Oleh: Jo Priastana
“What is the most important subject to learn in life? To Learn to Love”
(Paus Fransiskus, 1936-2025)
Dunia berduka dan merasakan kehilangan ketika Paus Fransiskus berpulang, Paus yang tampaknya merepresentasikan ajaran dan kasih sayang Yesus itu, wafat pada Senin (21/4) pukul 07.35 waktu setempat, dalam usia 88 tahun. Sebagai pemimpin Gereja Katolik sejak 2013, Paus banyak meninggalkan warisan moral yang melampaui batas agama dan negara. Paus Fransiskus dikenal konsisten mewujudkan kasih sayang di dunia dalam berbagai problemanya, dan menyerukan perdamaian, keadilan sosial, dan solidaritas kemanusiaan.
Paus membangun dialog dengan para pemimpin agama dan tokoh publik dari segala kalangan. Dalam kunjungan apostolik ke Indonesia pada setember 2014, Paus Fransiskus memuji semangat Bhinneka Tunggal Ika di negeri ini dan menekankan pentingnya membangun peradaban perdamaian. Ia mengajak masyarakat untuk tidak lelah menebar kasih dan menempuh dialog dalam kehidupan sehari-hari. Paus bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menandatangani dokumen kemanusiaan The Istiqlal Declaration 2024, dan berfoto bersama dalam pelukan yang hangat.
Kepedulian Paus terhadap kemanusaiaan dikenal secara luas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menetapkan tanggal 4 Februari setiap tahun, sejak tahun 2019, sebagai Hari Persaudaraan Manusia Internasional (International Day of Human Fraternity). Pada hari itu Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed Al-Tayeb, menandatangani dokumen Abu Dhabi, yang menegaskan “Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” (The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together), (Kompas, 22/4/25).
Paus, Santo Fransiskus dan Jesus Christ
Paus Fransiskus sepertinya merepresentasi ajaran dan kasih Jesus Christ. Seperti ajaran kasih Jesus Christ yang begitu fenomenal, seperti tentang khotbah di Bukit, pulangnya si anak hilang, maupun menjadi kembali anak kecil yang pantas masuk dan diterima dalam Kerajaan Allah. Dalam kehidupan Paus Fransiskus, ajaran dan kasih Jesus ini termasa dalam semangat dan perwujudannya.
Paus adalah pemimpin tertinggi dalam Gereja Katolik. Jabatan Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik di dunia ini merupakan tradisi dalam kekristenan Katolik, yakni sebagai penerus Santo Petrus, salah satu dari 12 rasul utama Yesus. Paus tinggal di Vatikan (sebuah negara-kota kecil di Roma, Italia). Nama lengkap gelar Paus adalah “Uskup Roma, Vikaris Kristus, Pengganti Pangeran Para Rasul, Imam Besar Gereja Universal, Patriark Barat”, dan seterusnya.
Gereja Katolik percaya bahwa Yesus menunjuk Petrus sebagai pemimpin para rasul. Dalam Matius 16: 18-19, Yesus berkata: “engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku..” Dari Petrus inilah garis kepemimpinan diteruskan hingga ke Paus saat ini (sukses apostolik). Paus bisa dianggap sebagai wakil Kristus di dunia dan penjaga ajaran-ajaran Yesus sebagaimana yang diajarkan oleh Gereja Katolik yang berbicara resmi tentang ajaran iman dan moral (ex cathedra).
Paus Fransiskus yang meninggal pada 21 April 2025 bernama asli Jorge Mario Bergoglio, asal dari negara Argentina. Beliau menjabat sebagai Paus sejak 2013 merupakan Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin dan juga Paus pertama dari Ordo Jesuit. Paus Fransiskus yang menjabat sejak 2013 adalah Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik, berdasarkan daftar resmi sejak Santo Petrus.
Setiap terpilih, seorang Paus memilih nama baru sebagai simbol misi dan semangat pelayanannya. Paus Fransiskus memilih nama itu sebagai penghormatan kepada Santo Fransiskus dari Asisi. Santo Fransiskus ini bukan seorang paus, tapi seorang santo (orang suci) yang sangat terkenal dalam sejarah Kekristenan, yang lahir di Italia sekitar tahun 1181-1226.
Kisah Santo Fransiskus sangat menarik. Ia dulunya anak orang kaya tapi meninggalkan segalanya untuk hidup dalam kemiskinan dan pelayanan. Fransiskus juga dikenal sebagai sosok yang penuh kasih terhadap orang miskin, rendah hati, cinta damai, dan dekat dengan alam dan hewan. Ia pendiri Ordo Fransiskan, sebuah komunitas biarawan yang hidup sederhana dan melayani.
Dengan memilih nama Fransiskus, paus yang menjabat sejak 2013 dan wafat pada 21/4/25, seakan ingin berpesan: “saya ingin Gereja lebih sederhana, dekat dengan orang miskin, dan peduli dengan ciptaan.” Pesannya itu mencerminkan kepedulian yang sangat tinggi dengan masalah kemanusiaan.
Paus Fransiskus juga menekankan tentang pentingnya kesederhanaan hidup seperti menolak kemewahan dalam Gereja, kepedulian terhadap kaum miskin dan mereka yang tersingkir, perhatian terhadap lingkungan hidup yang tercermin dalam ensikliknya ‘Laudato Si’ yang berisikan ajakan untuk menjaga kelestarian alam dan mencegah kerusakan lingkungan untuk keselamatan bumi, dan komitmen terhadap perdamaian dan dialog lintas agama.
Dalai lama pernah mengirimkan ucapan selamat kepada Paus Fransiskus sewaktu terpilihnya sebagai Paus pada Maret 2013 dan menyatakan pentingnya nama Santo Fransiskus sebagai simbol perdamaian. Baik Dalai Lama maupun Paus Fransiskus, keduanya menunjukkan komitmen dialog antara agama dan saling menghormati tradisi keagamaan masing-masing.
Pada September 2023, Paus Fransiskus mengunjungi Mongolia dan memimpin dialog antaragama di Teater Hun Ulaanbaatar dengan 12 pemimpin agama dari berbagai tradisi, termasuk Buddha. Dalam pertemuan itu, ditekankan pentingnya dialog antaragama untuk menciptakan harmoni dan menghindari fundamentalisme ideologi yang dapat memicu kekerasan.
Paus Fransiskus juga pernah menerima kunjungan delegasi umat Buddha Thailand, di Vatikan pada Juni 2022. Pertemuan yang bertujuan memperat persahabatan antara umat Buddha dan Katolik serta menumbuhkan belas kasih dan keramahan di tengah tantangan global, serta bersama merealisasi kasih.
Kemanusiaan dan Spiritualitas Ekologi
Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik “Fratelli Tutti” pada 3 Oktober 2020. Ensiklik merupakan surat edaran yang dikeluarkan Paus dan ditujukan kepada para uskup untuk diteruskan kepada umat Katolik di seluruh dunia. Melalui ensiklik “Fratelli Tutti”, Paus Fransiskus menyerukan pentingnya persaudaraan dan persahabatan sosial, termasuk pada imigran dan pengungsi.
Paus Fransiskus yang menekankan inklusifitas merangkul semua kalangan dari mana saja ingin membongkar problem ketidakpedulian manusia. Banyak orang yang menemukan sesamanya “diseberang” di jalan, tetapi berlagak seolah tidak melihat apa pun. Menurut Paus, solidaritas perlu disebarkan dan dilakukan di tengah kehidupan manusia kini yang sangat berpusat pada dirinya sendiri, individualistis yang melihat saja seseorang yang menderita tanpa bertindak.
Dari fenomena sederhana ini, masalah kemanusiaan seperti kepengungsian yang kini menjadi masalah global bukan tidak mungkin bersumber dari ketidakpedulian tiap-tiap orang. Karena itu, untuk keluar dari masalah kemanusiaan, bisa berpegang pada prinsip yang tidak perlu rumit, dan sebaliknya bisa mulai dari hal sederhana, yakni kepedulian terhadap sesama.
Selain masalah kemanusiaan seperti migran dan pengungsi, Paus Fransiskus juga menekankan pentingnya moral untuk merawat ciptaan Tuhan. Visi dan spiritualitas ekologi ditunjukkan Paus Fransiskus dengan ensiklik “Laudato Si” (2015) yang membahas krisis lingkungan hidup dunia.
Melalui ensiklik ini, ia mengajak umat Katolik dan semua orang bergerak ikut ambil bagian menyelamatkan kehidupan dari krisis lingkungan hidup global. Sayangnya, sejak “Laudato Si” terbit, Paus Fransiskus belum melihat ada respons dunia yang memadai dalam menangani isu perubahan iklim (Kompas, 22/4/25).
Kerendahan hati dan kesederhanaan Paus menjadikannya menjadi sosok populer karena inklusivitasnya. Paus Fransiskus dianggap telah menjadi simbol tangan terbuka gereja. Paus menemui orang-orang di mana pun berada, apapun agama dan latar belakangnya termasuk membela kaum terpinggirkan yang kerap dijauhkan masyarakat. Paus Fransiskus memberikan peran yang lebih kepada perempuan dalam pelayanan gereja, juga merangkul LGBT+.
Salah satu kutipannya yang paling terkenal, “Siapakah saya untuk menghakimi?”. Mereka yang terpinggirkan pun merasa nyaman, merasakan menemukan kasih Jesus Christ yang tanpa diskriminatif dan tak terbatas pada sosok Paus Fransiskus yang menurutnya, orang miskin dan migran adalah tanda kehadiran Yesus.
Mendiang Paus Fransiskus telah menjadi teladan perjuangan perdamaian dan kasih tanpa batas. Dunia berduka dengan kepergiannya dan Paus Fransiskus akan selalu dikenal sebagai mercu suar belas kasih, kerendahan hati, dan keberanian spiritual oleh jutaan orang di seluruh dunia. Paus telah berpesan agar pemakamannya berlangsung secara sederhana, di Basilika Santa Maria Maggiore.
abarnya selama menjalani tugasnya, Paus Fransiskus memilih tinggal di apartemen resmi paus di Istana Apostolik dan di Casa Santa Marta, dan bukan di istana kepausan. Berpulangnya Paus Fransiskus yang inklusif, yang telah menyerahkan dirinya untuk segala kalangan dan perhatiannya yang besar terhadap kelestarian alam dan kelangsungan bumi dari ancaman kerusakan lingkungan telah meninggalkan banyak kenangan dan rasa kehilangan yang dialami banyak orang di dunia.
Paus Fransiskus dikenang perjuangannya yang sangat humanis, dimana beliau telah melayani orang-orang miskin dan memberikan harapan bagi mereka yang terpinggirkan dan menderita. Paus Fransiskus telah menjadi panutan bagi banyak orang, baik umat Katolik maupun non-Katolik.
Kita kenang perjuangan kasihnya dan pesannya tentang pelajaran yang penting dalam hidup ini, untuk belajar kasih dan mewujudkannya: “Mereka yang mengasihi tidak berpangku tangan, tetapi melayani orang lain. Mereka yang mengasihi bersegera untuk melayani, bersegera untuk mengabdikan diri mereka untuk melayani orang lain.” Paus Fransiskus adalah sosok manusia pelayan, yang telah menjadikan dirinya sebagai pancaran dan representasi dari cinta kasih universal, ajaran dan kasih sayang Jesus Christ. (JP) ***
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).
Sumber gambar: Leonardo AI