Oleh: Xie Zheng Ming谢峥明
Bangsa Tiongkok selalu menganjurkan “merawat yang tua dan membesarkan yang muda,” membentuk tradisi moral keluarga yang baik dalam menghormati orang tua dan mencintai yang muda. Orang Hakka menganut ajaran nenek moyangnya, “Hormati yang tua seperti menghormati diri sendiri, sayangi yang muda seperti mencintai diri sendiri” yang sudah menjadi norma perilaku masyarakat Hakka. Nilai kekeluargaan yang agung ini sepenuhnya tercermin dalam budaya Hakka dan telah menjadi bagian penting dalam dunia spiritual masyarakat Hakka.
The Chinese nation has always advocated “taking care of the old and raising the young,” forming a good family moral tradition of respecting the elderly and loving the young. Hakka people adhere to the teachings of their ancestors, “Respect the old as you respect your own, love the young as you love your own,” which has become the behavioral norm of the Hakka people. This great family value is fully reflected in Hakka culture and has become an important part of the Hakka people’s spiritual world.
Dalam masyarakat Hakka, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang muda adalah tanggung jawab dan kewajiban setiap orang. Rasa syukur atas didikan orang tua sungguh tak terkira, dan masyarakat Hakka sangat memahami kebenaran ini dan mengutamakan kesalehan anak. Ada banyak kisah mengharukan tentang orang Hakka yang merawat orang yang lebih tua. Selain memenuhi kebutuhan fisik, masyarakat Hakka juga fokus memberikan kenyamanan spiritual kepada para lansia agar mereka dapat menjalani usia senja dengan damai.
In Hakka society, respecting the elderly and loving the young is everyone’s responsibility and obligation. The gratitude for the upbringing of parents is immeasurable, and the Hakka people deeply understand this truth and prioritize filial piety. There are many touching stories of Hakka people caring for their elders. Besides taking care of their physical needs, Hakka people also focus on providing spiritual comfort to the elderly, allowing them to live their twilight years in peace.
Contoh tipikalnya adalah kisah keluarga Lin di desa Hongkeng dan Yantai yang bergiliran merawat ibu mereka. Pendiri keluarga Lin di Hongkeng dan Yantai awalnya bersaudara. Demi membalas kasih sayang orang tua sang ibu, mereka sepakat untuk bergantian menjaga ibu mereka. Dari malam Tahun Baru Imlek hingga malam Festival Perahu Naga dan Festival Pertengahan Musim Gugur hingga malam Festival Kesembilan Ganda, mereka akan merawatnya di Hongkeng. Dari Festival Perahu Naga hingga menjelang Festival Pertengahan Musim Gugur dan setelah Festival Kesembilan Ganda, giliran Yantai. Mengikuti pengaturan ini, masyarakat Hongkeng merayakan Hari Ibu terlebih dahulu pada hari keempat bulan Mei dalam kalender lunar untuk mengekspresikan rasa bakti mereka terhadap ibu mereka, sementara masyarakat Yantai juga merayakan Festival Hantu terlebih dahulu pada hari keempat belas bulan Mei. bulan ketujuh untuk memenuhi tugas berbakti mereka. Praktek yang diwariskan selama beberapa tahun ini telah menjadi kebiasaan yang berlanjut hingga saat ini di wilayah Hakka.
A typical example is the story of the Lin family in Hongkeng and Yantai villages, who take turns taking care of their mother. The founders of the Lin family in Hongkeng and Yantai were originally brothers. In order to repay their mother’s parental love, they agreed to take turns taking care of their mother. From the eve of Chinese New Year to the eve of Dragon Boat Festival and Mid-Autumn Festival to the eve of Double Ninth Festival, they would take care of her in Hongkeng. From the Dragon Boat Festival to the eve of Mid-Autumn Festival and after the Double Ninth Festival, it would be Yantai’s turn. Following this arrangement, the people of Hongkeng celebrate Mother’s Day in advance on the fourth day of May in the lunar calendar to express their filial piety towards their mothers, while the people of Yantai also celebrate the Ghost Festival in advance on the fourteenth day of the seventh month to fulfill their filial duties. This practice, passed down for several years, has become a custom that continues to this day in Hakka regions.
Mengikuti konsep “Hormati yang tua seperti Anda menghormati diri Anda sendiri, cintai yang muda seperti Anda mencintai diri Anda sendiri,” orang Hakka menunjukkan rasa hormat dan kepedulian terhadap orang tua dalam kehidupan sehari-hari mereka, sekaligus juga memberikan rasa cinta mereka kepada anak kecil. Pewarisan konsep kekeluargaan inilah yang menjadikan masyarakat Hakka menjadi komunitas yang hangat dan harmonis.
Following the concept of “Respect the old as you respect your own, love the young as you love your own,” Hakka people show respect and care for the elderly in their daily lives, while also extending their love to young children. The inheritance of this family concept has made Hakka society a warm and harmonious community.
Seperti kata pepatah kuno, “Benang cinta seorang ibu ada di tangannya, pakaian anak pengembara dikenakan pada tubuhnya.” pepatah klasik ini dengan jelas menggambarkan keagungan cinta ibu. Orang Hakka tahu bahwa berbakti kepada anak adalah cara terbaik untuk membalas kasih sayang seorang ibu. Nilai-nilai kekeluargaan yang baik dalam budaya Hakka mengakar kuat di hati masyarakat dan disebarkan melalui cerita dan puisi yang diturunkan dari generasi ke generasi.
As the ancient saying goes, “The thread of a mother’s love is in her hands, the clothing of a wandering child is placed upon his body.” This classic passage vividly illustrates the greatness of maternal love. Hakka people know that filial piety is the best way to repay a mother’s love. The good family values in Hakka culture are deeply rooted in people’s hearts and are spread through stories and poems passed down from generation to generation.
Misalnya, dalam buku Mencius yang berjudul “Raja Hui dari Liang”, ia berkata, “Hormatilah orang tua lain seperti orang tua sendiri; cintailah generasi muda sendiri sebagaimana orang muda lainnya.” Kutipan klasik ini mengingatkan orang-orang bahwa ketika merawat orang yang lebih tua, mereka tidak boleh melupakan orang lanjut usia lainnya yang tidak memiliki hubungan darah. Begitu pula dalam mendidik anak sendiri, jangan sampai melupakan anak lain yang tidak mempunyai hubungan darah. Ide ini telah diwariskan secara luas dalam budaya Hakka dan telah menjadi bagian dari kode etik dan cara hidup mereka.
For example, in Mencius’ “King Hui of Liang,” he says, “Respect the old, as well as other people’s old; love the young, as well as other people’s young.” This classic quote reminds people that when taking care of one’s own elders, they should not forget other elderly people without blood relations. Similarly, when educating one’s own children, one should not forget other children without blood relations. This idea has been widely inherited in Hakka culture and has become part of their code of conduct and way of life.
Nilai-nilai menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda dalam budaya Hakka tidak hanya tercermin dalam kehidupan berkeluarga tetapi juga mempengaruhi perilaku sosial masyarakat Hakka dan kepeduliannya terhadap sesama. Orang Hakka sering kali dikenal karena kebaikan dan kasih sayang mereka serta bersemangat membantu orang lain. Mereka mengungkapkan kepedulian dan kepeduliannya terhadap kelompok rentan dengan berbagai cara, seperti merawat lansia dan memberikan bantuan kepada anak-anak yang kurang mampu. Orang Hakka menyebarkan tradisi moral keluarga dalam menghormati orang tua dan mencintai yang muda ke seluruh masyarakat, mendorong keharmonisan dan stabilitas sosial.
The values of respecting the elderly and loving the young in Hakka culture are not only reflected in family life but also influence the social behavior of Hakka people and their care for others. Hakka people are often known for their kindness and compassion and are eager to help others. They express their concern and care for vulnerable groups in various ways, such as taking care of the elderly and assisting impoverished children. Hakka people extend the family moral tradition of respecting the elderly and loving the young to the whole society, promoting social harmony and stability.
Budaya Hakka mengandung semangat kemanusiaan dan nilai-nilai tradisional yang mendalam. Konsep keluarga yang unik dalam menghormati orang tua dan mencintai anak muda secara bertahap telah berkembang menjadi kriteria penting bagi moralitas sosial. Orang Hakka mematuhi standar ini dan memenuhi tanggung jawab dan kewajiban mereka terhadap keluarga dan masyarakat. Keutamaan tradisional dalam menghormati orang tua dan merawat anak-anak dalam budaya Hakka tidak hanya memenuhi hati masyarakat Hakka dengan rasa syukur dan menyentuh jiwa mereka, tetapi juga memimpin masyarakat Tiongkok menuju masa depan yang lebih baik.
Hakka culture contains profound humanistic spirit and traditional values. Its unique family concept of respecting the elderly and loving the young has gradually evolved into an important criterion for social morality. Hakka people adhere to this standard and fulfill their responsibilities and obligations to their families and society. The traditional virtues of respecting the elderly and caring for children in Hakka culture not only fill the Hakka people’s hearts with gratitude and touch their souls but also lead Chinese society towards a better future.
中华民族自古以来就倡导“老有所终,幼有所养”,形成了尊老爱幼的良好家庭道德传统。客家人秉承祖训,“老吾老以及人之老,幼吾幼以及人之幼”成为客家人行为规范。这一伟大的家庭价值观在客家文化中得到了充分体现,成为客家人民精神世界的重要组成部分。
在客家社会中,尊老爱幼是每个人的责任和义务。对父母的养育之恩是报答不尽的,客家人深知这个道理,并且以百善孝为先。客家人中有许多感人的尊亲赡老故事。除了照顾尊长的物质生活,客家人还注重使他们精神上得到慰藉,颐养天年。
一个典型的例子是洪坑与岩太两村林姓赡养母亲的故事。洪坑、岩太两村林姓始祖原是兄弟,为了报答母亲的养育之恩,他们商定了轮流奉养母亲的办法:春节至端午节前夕和中元节至重阳节前夕,在洪坑奉养;从端午节到中元节前夕和重阳节后则由岩太负责。如此分工安排下来,洪坑乡亲们在农历五月初四提前过母亲节,以表达对母亲的孝心,而岩太村的人们也在七月十四提前过中元节,以尽孝心。这样的做法经过几年的传承,已经成为了定俗,至今依然在客家地区延续着。
正是遵循着“老吾老以及人之老,幼吾幼以及人之幼”的理念,客家人在日常生活中表现出对老人的尊重和关爱,同时也传递着爱心给年幼的孩子们。这种家庭观念的传承,使客家社会成为一个温暖而和谐的社会群体。
古人说:“慈母手中线,游子身上衣。”这句古文经典深刻地诠释了母爱的伟大。客家人知道,孝心是报答母爱的最好方式。客家文化中良好的家庭价值观深深植根于人们的心灵,并通过代代相传的故事和诗歌传扬开来。
例如,孟子在《梁惠王上》中说道:“老吾老,以及人之老;幼吾幼,以及人之幼”。这句经典的名言告诫人们在赡养自己的长辈时,不应忘记其他与自己没有亲缘关系的老人。同样,在教育自己的小孩时,也不应忘记其他与自己没有血缘关系的孩子。这一思想在客家文化中得到了广泛传承,成为行为准则和生活方式的一部分。
客家文化中的尊老爱幼价值观不仅仅体现在家庭生活中,也影响着客家人民的社会行为和对他人的关怀。客家人常以慈爱和善良著称,乐于助人。他们通过各种方式表达对弱势群体的关心与关爱,如对孤寡老人的照顾、对贫困儿童的资助等。客家人将尊老爱幼的家庭道德传统延伸到整个社会,促进了社会的和谐与稳定。
客家文化中蕴含着深厚的人文精神和传统价值观。其特有的尊老爱幼的家庭观念,逐渐演化为社会道德的重要准则。客家人民坚持以此为准则,践行着对家庭和社会的责任与义务。客家文化中尊重老人、关爱孩子的传统美德,不仅让客家人民心怀感恩与感动,也引领着中国社会走向更加美好的未来。
BAGI PARA PEMBACA YANG MAU MEMBANTU OPERASIONAL SETANGKAIDUPA.COM BISA MELALUI REK. BANK BRI KCP CIPULIR RADIO DALAM 086801018179534 AN. MAJAPUTERA KARNIAWAN. MOHON MENGIRIMKAN KONFIRMASI DANA KE WHATSAPP NOMOR 089678975279 (MAJA).