Oleh: Jo Priastana
(Dibacakan dalam acara “Senja Berpuisi” di selasar Perpustakaan HB Jassin-
Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Sabtu 17 September 2022)
Di senja sore membaca Indonesia Raya
di jalanan orang-orang berpeluh dengan debu
bergegas menuju malam untuk berlabuh
dalam gubuk-gubuk sunyi membaringkan keluh
angkutan kota telah lama berganti yang baru
masih ada satu dua penumpang lamanya
sisa dari teguhnya daya dan harapan kemerdekaan
rakyat Indonesia Raya yang berada dengan kepedihan
Di senja sore mendengar kepedihan Indonesia Raya
di jalan-jalan raya kota mahasiswa-mahasiswa berbaris
sejak siang hingga malam hari bersuara tak habis-habis
berteriak menuntut turunnya harga BBM
kepada para pejabat negeri yang tak ngerti rakyat pedih
mahasiswa Indonesia raya garda depan perjuangan
wajah –wajah memerah memendam kemarahan rakyat nusantara
wajah-wajah putih polos bersemayam hati nurani rakyat jelata
lantang suara Mahasiswa di langit Indonesia Raya
Gema suara rakyat Indonesia yang tengah menjerit!
Di senja sore menyimak kesedihan Indonesia Raya
Pada ruang-ruang kelas Sekolah Dasar Negeri Desa
Tembok-tembok berkelupas berlukis Ki Hajar Dewantara
Gambar Bung Karno, Bung Hatta dan Raden Ajeng Kartini
Pada kejayaan Bahasa Indonesia dan sastra yang menyatu etik
Pada atlas pertiwi yang menggugah kesadaran negeri
Pada rasa etik dan budi yang menjiwai pekerti anak negeri
Kini dimana rasa etik, nasionalisme negeri itu berjaya
Manakala pendidik berijazah relasi kuasa mengobral moral
Pada korupsi siswa baru dan pelecehan seksual siswi
Lirih Indonesia Raya untuk air mata siswa-siswa negeri
Pesan para pendiri Bangsa yang terukir pada dinding sekolah
Jaga martabat siswa dan jangan main-main dengan pendidikan!
Di senja sore mengaca Indonesia Raya
pada bibir gelombang permukaan samudera
tampak raut wajahnya menolak letih dan tua
namun tidak lupa akan sejarah yang berdarah
tampak raut bibirnya bergetar mengajak berbicara
namun lidahnya kelu tak kuasa keluar kata
Tentang hutan belantara dalam genggaman tangan penjarah
Tentang kolam susu Nusantara yang disedot mulut oligarki
Tentang cangkul dan pacul yang tiada lagi tergenggam buruh tani
Tentang hamparan tanah sepi dari tanaman ladang dan sawah
Tentang pejabat culas yang pulas tertidur di hotel mewah
Tentang nelayan di laut lepas yang terhempas gelombang nasib
Kapal Indonesia Raya berlayar di tengah badai samudera dunia!
Langit senja Indonesia Raya serasa setua penyair senja
bersama surutnya para pemimpin pendiri bangsa
langit senja Indonesia Raya serasa seusia penyair senja
para penyair senja yang masih mencoba bersuara
tentang warna merah yang menyimpan bara api
tentang warna putih yang menyulam suara hati
merah putih darah sejati hati sanubari ibu pertiwi
merah putih darah sejati jiwa juang para pahlawan bangsa
Gelora Indonesia Raya menyapa anak-anak negeri
bahwa bangsa ini kini tidak sedang baik-baik saja!
(Tenjo-Bogor, 10/9/22) ***
- REDAKSI MENYEDIAKAN RUANG SPONSOR (IKLAN) Rp 500.000,- PER 1 BULAN TAYANG. MARI BERIKLAN UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM
- REDAKSI TURUT MEMBUKA BILA ADA PENULIS YANG BERKENAN BERKONTRIBUSI MENGIRIMKAN ARTIKEL BERTEMAKAN KEBIJAKSANAAN TIMUR (MINIMAL 800 KATA, SEMI ILMIAH)
- SILAHKAN HUBUNGI: MAJA 089678975279 (Chief Editor)