akan dibahas kembali pada artikel yang lain.

 

Bentuk Fisik dan Sifat dalam Perspektif Buddhisme

Manusia dalam pandangan Buddhisme (佛教) adalah kombinasi psikofisik, yaitu batin dan materi/badan jasmani (nāma dan rūpa), berupa lima kelompok unsur kehidupan/ lima agregat (pañcakkhandha). Empat dari lima kelompok tersebut, perasaan (vedanā), persepsi (saññā), bentukan-bentukan mental (saṅkhārā) dan bentuk kesadaran (viññāṇa) adalah kelompok batin (nāma), satu kelompok lainnya adalah materi (rūpa) yang terdiri dari empat unsur utama (cattāri mahābhūtāni) yang membentuk tubuh atau fisik seorang manusia. Dengan demikian, nāma sebagai dasar psikologis dan rūpa sebagai dasar fisiologis manusia. Jika dianalisis dalam Buddhisme (佛教) manusia terdiri dari batin dan fisik yang telah diuraikan dalam Abhidhamma

Dalam Abhidhamma ada empat macam keadaan yang menyebabkan timbulnya materi atau fisik badan kita dan mempengaruhi watak/sifat dari seseorang, yaitu (1). Kamma (perbuatan) atau kehendak yang berada di dalam 25 macam kesadaran yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, (2). Citta (kesadaran), ada 75 macam kesadaran yang berperan, (3). Utu (temperatur atau suhu), (4). Ahara (sari makanan atau gizi).

Keempat unsur inilah yang membentuk tampilan wajah dan fisik seseorang dari semenjak dalam kandungan hingga dewasa dan menua sehingga membentuk watak/sifat seseorang menjadikan setiap orang unik atau berbeda satu sama lain. Meskipun ada orang kembar atau hasil dari cloning manusia sekalipun tetap akan berbeda beberapa bagian fisik dan watak/sifatnya karena ada beberapa unsur yang tidak didapatkan atau diberikan pada waktu dan tempat secara bersamaan secara persis. Atau mudahnya, kamma dan citta pasti berbeda walaupun utu dan ahara bisa sama, inilah yang menjadikan setiap orang memiliki perbedaan yang bisa dilihat dari fisik kemudian dianalisis sampai ke watak/sifatnya.

 

Konklusi 

Berdasarkan beberapa pengertian yang terkandung di dalam cabang ilmu filsafat, psikologi dan etika, maka dapat disimpulkan semua yang terkandung di dalam Buddhisme (佛教) dan feng shui (), kesemuanya bercampur sebagai bagian dari satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan dapat ditemukan di dalam Abhidhamma Pitaka maupun xiangshu (相术) yang merupakan merupakan salah satu jantung dari filsafat Timur. Lalu inti dari semua itu salah satu faktor terbesar yang membentuk fisik kita menjadi good looking yang kemudian mempengaruhi watak/sifat kita menjadi lebih baik adalah pikiran dari dalam yang mempengaruhi kerja dari sel-sel di dalam wajah dan tubuh kita sehingga membentuk wajah dan fisik kita.

Sebagai contoh, orang yang stress akan tampak menua dan jelek secara fisik karena di dalam pikiran banyak sel-sel yang tidak bekerja dengan baik sehingga mempengaruhi aura negatif ke dalam dan luar dirinya, serta membentuk sifat-sifat atau watak yang jelek sehingga tidak disukai orang karena tampilan wajah yang jelek dan juga watak/sifat yang jelek membuat orang di sekitarnya tidak nyaman dan takut terpengaruh energi negatif dari orang tersebut. Tetapi jika kita berdekatan dengan orang yang good looking orang akan dengan cepat merasa nyaman karena merangsang hormon endorfin yang membuat bahagia, dengan menjadi bahagia maka aura positif juga akan dipancarkan dan membuat sel-sel dalam tubuh kita bekerja lebih baik, dan kita bisa menduga atau menilai orang yang good looking kemungkinan sering memunculkan pikiran-pikiran positif yang juga membentuk wajah dan tubuhnya menjadi ideal dan proporsional sehingga merangsang untuk membuat lebih banyak karma baik.

 

BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).

 

Daftar Pustaka

  • Nyanatiloka. 2018. Guide Through the Abhidhamma Pitaka. India. Facsimile Publisher. Rathnayaka, Rathnasiri. 2018. Psychology Reflected in Buddhism & Western Psychology.
  • Mehm Tin Mon, Dr. 2018. The Essence of Buddha Abhidhamma. (Anthony Lauwrence, terjemahan). Medan. Yayasan Catusaccasammaditthi.
  • Kaharuddin, Pandit J. 2011. Abhidhammatthasangaha. Tangerang. Vihara Padumuttara.
  • Goleman, Daniel. 1975. Mental Health In Classical Buddhist Psychology. Journal of Transpersonal Psychology, 1975, Vol. 7, No.2. Harvard University.
  • Galmangoda, Sumanapala. 2017. An Analytical and Creative Study of the Buddhist Theory and Practice of Psycho-therapy. Journal of the International Association of Buddhist Universities (JIABU).
  • Hjelle. 2000. Personality Theoreis, Terjemahan. Singapore. Mc GrawHill Publishing Company. 
  • Kusantati, Herni. 2008. Tata Kecantikan Kulit Jilid III. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.  
  • Claudia, Sabrina. 2020. Seni Membaca Wajah. Yogyakarta. Bright Publisher. 
  • Yap, Joe. 2015. The Chinese Art of Face Reading: Book of Moles. Kuala Lumpur. JY Books. 
  • Foto: https://www.ygkyfs.com/wap.php?action=article&id=16570. Diakses 8 Oktober 2023.

 

Butuh bantuan?