Oleh: Majaputera Karniawan
Manusia adalah mahluk yang senantiasa berpikir, terlebih jika berurusan dengan keuangan. Meskipun dikatakan uang bukan segalanya tetapi tetap saja selama anda hidup di dunia sebagai umat awam, segala sesuatunya memerlukan uang! Bagaimana tidak? Jika uang di dompet tinggal beberapa ribu saja pasti otak merasa pusing tidak karuan. Maka urusan penghasilan pasti menjadi prioritas dikalangan perumah tangga.
Ketika seseorang tidak memiliki cukup uang, pasti ia akan merasa insecure (tidak aman) karena memikirkan bagaimana ia harus memenuhi kebutuhannya, atau bahkan pernah mendengar orang rela mencuri demi makan? Itu karena semata-mata mempertahankan kehidupan bukan? Tetapi mengapa orang bisa berbuat sedemikian nekad? Lagi-lagi karena urusan kebutuhan fisiologis tidak bisa ditahan, orang butuh makan untuk hidup dan untuk beli makan butuh uang, makanya saat kebutuhan fisiknya terancam, orang dapat melakukan hal-hal diluar batas kewajarannya (Lihat teori kebutuhan Maslow dalam Hadi, 2021).
Mau tidak mau, untuk memenuhi kebutuhan hidup, seseorang harus memiliki kesejahteraan finansial. Sejahtera di sini bermakna berkecukupan, artinya antara pemasukan tidak lebih rendah daripada pengeluaran finansialnya. Menjalani kehidupan sambil memikirkan finansial sering menjadi tekanan batin tersendiri, tetapi pada dasarnya manusia selalu siap untuk bertahan hidup!
Sejak perkembangan masyarakat/society 1.0 (era dimana manusia mulai berkelompok untuk berburu dan berpindah tempat untuk mendapat makanan, Sandi, 2020) manusia sudah memiliki naluri bagaimana agar bisa mempertahankan hidup dengan berusaha mencari profit, profit di sini berarti keuntungan hasil dari melakukan suatu usaha. Mereka berusaha bersama-sama agar bisa melakukan perburuan secara berkelompok, dan hasil dari perburuan dipakai untuk bertahan hidup. Ini menunjukan bahwa manusia memang memiliki naluri untuk bertahan hidup dan kecenderungan hidup berkelompok. Terkadang justru pada saat seseorang terpaksa keadaan, naluri itu memunculkan inspirasi untuk mencari profit.
Kisah ini pernah terjadi di salah satu kehidupan lampau Buddha Gotama; Suatu ketika di masa lampau, Bodhisatva terlahir sebagai bendaharawan ternama bernama Culakasetthi. Ditengah perjalanan melihat bangkai tikus, ia berkata “Cukup dengan memungut tikus ini, siapapun dengan kecerdikannya, memiliki peluang untuk memulai usahanya & menghidupi seorang istri.” Ucapan itu didengar pemuda yang sedang kesulitan ekonomi, segera pemuda itu menjual bangkai seharga 1/4 sen untuk makanan kucing di kedai. Uang itu ia belikan sirup gula dan air lalu diberikan pada para pemetik bunga dikebun, para pemetik bunga masing-masing memberinya 1 ikat bunga sebagai ucapan terima kasih, ia menjual bunga-bunganya dan sudah dapat 8 sen.
Disaat musim berangin, ia bekerja di taman kerajaan dengan upah diizinkan mengambil ranting yang berserakan, dengan mempekerjakan anak-anak, memberi upah sirup gula untuk membantunya, ia lalu menjual ranting-ranting pada pembuat tembikar kerajaan seharga 16 sen ditambah 5 mangkuk dan bejana. Ia menjalin persahabatan dengan memberi sirup gula pada para pemotong rumput serta kerjasama dengan pedagang daratan dan lautan. Dari pedagang itu ia dapat kabar bahwa besok akan datang pedagang dengan 500 kuda untuk dijual. Ia pun meminta para pemotong rumput masing-masing memberinya seikat rumput, totalnya ada 500 ikat rumput, dan meminta mereka tidak menjual rumput sebelum rumputnya habis. Pedagang kuda akhirnya membeli rumput-rumputnya seharga 1000 keping.
Dari pedagang lautan ia mendengar bahwa ada kapal besar merapat di dermaga. Ia menyewa sebuah kereta kuda seharga 8 sen per jam. Kemudan dengan penuh gaya bak saudagar besar ia membeli kapal itu secara kredit dengan menjaminkan cincin stempelnya sebagai jaminan. 100 saudagar ingin membeli muatan kapal beserta kapalnya tetapi mereka mendengar bahwa kapal itu telah dibeli seorang saudagar yang sangat kaya. Pemuda itu memerintahkan anak buahnya siapapun yang mau menemuinya harus melalui 3 orang penerima tamu. Setelah itu, agar mereka mendapat hak kepemilikan kapal, masing-masing dari 100 saudagar patungan memberi 1000 keping untuk hak kepemilikan kapal dan 1000 keping untuk muatannya. Iapun mendapatkan 200.000 keping uang saat kembali ke Benares.
Sebagai ucapan terima kasih, pemuda itu memberikan 100.000 keping kepada Bendaharawan Culakasetthi, ia pun kemudian menikahi puteri dari Culakasetthi dan hidup bahagia. Dimulai dari kerendahan hati dan modal kecil; ia yang cerdik dan cakap dapat menambah kekayaan bahkan hembusan nafasnya seakan dapat menjaga nyala api kecil (Ja4. Cullakaseṭṭhi Jataka)
Nasib baik terwujudkan dari orang-orang yang mampu melihat adanya peluang sehingga tercukupi kebutuhannya, namun tidak dapat dikatakan bernasib baik apabila mendapatkan keuntungan dari cara-cara yang tidak semestinya/sewajarnya. Dalam teori perubahan klasik (Yak Keng 易经) ada siklus perubahan yang saling berebut posisi yaitu Keberuntungan (吉 Ji), Nahas (凶Xiong), Penyesalan (Hui 悔), dan Rasa Malu (Lin吝), faktor yang lebih kuat akan mendominasi (menjadi penggerak) satu perbuatan dan menghasilkan perubahan yang membawa pada perubahan kearah positif maupun negatif (Yak Keng, Xi Ci II He Su/Babaran Agung Bab 1: 3). Perubahan ini terjadi tidak terlepas dari adanya campur tangan dan usaha si manusia sendiri.
Ambil contoh ketika seorang guru meskipun mengabdi sampai tua dan memiliki harta pas-pasan cukup untuk menopang hidup, ia menyaksikan murid-muridnya sukses dengan ilmu dan ajaran budi pekertinya sehingga ada rasa bangga tersendiri, bukankah ini perbuatan sendiri berdampak keberuntungan bagi orang lain? Murid-murid dengan budi pekerti memiliki cukup rasa malu untuk melakukan hal-hal konyol, ini menjadi kontrol sosial layaknya konsep hiri-ottapa (malu dan takut berbuat salah) dalam ajaran Buddhisme ataupun teori kepribadian Sigmount Freud yang akan membuat kehidupan lebih tertib. Sebaliknya orang jahat hanya berpikir bagaimana mendapat keuntungan besar, masalah lain dipikir belakangan, bukankah ini ‘Menggali kuburan sendiri’? Setelah terpaksa karena hukum harus menerima konsekuensi perbuatan barulah menyesal, memang penyesalan selalu belakangan bukan?
Maka dari itu, dalam teori perubahan klasik dikatakan cara-cara penghidupan yang tak wajar tidak akan membawa nasib baik. Perlu diingat orang bekerja bukan semata demi uang/keuntungan semata, tetapi lebih penting agar bisa punya harga diri sehingga memiliki kemampuan dan keyakinan (efikasi diri) untuk berbuat baik pada dirinya sendiri dan orang lain, nasib baik dan buruk ditentukan oleh perilaku sendiri, orang yang suka sewenang-wenang tidak akan bernasib baik layaknya orang yang menjaga hubungan baik dengan orang lain, perlu diingat kata-kata konfusius ‘sumur yang kotor, air yang ditimba juga kotor, apa yang keluar dari mulut mencerminkan isi perut kita’ (Gie, Tanpa Tahun: 8-9).
Boleh-boleh saja menjadi profit seeker (pencari keuntungan), tetapi carilah dengan cara sewajarnya tanpa merugikan diri sendiri dan pihak lain, agar membawa nasib baik pada diri sendiri juga orang lain. Cara-cara kotor seperti menipu, memeras, menakut-nakuti, memonopoli, kesewenang-wenangan (bahkan ada yang bertamengkan ajaran kebajikan, kelompok, atau organisasi tertentu) tidak akan membuat pelakunya memiliki muka kepada Tian (天Langit/yang maha esa) maupun Di (地Bumi) maupun sesama manusia (人Ren), yang ada malah zonk (rugi) bukannya stonks (untung)!
DAFTAR PUSTAKA
Adegunawan, Suyena (Kompilator). 2020. 易经 Yi Jing KITAB PERUBAHAN The Book of Changes. Bandung. TSA.
Andayani (Penerjemah). 2019. SUTTA-PIṬAKA KHUDDAKANIKĀYA JĀTAKA Volume I. Medan. Indonesia Tipitaka Center.
Gie, Liem Liang. Tanpa Tahun. Pedoman Memperbaiki Nasib berdasarkan Kitab YI JING易经. www.gentanusantara.com. Diakses Februari 2022.
Hadi, Abdul. 2021. Teori Kebutuhan Maslow: Pengertian dan Contohnya. https://tirto.id/teori-kebutuhan-maslow-pengertian-dan-contohnya-gjrV. Diakses Februari 2022.
https://tenor.com/view/stonks-stocks-stock-exchange-up-meme-gif-16350690 Diakses Februari 2022.
Sandi, Risky Tri. 2020. Perkembangan Society 1.0 Hingga Society 5.0. https://sis.binus.ac.id/2020/06/09/perkembangan-society-1-0-hingga-society-5-0/. Diakses Februari 2022.