Oleh-Oleh dari Baduy Kanekes: Semangat Melestarikan Alam Warisan Nyi Pohaci Sanghyang Asri

Home » Artikel » Oleh-Oleh dari Baduy Kanekes: Semangat Melestarikan Alam Warisan Nyi Pohaci Sanghyang Asri

Dilihat

Dilihat : 42 Kali

Pengunjung

  • 20
  • 20
  • 27
  • 31,013
Oleh-Oleh dari Baduy pic

Oleh: Majaputera Karniawan

A. Pengenalan Suku Baduy & Kepercayaannya

Pada akhir Februari 2022, saya bertandang ke Kampung Baduy (Desa Kanekes, Leuwidamar – Lebak Banten), di sana sempat mewawancarai salah satu pria anggota suku Baduy dalam yang dalam perjalanan kembali ke dalam. Kebetulan orangnya fasih berbahasa Indonesia, ia banyak menceritakan bahwa mereka masih teguh dengan adat istiadat lama, bagaimana mereka sangat mencintai alam layaknya rumah mereka sendiri, satu nilai ini benar-benar terpatri kuat di dalam batin mereka. Sayapun memberanikan diri menanyakan lebih jauh tentang kepercayaan suku Baduy.

Mereka begitu menghargai tanaman padi, bahkan mengadakan upacara doa-doa khusus sebelum padi dipanen maupun ditanam. Lalu mengapa mereka benar-benar menghormati padi? Saya bertanya ke pria baduy tersebut ‘Pak, orang Baduy apa sembahyang Nyai Pohaci Sanghyang Asri?’ ‘OhhItu sih salah satu yang paling diutamakan’ jawabnya. Mereka benar-benar menghormati Sang Dewi bahkan dalam setiap perayaan menanam dan memanen. Tour Guide kami Pak Arip (Warga Kanekes Luar) mengatakan bahwa kepercayaan warga Baduy menganut Sunda Wiwitan.

Sunda Wiwitan adalah agama asli tradisional orang Sunda (Jatisunda) bercorak animisme (Keyakinan pada roh nenek moyang dan satu kuasa/Betara tunggal) yang mana menurut penganutnya bahkan telah ada sebelum adanya agama Hindu-Buddha di Nusantara, namun pada perkembangannya  mendapatkan asimilasi  dari agama Hindu-Buddha (57-58). Dalam kebudayaan Baduy ada pepatah ‘hirup turun ti nu rahayu, hurip lantaran Pohacl‘ (hidup berasal dari Tuhan, kesegaran hidup berasal dari Nyi Pohaci). Oleh karena itulah, Nyi Pohaci Sanghiyang Asri termasuk ke dalam lingkaran pemujaan dan diyakini bersemayam di “kahiyangan/mandala hiyang”, orang Baduy sangat mendambakan sukmanya dapat kembali ke sana, sehingga mereka sangat menghormati Nyi Pohaci dengan merawat alam (157).

 

B. Mengenal Nyi Pohaci Sanghyang Asri

Siapakah Nyi Pohaci Sanghyang Asri? Ia adalah dewi kesuburan/dewi padi, yang (mungkin saja dapat disetarakan) dalam kepercayaan Jawa (Kejawen) disebut Dewi Sri, dalam agama Hindu diyakini sebagai Sri Laksmi, dalam Buddhisme Mahayana diyakini sebagai Sri Mahadevi/ Mahasri (摩阿室利 Mo A Shi Li. Karniawan, 2021), dalam kepercayaan Thailand dikenal sebagai Mae Pho Sop (โพสพ, Wikipedia, 2022) dan dalam kepercayaan Laos disebut Nang Khosop (Ibid). Dari berbagai kepercayaan tersebut, semua memandang figurnya sebagai dewi padi, dewi keberuntungan, kecantikan, dan kesuburan (tanaman).

Menurut kepercayaan tradisional ada banyak versi kisahnya, tetapi sebagian besar sama arahnya: Ayah dari Nyi Pohaci adalah Dewa Naga Anta. Satu ketika, Batara Guru ingin membangun istana dan semua dewa turut gotong royong membantu. Naga Anta tidak bisa membantu lantaran tidak memiliki tangan, kemudian ia dimarahi Batara Narada (Wakil Batara Guru) karena tidak membantu, iapun menangis dan meneteskan 3 air mata yang tetesannya menjadi 3 butir telur, ia menggigitnya dan berniat membawa kepada Batara Guru.  Dalam perjalanan bertemu dengan Elang dan kesal karena salamnya tidak dijawab, menyambar Sang Naga Anta dua kali dan mengakibatkan dua telurnya pecah (dikatakan menjadi hama dan babi hutan), sehingga hanya sebutir telur yang sampai pada Batara Guru. Sang Guru meminta Naga Anta mengeraminya dan dari situ lahirlah Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Ia dirawat oleh Dewi Umah (Istri Batara Guru) dan semakin cantik mengagumkan ketika dewasa.

Batara Guru berniat mempersuntingnya menjadi Istri Muda, namun ternyata Nyi Pohaci malah sakit-sakitan dan meninggal dunia, dalam keadaan berduka Batara guru meminta agar jasad Nyi Pohaci dikuburkan di dunia tengah (alam manusia) dan dari jasadnya itulah muncul bermacam-macam tanaman yang bermanfaat untuk manusia: Bagian kepala tumbuh jadi kelapa, mata kanan menjadi padi putih, mata kiri jadi padi merah, hatinya menjadi ketan,  paha kanan jadi bambu aur, paha kiri jadi bambu tali, betisnya pun jadi pohon enau, ususnya jadi akar tunjang, dan rambutnya menjadi rumput (Firdaus, 2021).

 

C. Alam Memberi Pada Manusia, Manusia Kasih Apa Ke Alam?

Alasan yang kuat mengapa masyarakat pertanian tradisional di wilayah Asia Tenggara terlebih suku Jawa dan Sunda sangat menghormatinya karena mereka percaya bahwa berkah kehidupan yang mereka terima dari hasil alam adalah berkat dari Nyi Pohaci Sanghyang Asri, sebagaimana pepatah ‘hirup turun ti nu rahayu, hurip lantaran Pohacl‘ (hidup berasal dari Tuhan, kesegaran hidup berasal dari Nyi Pohaci). Karena kesegaran hidup berasal dari Nyi Pohaci yang terepresentasikan oleh alam nan asri sehingga masyarakat Baduy memegang pikukuh guna merawat dan melestarikan alam dengan baik.

Nilai yang bisa dipetik dari kisah ini adalah bagaimana mereka yang berkeyakinan pada Nyi Pohaci sangat sepenuh hati merawat alam. Pertanyaannya adalah, masyarakat modern cenderung acuh tak acuh bahkan mengeksploitasi alam lingkungannya. Pernahkah terpikir bahwa beras dan palawija yang kita makan adalah hasil dari alam? Kalau alam tidak memberikan pangan kepada manusia, bagaimana kita bisa hidup? Kita sudah mendapat begitu banyak dari alam, tetapi apa yang bisa kita berikan pada alam?

Menurut Laozi, alam semesta yang menciptakan segala benda dan segala makhluk dengan sewajarnya, menghidupi segalanya tetapi tidak menganggap sebagai miliknya (Dao De Jing Bab 2). Dikatakan umur langit dan bumi itu panjang sekali, bahkan dapat dikatakan bahwa langit dan bumi itu langgeng dan abadi, apakah sebabnya? Karena langit dan bumi tidak hidup untuk diri sendiri, tetapi langit dan bumi juga menghidupi semua makhluk hidup termasuk manusia (Dao De Jing Bab 7). Maka kalau seseorang mau hidup langgeng, ia sebaiknya menghargai dan merawat pemberian dari alam. Lebih bagus lagi jika dapat mencontoh sifat langit dan bumi dengan berbagi kepada sesama (merasa bahwa hidup bukan untuk dinikmati sendiri saja). 

Manusia bergantung pada alam maka manusia harus beradaptasi dengan alam sekitar, bukan memaksa alam mengikuti kemauan manusia. Dalam konsep Buddhis, alam semesta bergantung pada hukum tertib kosmik (Niyama) yang salah satunya adalah hukum fisika (perubahan iklim) dan hukum biologis (Dhammakaro, 2019). Semua makhluk termasuk manusia bergantung pada makanan (āhāraṭṭhitikā) dan terpelihara oleh kondisi-kondisi (saṅkhāraṭṭhitikā, DN 33. Sangiti Sutta), maka jika alam tidak lagi mendukung manusia dengan memberikan bahan pangan dan memberikan kondisi yang layak untuk hidup, masihkah kita bisa hidup? Mampukah kita lepas dari ketergantungan pada alam? Mustahil!

Pulang dari Baduy, saya berpikir sebaiknya kita mulai memikirkan keuntungan jangka panjang dengan merawat alam dengan cara dan kemampuan kita masing-masing (sekalipun sebagai manusia modern). Bukan sekedar memikirkan kepentingan sesaat dengan mengeksploitasi alam demi keuntungan material semata.

***

 

Daftar Pustaka

Dhammakaro, Bhikkhu. 2019. Energi Semesta Dan Kehidupan. https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=1018. Diakses Maret 2022

Firdaus, Ilham Zulfikri. 2021. Mengenal Cerita Nyi Pohaci, Agar Kita Lebih Bisa Menghargai Alam. https://pohaci.id/blog/mengenal-cerita-nyi-pohaci/. Diakses Maret 2022.

http://journal.momotrip.co.id/index.php/2017/04/06/mengenal-lebih-dekat-urang-kanekes-di-tanah-baduy/. Diakses Maret 2022

Karniawan, Majaputera. 2021. Kumpulan Arti Liamkeng Populer Tradisi Kelenteng. Jakarta. Yasodhara Puteri.

Lika. ID. Dao De Jing Kitab Suci Utama Agama Tao. Jakarta. Elex Media Komputindo.

Sucipto, Toto dan Siti Maria. 2007. Studi Tentang Religi Masyarakat Baduy Di Desa Kanekes Provinsi Banten. Jakarta. Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni Dan Film Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Suttacentral.net (online legacy version). 2015. Digha Nikaya. Legacy.suttacentral.net/dn. Diakses Maret 2022.

Wikipedia. 2021. Phosop. https://en.wikipedia.org/wiki/Phosop. Diakses Maret 2022.

Butuh bantuan?