Wanita Menstruasi Dilarang Masuk Tempat Suci? (Dalam Sudut Pandang Buddhisme)

Home » Artikel » Wanita Menstruasi Dilarang Masuk Tempat Suci? (Dalam Sudut Pandang Buddhisme)

Dilihat

Dilihat : 451 Kali

Pengunjung

  • 0
  • 29
  • 65
  • 15,394
Tabu Menstruasi pic

Oleh: Yohannes Raynar & Majaputera Karniawan

Tidak ada di Sutta, larangan mengenai wanita yang sedang Haid masuk ke dalam vihara atau kuil adalah tradisi lokal dan bisa jadi bertentangan dengan pandangan Buddhisme menurut sutta dan vinaya. Utthusamaya – menstruasi, memang diatur dalam vinaya khusus bhikkhuni bagaimana penanganannya (Lihat bhikkhuni patimokkha, pacittiya 47), tapi itu lebih ke penanganan kebersihan dengan menggunakan kain datang bulan (menstruasi, mungkin seperti pembalut pada masa lalu). Sang Buddha sendiri mengajarkan bila tubuh ini adalah kumpulan dari seonggok kotoran, daging, dan tulang bahkan mengajarkan pembersihan melalui ritual adalah sia-sia bila tidak disertai pemikiran dan pandangan yang tepat/benar.

Dalam Buddhisme Theravada, menstruasi (datang bulan) dipandang tidak lebih sebagai siklus ekskresi natural bagi wanita yang harus dialami setiap bulannya. Namun, di cabang Buddhisme Jepang, wanita yang sedang menstruasi dilarang memasuki kuil-kuil, dalam Buddhisme Nichiren, menstruasi bukanlah rintangan bagi praktik religious, meski begitu wanita yang sedang mengalaminya sebaiknya tidak bersujud untuk alasan kenyamanan (Ford, 2021).

Buddha menyatakan bahwa menstruasi adalah salah satu penderitaan yang khusus ditanggung seorang perempuan (SN37.3. Āveṇikadukkha Sutta). Walau di beberapa wilayah dan tradisi Buddhisme terdapat ketentuan demikian, tapi bila mengacu pada sutta pali, tidak atau belum saya temukan pandangan mengenai perempuan yang sedang haid dilarang atau tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas pelatihan atau peribadatannya menurut Dhamma Sang Bhagava.

Mengacu pada Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana Sutra, Hyang Buddha mengatakan di alam semesta ini ada Raja setan penghisap darah (Dan Xue Gui Wang噉血鬼王 ). Raja setan penghisap air mani (Dan Jing Qi Gui Wang噉精氣鬼王). Serta dikatakan terdapat banyak setan jahat, jin liar dan makhluk halus yang ingin makan darah yang amis (terlebih bagi ibu yang sedang bersalin). Dikatakan pada sutra ini keberadaan mereka dibatasi oleh para dewa bumi yang diperintah Hyang Buddha guna melindungi manusia, khususnya para ibu yang sedang bersalin. Ada juga kanon lainnya yang menyatakan adanya para makhluk hantu pemakan darah seperti kanon Yogācāra Ulkāmukha.

Menariknya, ternyata ada satu sutta yang menyatakan bahwa para dewa dan Sakka sekalipun tidak menganggap menjijikan para pertapa bermoral baik sekalipun kondisi mereka saat itu kurang higienis dan menimbulkan bau khas pertapa. Sebaliknya mereka menganggapnya seperti karangan bunga yang harum (SN11.9 Araññāyatanaisi Sutta).

Dari berbagai penjelasan data di atas, dapat disimpulkan bahwa:

  1. Sejatinya tidak ada larangan bagi wanita yang sedang mengalami datang bulan (menstruasi) untuk melakukan aktivitas religiusnya, termasuk mendatangi wihara/cetiya/kuil-kuil Buddhis.
  2. Alasan logis sebagian larangan tersebut adalah pada masa lalu belum ada pembalut, mereka para wanita hanya memakai kain untuk mencegah darah menetes, akan tetapi kapasitas kain tidak seperti pembalut, dikhawatirkan darah menstruasi menetes mengotori kuil bahkan yang terburuk menempel di kening seseorang yang baru saja bernamaskara (bersujud).
  3. Para dewa tidak menganggap wanita yang sedang mengalami menstruasi sebagai kotoran menjijikan, selama mereka memiliki moral yang baik. Akan tetapi jika darah sampai tercecer dan mengotori lingkungan, dikhawatirkan akan ada mahluk halus (peta/preta) pemakan darah yang datang karena aroma darah yang amis dan kemudian mengacau.
  4. Solusi yang bisa dipakai adalah: gunakan pembalut yang sesuai dengan anda saat menstruasi sebelum memasuki wihara/cetiya/kuil. Serta ganti/salin pembalut tersebut sebelum penuh, buang sisa pembalut yang telah ternoda oleh darah dengan dibungkus plastik rapat ke tempat sampah diluar lingkungan wihara/cetiya/kuil sesegera mungkin.
  5. Jangan memasukan pembalut yang sudah dipakai ke kloset/kakus agar tidak menimbulkan kemampetan jalur pipa kakus.

***

 

Daftar Pustaka

Thamrin, Chaidir. 2018. VINAYA-PIṬAKA Volume III (SUTTAVIBHAṄGA). Medan. Indonesia Tipitaka Center.

Ford, Joe. 2021. Is it disrespectful to go to a Buddhist temple?. https://answerstoall.com/popular/is-it-disrespectful-to-go-to-a-buddhist-temple/. Diakses Maret 2022.

Tanpa Penulis. Tanpa Tahun. Di Zang Pu Sa Ben Yuan JingKsitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana Sutra. Lokasi Tidak Diketahui. Tanpa Penerbit.

Budhi, Felix dan Silvia Angelina. 2021. Liturgi Upacara Dharma Yogācāra Ulkāmukha. Jakarta. Vihara Miao Fa.

Suttacentral.net (Online Legacy Version). 2015. Samyutta Nikaya. www.legacy.suttacental.net/sn. Diakses Maret 2022.

Butuh bantuan?