Tipuan Dibalik Kenikmatan Jalan Pintas

Home » Artikel » Tipuan Dibalik Kenikmatan Jalan Pintas

Dilihat

Dilihat : 9 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 89
  • 63
  • 23,130
Babi Saluka

Oleh: Majaputera Karniawan, S.Pd.

Di salah satu kehidupan lampaunya, Boddhisatta bakal Buddha Siddharta Gotama pernah terlahir sebagai seekor sapi yang bernama Mahālohita, dan memiliki seorang adik yang bernama Cūḷalohita. Kebetulan keluarga majikan mereka memiliki anak gadis yang sudah dipinang dan seekor babi gemuk bernama Sālūka. suatu hari, Cullalohita berkata kepada abangnya, “Woi bang, kita kerja pakai tenaga mati-matian lah untuk keluarga ini mendapatkan nafkah, tapi kita cuma dikasih makan rumput dan jerami. Sedangkan mereka kasih si babi makan bubur nasi, apa sih spesialnya itu babi?”

Lalu si abangnya berkata: “Dik, jangan iri sama babi yang makan bubur nasi itu. Mereka ini akan mengadakan sebuah pesta saat pernikahan putri mereka, Makanya babi itu dikasih makan nasi buat menggemukkan badannya. Tunggulah beberapa hari, nanti si babi bakal ditarik, dipotong-potong, dan dimakan oleh para tamu.”. Saat pesta pertunangan tiba dan para tamu berdatangan, babi Saluka disembelih dan dijadikan sebagai hidangan makanan (JA.286 Sālūka-Jātaka).

Kisah babi Saluka diatas mencerminkan bahaya tipuan dibalik kenikmatan. Dalam setiap aspek kehidupan, manusia memiliki kecenderungan serba praktis dan ringkas. Karena terlalu pragmatis, tidak jarang menjadi celah bagi upaya penipuan. Sejak tahun 1900an, adanya iming-iming dukun pengganda uang ataupun dukun pesugihan sudah banyak menjerat orang-orang yang mau mencari keuntungan.

Kini ditahun 2010an, iming-iming keuntungan 30-100% tiap bulan dari investasi bodong menjadi marak. Kini 2021 akan berakhir, penipuan pinjaman online ilegal juga bermunculan, menawarkan pinjaman mudah dan fasilitas bayar belakangan, tetapi bunga mencekik sekali, ironis bukan?

Tidak hanya di dunia finansial, di dunia pendidikan juga demikian, “dah serahkan saja ke gue deh, lu bayar aja sekian juta, pokoknya tugas akhir lu beres”, banyak yang akhirnya setuju, meskipun jasa joki tugas akhir yang dipakainya profesional, tetap saja mereka akan dibabat oleh para penguji. Sekalipun mereka lolos dari pengujian, bagaimana mempertanggungjawabkan gelar mereka kelak di masyarakat? Nasib mereka akan dibabat habis ketika dikatakan “Sekolah tinggi-tinggi, gelar berderet tetapi gak bisa apa-apa”.

Ya benar, nasibnya akan seperti babi Saluka, yang harus mempertanggungjawabkan kenikmatan yang diperolehnya semasa kuliah. Dalam dunia spiritual juga lazim ditawarkan ritual ini itu sebagai jalan mudah memperoleh kesuksesan, walau kenyataannya banyak juga yang habis uang tidak kepungkur (tanpa hasil).

Sang Bodhisatta di kehidupan lampaunya mengajarkan bahwa usaha yang salah membawa kehancuran, bukannya keuntungan. Setiap orang yang salah mengartikan pencarian terhadapan pedoman demi keuntungannya sendiri, akan hancur dan melibatkan orang lain dalam kehancurannya (JA 48, Vedabba Jātaka).

Memang iming-iming kenikmatan dan kemudahan seringkali menggiurkan, tetapi anda harus ingat bahwa apapun yang tidak wajar dan tidak semestinya, jika dilakukan akan mendatangkan bahaya. Perhitungkan dengan matang apapun yang anda kerjakan, hindari cara-cara yang terlihat dipermudah namun tidak semestinya dilakukan. Siapa yang dengan terburu-buru mengerjakan suatu usaha, tidak memperhitungkan hal-hal apa yang bakal terjadi, akan jatuh sebagai korban terhadap rencana-rencana yang disusunnya (JA 152. Siṅgāla Jātaka).

Ada benarnya peribahasa “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Manusia memiliki kecenderungan menggampangkan segala sesuatu. Dalam ajaran Konfusius, ia sendiri mengajarkan “Menjadi pemimpin itu sukar, tetapi menjadi pembantu pun tidak mudah!” (Lun Gi XIII:5), muridnya Mengzi (Bingcu) menggunakan analogi dua orang murid belajar catur dari seorang ahli catur untuk menggambarkan bagaimana usaha sungguh-sungguh dan usaha dengan menggampangkan memberikan hasil yang berbeda.

Murid yang satu belajar sepenuh hati, sedangkan yang lain belajar sambil memperhatikan angsa hutan yang mendekat dan ingin memanahnya. Meskipun sama-sama belajar dari seorang ahli yang sama tetapi hasil belajarnya berbeda. Tetapi belum tentu bisa dikatakan bahwa kecerdasan mereka tidak sebanding. Hanya saja yang satu bersungguh-sungguh, yang satu menganggap mudah dan tidak bersungguh-sungguh (Bingcu VI A:9).

Anda-anda yang memilih jalan yang dipermudah bukan berarti anda tidak cerdas, tetapi anda terbuai oleh kemudahan sehingga tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. Karena anda terbuai maka ada kesempatan bagi orang lain untuk memperdayai anda, sekalipun anda tidak diperdaya orang lain, bukan tidak mungkin anda akan diperdaya keadaan ataupun otoritas lainnya karena berperilaku tidak semestinya. Ingat, jangan sampai berakhir seperti si babi Saluka yang dikasih kenikmatan lalu dipotong di kemudian hari.

 

Daftar Pustaka:

Karniawan, Majaputera. 2020. KUMPULAN PETIKAN DHAMMA (DHAMMA QUOTE) SERI JĀTAKA AṬṬHAKATHĀ. Jakarta. Yayasan Yasodhara Puteri.

Kho, Jowan Kosasih & Johan Wijaya (Penerjemah). 2019. SUTTA-PIṬAKA KHUDDAKANIKĀYA JĀTAKA Volume II. Medan. Indonesia Tipitaka Center.

MATAKIN. 2010. Su Si (Kitab Yang Empat). Jakarta. Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN).

Butuh bantuan?