Oleh: Jo Priastana
“Wisdom comes not from age, but from education and learning.”
(Anton Chekhov, Sastrawan Dunia)
Buddhadharma bukan semata agama hanya atau filsafat bagi para intelektual, melainkan sebagai alat untuk bangkitnya pencerahan dan pembebasan yang dapat dipergunakan siapa saja. Buddhadharma merupakan solusi bagi pemecahan masalah manusia tentang kegelapan batin sejalan dengan penderitaannya yang telah teruji sepanjang zaman. Sebagai alat pencerahan Buddhadharma merupakan juga sebagai Pendidikan, Buddhism as Education.
Buddhism is not a religion for the spiritually inclined. Buddhism is not a philosophy for intellectuals. Buddhism is a technology by which atheists can find true happiness. It is the solution to the riddle that has plagued those of us so inclined down through the centuries — the riddle of finding a way to maintain our integrity in our sense of what is right (right in the sense that a square is made of ninety degree angles) and yet to find happiness in the bargain. (kutipan terdapat dalam buku Jo Priastana, Cakra Peradaban, 2017:54)
Kebenaran tentang realitas yang diungkapkan dalam Buddhadharma adalah juga sejalan dengan penemuan ilmu pengetahuan dan karenanya menjadikan Buddhadharma cocok dengan pemikiran orang modern. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak mendatangkan manfaat dan kemudahan bagi masyarakat modern sangat perlu diimbangi spiritualitas Buddhadharma.
Pendidikan Mencerahkan dan Membebaskan
Selain manfaat, ada pula dampak dari perkembangan Iptek, diantaranya: masalah kelangsungan bumi dan kelestarian alam akibat eksploitasi, kekosongan moralitas dan spiritualitas manusia, ketidakadilan sosial-ekonomi. Selain itu muncul pula terorisme, ideologi ekstrem dan kekerasan yang mengancam perdamaian dunia dan kelangsungan peradaban umat manusia.
Dalam perspektif perkembangan zaman dunia di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi dewasa ini, pendidikan Buddhadharma yang bersifat praktis-spiritual ditujukan demi pencerahan dan pembebasan. Manusia yang terdidik dalam Buddhadharma adalah manusia yang tercerahkan dan terbebaskan dari segala kondisi yang membelenggunya, karena spiritualitas pendidikan Buddhadharma adalah mencerahkan dan membebaskan.
Pencerahan sejalan dengan pembebasan dan saling mengandaikan. Pembebasan dari segala permasalah memerlukan pencerahan memahaminya dan pencerahan memerlukan tindak pembebasan. Kebijaksanaan dan spiritualitas Buddhadharma sangat dibutuhkan guna mengatasi dampak dan problema dari kemajuan Iptek.
Spiritualitas dan kebijaksanaan ajaran agama yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi masalah-masalah kehidupan manusia modern masa kini. Untuk itu, pendidikan Dharma perlu diimplementasikan dengan masalah-masalah yang kontemporer yang sedang berkembang, dimana Buddhadharma yang adaptif akan mampu merespons dan menjawab tantangan zaman.
Buddhadharma yang adaptif adalah Pendidikan Buddhadharma yang bersifat kontekstual, yang mampu membebaskan problema yang sedang dihadapi manusia dan dunia dan tetap berlandaskan pada spiritualitas Buddhadharma, seperti sikap tanpa kekerasan, tanpa diskriminasi, menghargai HAM dan pluralisme, toleransi dan solidaritas, kehidupan yang serasi dengan alam dan lingkungan. Spiritualitas Buddhadharma untuk pembebasan dari segala jeratan penderitaan yang mengungkung kehidupan manusia.
Pendidikan Budhadharma Kontekstual di Zaman Globalisasi
Zaman selalu berubah dan menghadirkan tantangannya. Tumbuhnya kebudayaan modern dan globalisasi yang menjadi ciri zaman ini dan sarat dengan ilmu pengetahuan maupun masalah sosial kontemporer mengingatkan akan ajaran Buddha dan misi Buddhadharma itu sendiri. Misi Buddhadharma yang telah diletakkan Buddha pada pemutaran roda dharma atau dharmacakra, dan kini tiba di zaman modern di zaman globalisasi dengan budaya iptek dan berbagai masalah sosialnya yang kompleks.
Pembabaran Dharma pertama kali Sang Buddha bersimbolkan roda dharma. Roda merupakan simbol dari kemajuan iptek, dan secara semiotika mengindikasikan bahwa Buddhadharma memiliki visi jauh ke depan sehingga mampu merespons tantangan zaman termasuk permasalahan sosial kontemporer dewasa ini. Tampaknya, Buddha telah memprediksi bahwa ajarannya akan sampai di zaman modern global yang sarat dengan iptek dan menghadapi masalah-masalah sosial kontemporer dan kontekstual.
Roda Buddhadharma yang mampu merespons tantangan zaman mensyaratkan pendidikan Buddhis dewasa ini yang dinamis, adaptif dan penuh kreativitas dan tidak semata dogmatis-tekstual. Tak ada kemajuan ilmu pengetahuan yang menyertai kehidupan modernisasi-globalisasi yang tidak menyertakan roda, sebuah bulatan-bundar yang sangat vital dan penting dari setiap perlengkapan teknologis.
Secara semiotic-etimologis kata cakra berkelindan dengan kata cakkhu, yang berkenaan dengan mata, yang berfungsi melihat dan secara subyektif berkenaan dengan visi, pandangan jauh ke depan. Mata Buddha telah melihat Buddhadharma akan sampai di zaman modern dan tidak bisa mengelak untuk tidak menanggapi dan menangani masalah-masalah sosial kontemporer yang menyertai kemajuan zaman modern-global ini.
Untuk itu dalam rangka mewujudkan misi Buddhadharma mengatasi penderitaan dengan masalah-masalah sosial kontemporer, dibutuhkan sebuah cara pandang secara sosial terhadap Buddhadharma dengan membangun paradigma imajinasi sosiologis. Dibutuhkan pendidikan Buddhadharma Kontekstual yang adaptif dan fleksibel dengan guru-gurunya yang tercerahkan dalam melihat Buddhadharma sebagai sebuah pendidikan yang mengemban misi transformatif, perubahan diri dan perubahan sosial.
Buddha memutar roda dharma, Dharmacakra 2600 tahun lebih dalam mengemban misi pencerahan demi pembebasan. Pencerahan dari kebodohan batin dan pembebasan dari penderitaan. Buddhadharma yang telah melintasi zaman hadir untuk perdamaian, dan kebahagiaan semua makhluk hidup. Buddhadhamma adalah pendidikan, karena pembabaran dharma pertama kali oleh Sang Buddha adalah dalam rangka demi pencerahan dan pembebasan lima siswa pertamanya.
Buddhadharma yang telah menyantuni zaman lebih dari 26 abad bersifat pendidikan yakni demi perubahan batin manusia dan kebahagiaan hidup segenap makhluk. Buddhadharma telah mewarnai perjalanan umat manusia di muka bumi ini dan membangun peradaban dunia yang cinta damai, anti kekerasan, bebas kebodohan dan penderitaan. Buddhadharma hadir sebagai pendidikan demi kemajuan dan kebaikan manusia di dunia yang mengemban misi untuk pencerahan dan pembebasan makhluk dari derita. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata (JP). ***
- REDAKSI MENYEDIAKAN RUANG SPONSOR (IKLAN) Rp 500.000,- PER 1 BULAN TAYANG. MARI BERIKLAN UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM
- REDAKSI TURUT MEMBUKA BILA ADA PENULIS YANG BERKENAN BERKONTRIBUSI MENGIRIMKAN ARTIKEL BERTEMAKAN KEBIJAKSANAAN TIMUR (MINIMAL 800 KATA, SEMI ILMIAH)
- SILAHKAN HUBUNGI: MAJA 089678975279 (Chief Editor)
sumber gambar: https://askopinion.com/what-is-buddhist-education-features-importance-implication