Rodadharma Berputar di Tengah Kemajuan IPTEK

Home » Artikel » Rodadharma Berputar di Tengah Kemajuan IPTEK

Dilihat

Dilihat : 123 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 30
  • 65
  • 15,395

Oleh: Jo Priastana

 

“Manusia adalah satu-satunya hewan yang memiliki kapasitas untuk membayangkan

 sesuatu yang tidak hadir, sesuatu yang belum ada tetapi sesuatu yang hanya mungkin.

Imajinasi telah demikian menjadi penyebab prestasi utama kami

di bidang ilmu pengetahuan, teknologi serta seni dan agama”

(Karen Armstrong, Lahir 14/11/1944, Penulis, Feminis)

 

Sungguh luar biasa imaji yang dimanifestasikan Buddha di dalam membabarkan ajarannya pertama kali. Buddhadharma yang memungkinkan berputar mengarungi zaman, sejarah kehidupan manusia di berbagai belahan bumi hingga sampai di tengah kemajuan ilmu pengetahuan teknologi zaman ini. Sebuah imaji, yang memperumpamakan pembabaran dharma sebagai roda, roda dharma, dhammacakka, roda dharma yang berputar, Buddhadharma yang dinamis pun menyebar mengarungi zaman.

Sejak di Taman Rusa Isipatana, 25 abad lalu, Sang Buddha menyampaikan ajarannya pertama kali kepada lima orang pertapa. Buddhadharma akhirnya tiba juga di zaman Iptek ini dalam perjalanannya sejak dibabarkan Buddha itu. Sang Buddha memperumpamakan langkah pertamanya menyampaikan Dharma itu dengan roda (cakka), dan bukan kebetulan bila di zaman teknologi ini Buddhadharma tetap relevan dan dibutuhkan, karena perumpamaan dengan roda itu seakan dimaksudkan untuk menjawab perkembangan zaman.

Roda merupakan sebuah benda yang pada hakekatnya bersifat operasional yang menjadi inti penggerak dari kemajuan budaya dan peradaban dunia. Berkat roda (cakra) ilmu pengetahuan dan teknologi, politik kekuasaan (cakrawartin; pemimpin dunia), maupun ekonomi-perdagangan maju, tumbuh dan berkembang. Perumpamaan, imajinasi dengan roda ini telah menghantar Buddhadharma memberikan berkahnya bagi kebahagiaan manusia di dunia sampai saat ini di tengah kemajuan Iptek.  

 

Cakka: Roda Pergerakan

Roda (Pali Cakka dan Sanskrit Cakra) secara harfiah berarti sebuah alat yang berputar mengelilingi sebuah bentuk, roda dari rencana, roda kereta pertempuran, mobil yang memiliki kemampuan berputar pada porosnya. Sebagai benda teknis, roda memfasilitasi pergerakan atau transportasi atau menggerakkan tenaga dalam mesin.

Secara sederhana, roda berbentuk bundar terbuat dari kayu dan berfungsi sebagai as yang berputar. Perkembangan kemudian, roda yang dapat berputar pada porosnya ini juga terbentuk melalui jari-jarinya. Penemuan roda yang tampaknya sederhana namun radikal dan mengubah peta kehidupan manusia ini diperkirakan terjadi sejak 200 SM.

Cakka menunjukkan sebuah pergerakan namun bersandar pada porosnya yang statis. Dua dimensi dinamis dan statis, gerak dan diam ini merupakan juga simbol bagi pelatihan spiritual. Sebagai benda teknologis, roda menghasilkan pergerakan yang menghasilkan kemajuan dimana pergerakan itu dapat dikendalikan, diatur dan diarahkan.

Dalam arti ini, roda yang bergerak menyimbolkan peradaban yang semaju mungkin dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sekaligus terkendalikan pada porosnya dalam makna terarahkan untuk kehidupan yang semakin baik.

Dilihat awal mulanya, cakka yang berputar itu mungkin bersandar pada mata fisik, bola mata yang dapat bergerak dan berputar, yang memperlihatkan mata (cakkhu) dengan cakka (berputar). Bola Bumi berputar mencerminkan kehidupan yang tak lepas dari waktu.

Dalam Tibetan Buddhism (Vajrayana) istilah kalacakka sangat popular yang menunjukan sebagai praktek spiritual yang berkaitan dengan waktu. Ajaran Buddhis juga berhubungan dengan persoalan-persoalan dunia yang berubah, datang silih berganti (anicca). Kehidupan dicengkeram oleh ketidakkekalan yang tercermin dahsyat dalam kematian yang dialami manusia.

Kata “cakka” dapat diletakkan dimuka atau dibelakang sebuah kata. Ada cakravala, cakkavatiraja, cakavutha dan dhammacakka, kumphacakka, bhavacakka, kalacakka. Cakka menjangkau segenap dimensi kehidupan. Cakrawala yang menunjukkan semesta alam, cakkavatiraja yang berdimensi politis, bhavacakka atau perputaran hidup dan kalacakra atau perputaran waktu yang berdimensi spiritual dimana hidup manusia dibatasi waktu berhadapan dengan kematian.

 

Sejarah Penemuan Roda

Penemuan roda tumbuh sejak zaman dahulu melalui berbagai modelnya. Untuk menemukan benda yang berputar atau yang bisa diputar mugkin bermula dari gelondongan kayu yang telah ditebang.

Kemudian diatas gelondong kayu itu ditempatkan benda berbentuk kotak yang bisa dibawa oleh putaran gelondongan kayu. Lalu pada ujung-ujung kayu dibuat goresan yang dapat dijadikan dua buah sasis, serta gelondongan kayu jadi berbentuk dua buah roda yang dihubungkan dengan batang kayu yang berfungsi sebagai as.

Penemuan kayu yang tampaknya sederhana ini nyatanya membutuhkan kejeniusan dan kreativitas masyarakat zaman dahulu untuk akhirnya berkembang menjadi gerobak kayu yang memudahkan mengangkut barang-barang, menghemat tenaga.

Roda adalah piringan yang solid tetapi secara gradual berkembang. Roda dalam kendaraan diyakini muncul setelah penemuan roda yang terbuat dari tembikar (tanah) dan roda kereta segera berfungsi sebagai alat transportasi.

Penemuan roda merupakan sebuah titik balik perkembangan peradaban manusia. Roda mengganti penggunaan tenaga binatang dan menjadi lebih efisien dalam pertanian dan pekerjaan lain. Hal itu menjadi alat mesin yang mengontrol dan mengarahkan kekuatan. Penerapan roda dalam kehidupan modern dan teknologi secara virtual tak terbatas termasuk roda air, roda bergerigi, roda pemintal dan perputaran bintang.

Keturunan yang lebih modern dari roda adalah termasuk baling-baling, kumparan dinamo, mesin jet, piring terbang, turbin, perangkat: CPU, floppy disk, hard disk, CD, DVD.

Roda memperluas pengaruhnya dalam segenap aspek teknologi. Dengan cakka sebagai alat untuk ekonomi dan politik, banyak bentuk-bentuk berbeda, kincir air, panci, berkaitan dengan alat sembahyang, roda kehidupan, roda hukum, roda matahari.

Roda adalah alat yang memberi efisiensi pergerakan, dan memberikan kekuatan. Sebagai contoh, sebuah kereta yang ditarik seekor kuda, dan gulungan pada pesawat yang bergerak secara mekanis.

Ada tiga jenis cakka, untuk maksud, fungsi dan pengaruh yang diajukan. Economic cakka, political cakka, maupun dhammacakka.

 

Dhammacakka: Roda Dharma

Roda Dharma atau Dhammacakka salah satu simbol dari begitu banyak simbol yang terdapat di dalam Buddhadharma. Secara semiotik, Cakka dimaknai sebagi simbol yang memperumpamakan khotbah pertama Sang Buddha, yaitu roda yang beputar dan memiliki makna yang sangat dalam untuk membangkitkan spiritualitas manusia, buddha-nature yang terdapat dalam diri setiap manusia bahkan segenap makhluk hidup. Sebuah simbol yang juga berkaitan dengan perkembangan peradaban dunia dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya.

Bukan suatu kebetulan bila Sang Buddha memperumpamakan gerakan pertamanya itu dengan sebuah roda (cakka). Roda merupakan sebuah benda hasil penemuan manusia yang sangat unik dan menjadi inti bagi tumbuhnya peradaban dunia dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya.

Bayangkan saja pertumbuhan ilmu pengetahuan bila tanpa diketemukannya benda yang bernama roda ini. Begitu pula, betapa sejak khotbah pertama yang diibaratkan sebagai roda ini berputar yakni dhammacakka, misi Buddhadharma telah mengarungi zaman melalui ajaran Empat Kesunyataan Mulia yang disebarluaskan demi kesejahteraan, kebahagiaan dan pembebasan penderitaan manusia. 

Seiring dengan perkembangan benda yang bernama roda yang juga telah memungkinkan tumbuhnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu pula dengan Buddhadharma yang pada awal penyebarannya itu diibaratkan sebagai roda itu pun turut mendampingi perkembangan zaman dan menyempurnakan roda peradaban dunia. 

Dhammacakka yang berputar yang ditujukan demi kebahagiaan segenap makhluk itu memang dimaksudkan bukan untuk lepas sama sekali dari persoalan kehidupan dunia. Dhammacakka justru hadir untuk mengiringi kemajuan zaman yang tumbuh berkat berkembanganya roda, serta berperan dalam menanggulangi penderitaan manusia yang hidup di atas bumi yang kini semakin terancam.

Dhammacakka berputar untuk dunia, mengemban misi untuk mengimbangi dan menyempurnakan pertumbuhan potensi kemanusiaan manusia seturut dengan perkembangan peradaban dan kebudayaannya.

Roda dharma (dhamma cakka) berputar untuk mengiringi tumbuhnya segenap potensi manusia didalam menciptakan kebudayaannya dan dengan itu sekaligus menyempurnakannya dengan menumbuhkan potensi kebuddhaannya. Marilah kita rayakan kehidupan bersama Buddhadharma, dan marilah kita rayakan Buddhadharma dengan turut mengatasi persoalan-persoalan dunia masa kini, termasuk ancaman terhadap keberadaan bumi akibat kemajuan Iptek dan keserakahan manusia.

 

Penyebaran Dharma Bersama Kemajuan Iptek

Dhammacakka yang mengawali permulaan pembelajaran Buddharma mengenai Hukum Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariya Saccani) secara tegas mengabarkan tentang penderitaan dan pembebasan. Empat kesunyataan yang terdiri dari kesunyataan: tentang dukkha, tentang sumber dukkha, tentang akhir dukkha, dan kesunyataan tentang jalan melenyapkan dukkha (sila, samadhi dan prajna), yang juga tidak lepas dari manusia yang hidup di dunia dengan segenap problematiknya.

Sebagaimana dengan roda yang memberi manfaat bagi kemajuan beragam ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun dalam dunia ekonomi dan politik, demikian pula dengan roda dharma. Roda dharma berputar memberikan pertolongan, mengemban misi pembebasan bagi beragam manusia, siapa saja dimana saja kapan saja untuk kebahagiaan dan kesejahteraannya hidup di bumi ini. Cattari Ariya Saccani sebagai wujud hukum kesunyataan mengandung kebenaran universal yang berlaku pada setiap zaman apa pun.

Bahwa di zaman Iptek ini penderitaan yang bersifat eksistensial itu juga terwujud di dalam berbagai manifestasinya. Bahwa keinginan yang menjadi sumber penderitaan itu juga terwujud di dalam berbagai manifestasinya, seperti keserakahan mengeksploitasi sumber daya alam, konsumeris terhadap benda-benda materi. Bahwa lenyapnya penderitaan adalah sesungguhnya amanat abadi dalam kehidupan manusia pada perkembangan zaman apa pun, dan bahwa jalan melenyapkan segala bentuk-bentuk penderitaan yang berlandaskan pada moralitas yang benar dalam perkataan, perbuatan dan tindakan ekonomi (sila), kesadaran dalam keheningan batin (meditasi), serta kejernihan dalam pikiran dan pandangan terang (prajna) senantiasa relevan pada zaman apa pun.

Roda dharma berputar mengemban misi luhur kesempurnaan atau kemenangan atas penderitaan yang berarti juga menyempurnakan peradaban dan kebudayaan yang telah tumbuh berkat adanya roda. Dhammacakka menyempurnakan roda yang menggerakkan ilmu pengetahuan, perdagangan, dunia ekonomi maupun dunia politik.

Roda dharma berputar mengemban solidaritas untuk melenyapkan penderitaan manusia dan menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Untuk itu, dengan etos dan spiritualitas solidaritas putarlah roda dharma ke segala arah, ke mana saja agar kemenangan atas penderitaan itu terwujud. Kemanapun roda dharma bergerak, kemenangan atas penderitaan senantiasa menanti dan menyempurnakan peradaban, kebudayaan manusia.

Roda dharma berputar menjumpai berbagai fenomena penderitaan dan membuka selubung belenggu penderitaan. Dhammacakka menumbuhkan semangat persaudaraan yang agung, terselenggaranya kerukunan dalam karya dharma yang mencerahkan dan menjadi sumber inspirasi bagi manusia di segala zaman mengiringi dan menyempurnakan kemajuan peradabannnya. Dhammacakka, roda dharma berputar membawa kebahagiaan bagi manusia di tengah arus perubahan zaman dan kemajuan Iptek. (JP).

***

 

https://en.freejpg.com.ar/stockphotos/premium?q=golden-dharma-wheel

 

Butuh bantuan?